Ibnu ‘Abbas berkata:
مُطِرَ النَّاسُ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ ﷺ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ
“Orang-orang mendapatkan hujan di zaman Nabi ﷺ. Lalu Nabi ﷺ pun bersabda:
أَصْبَحَ مِنَ النَّاسِ شَاكِرٌ وَمِنْهُمْ كَافِرٌ، قَالُوا:
“Ada di antara manusia yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Mereka berkata:
هَذِهِ رَحْمَةُ اللهِ،
“Hujan ini adalah rahmat dari Allah.“
وَقَالَ بَعْضُهُمْ:
Dan sebagian mereka berkata:
لَقَدْ صَدَقَ نَوْءُ كَذَا وَكَذَا
“Sungguh, telah benar bintang ini dan itu.“
Ibnu ‘Abbas berkata:
فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
“Allah pun menurunkan firman-Nya (QS. Al Waqi’ah: 75-82):
فَلَا أُقْسِمُ بِمَوَاقِعِ النُّجُومِ
“Maka Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang.
وَإِنَّهُ لَقَسَمٌ لَوْ تَعْلَمُونَ عَظِيمٌ
Sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar kalau saja kalian mengetahuinya,
إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ
Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,
فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ
dalam kitab yang terpelihara (Lohmahfuz)
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
tidak ada yang menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.
تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Diturunkan dari Tuhan semesta alam.
أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ
Maka apakah kalian menganggap remeh berita ini?
وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
Dan kalian menjadikan rezeki yang kalian terima justru untuk mendustakan-Nya.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Hamba-hamba yang disucikan yaitu para malaikat atau orang-orang yang suci dari syirik, junub, dan hadas.
Faidah yang bisa kita petik dari hadis ini:
- Hujan adalah rahmat Allah. Kalau memang itu rahmat Allah, lantas layakkah seseorang mencela rahmat Allah?!
Separah apapun hujan yang datang kepada kita, kita tidak boleh memakinya dan mencelanya.
Pernah di zaman Rasulullah ﷺ terjadi hujan lebat selama berhari-hari sehingga terjadilah banjir besar, namun apa yang dilakukan nabi kita?
Ketika Rasulullah ﷺ sedang menyampaikan khutbah Jumat, tiba-tiba seorang memasuki masjid lalu berdiri menghadap beliau seraya berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ الْأَمْوَالُ وَانْقَطَعَتْ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا عَنَّا
“Wahai Rasulullah, harta benda telah binasa dan jalan-jalan pun terputus. Maka mintalah kepada Allah agar menahan hujan dari kami!”
Lalu apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ?
Beliau ﷺ mengangkat kedua tangannya seraya berdoa:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah turunkanlah hujan di sekitar kami dan bukan di atas kami. Ya Allah turunkanlah di atas bukit-bukit, dataran tinggi, jurang-jurang yang dalam serta pada tempat-tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah, Rasulullah ﷺ tidak mencaci hujan. Bahkan, beliau tidak meminta kepada Allah agar menghentikan hujan. Yang beliau minta hanyalah agar Allah mengalihkan hujan!
- Di antara kebiasaan orang-orang jahiliah yaitu menyandarkan turunnya hujan kepada bintang.
Tatkala turun hujan mereka berkata: “Sungguh, telah benar bintang ini dan itu.“
- Batilnya menyandarkan turunnya hujan kepada bintang.
Karena itu, Allah mencela orang-orang musyrik yang menyandarkan turunnya hujan kepada bintang tertentu. Allah menyatakan bahwa pernyataan mereka adalah murni kebohongan. Bahkan, Nabi ﷺ menyatakan itu sebagai kekafiran.
Sebab, turunnya hujan adalah karena keputusan Allah. Sebagai anugerah dan karunia dari Allah. Tidak ada campur tangan siapa pun dan apa pun di dalamnya. Termasuk bintang-bintang.
Kalau seseorang meyakini bahwa bintang itu adalah semata-mata sebab turunnya hujan, sedangkan yang menurunkan hujan sebenarnya adalah Allah, maka ia telah terjatuh pada syirik kecil.
Karena, ia telah menetapkan sesuatu sebagai sebab turunnya hujan, padahal tidak dinyatakan oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai sebab turunnya hujan.
Tapi, kalau ia meyakini bahwa bintang-bintang itulah yang menurunkan hujan, dan bukan Allah, berarti murtadlah ia.
Karena, ia telah berbuat syirik akbar yaitu menyekutukan Allah dalam perkara yang merupakan kekhususan-Nya (yaitu menurunkan hujan).
- Wajibnya menyandarkan turunnya hujan kepada Allah.
Karena itu…
Jangan katakan, “Hujan turun karena sebab bintang ini dan itu!“
Dan jangan pula katakan, “Hujan turun karena munculnya bintang ini dan itu!“
Katakanlah, “Hujan ini adalah rahmat Allah! Hujan ini adalah pemberian Allah!“
- Allah bersumpah dengan apa saja yang Dia kehendaki.
- Perintah untuk bersuci sebelum menyentuh Al-Quran.
- Celaan terhadap orang yang meremehkan perkara Al-Quran dan tidak peduli dengan seruan yang ada di dalamnya.
- Wajibnya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya.
Siberut, 1 Dzulhijjah 1441
Abu Yahya Adiya
Sumber:
- Al-Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At-Tauhid karya Syekh Saleh Al-Fauzan.
- Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj karya Imam An-Nawawi.
- At-Tafsir Al-Muyassar






