Giat dalam Mencari Akhirat, Asal-asalan dalam Mencari Dunia

Giat dalam Mencari Akhirat, Asal-asalan dalam Mencari Dunia

Ada orang yang mengira bahwa muslim yang baik adalah orang yang mengerjakan amalan akhirat dengan serius, tapi ‘biasa-biasa’ saja ketika mengerjakan amalan dunia.

Padahal, ‘Aisyah mengabarkan:

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا عَمِلَ عَمَلًا أَثْبَتَهُ

“Rasulullah ﷺ jika melakukan suatu pekerjaan, beliau meneguhkannya.” (HR. Muslim)

Pekerjaan apakah itu?

Imam Ash-Shan’ani menjelaskan hadis tadi:

كان إذا عمل عملاً) دينياً أو دنيوياً (أثبته) أتقنه وأحكم عمله

Rasulullah jika melakukan suatu pekerjaan yakni baik dalam masalah agama maupun dunia beliau meneguhkannya yaitu menekuninya dan membaguskannya.” (At-Tanwiir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir)

Kenapa beliau ﷺ sampai demikian?

Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

“Sesungguhnya Allah suka jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, ia melakukannya dengan tekun.” (HR. Ath-Thabrani dan lain-lain)

Orang yang bekerja dengan serius dan tekun akan dicintai oleh Tuhannya. Dan itu merupakan tanda adanya keikhlasan pada dirinya.

Dr. ‘Abdullah bin Dhaifullah Ar-Ruhaili berkata:

من علامات الإخلاص أن تدقق على نفسك في أهليتك إذا التزمت بعمل ما, أو أردت الالتزام به, فتنظر: هل أنت متأهل لهذا العمل؟ أو لست متأهلا للقيام به؟ فيلزمك في هذه الحال التأهل له، وإلا تركته إلى سواه

“Di antara tanda keikhlasan yaitu engkau meneliti dirimu dalam hal keahlianmu jika engkau melakukan suatu pekerjaan atau hendak melakukannya. Engkau berpikir: apakah engkau pantas mengemban pekerjaan itu? Atau tidak pantas mengembannya? Maka dalam keadaan tersebut engkau harus mempunyai keahlian. Kalau tidak, hendaknya engkau menyerahkan pekerjaan itu kepada selainmu.” (Thariquka Ila Al-Ikhlash wa Al-Fiqh Fii Ad-Din)

Karena itu, selama suatu pekerjaan itu berguna, baik dalam masalah agama maupun dunia, muslim sejati akan mengerjakannya dengan baik, serius, dan penuh ketekunan. Tidak ‘biasa-biasa’ saja, apalagi asal-asalan!

 

Siberut, 30 Muharram 1445

Abu Yahya Adiya