Nilai Penghujung Ramadhan

Nilai Penghujung Ramadhan

Suatu hari Fudhail bin ‘Iyadh bertemu dengan seseorang lalu bertanya kepadanya:

كَمْ أَتَتْ عَلَيْكَ

“Berapa umurmu?”

Orang itu menjawab:

سِتُّونَ سَنَةً

“Enam puluh tahun.”

Fudhail berkata:

فَأَنْتَ مُنْذُ سِتِّينَ سَنَةً تَسِيرُ إِلَى رَبِّكَ تُوشِكُ أَنْ تَبْلُغَ

“Kalau begitu, sejak 60 tahun yang lalu engkau melakukan perjalanan menuju Tuhanmu, dan hampir sampai perjalananmu.”

Orang itu berkata:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya.”

Fudhail bertanya:

 تَعْلَمُ مَا تَقُولُ

“Engkau tahu apa yang kau ucapkan?”

Orang itu menjawab:

قُلْتُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

“Kukatakan, ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kita akan kembali kepada-Nya.”

Fudhail bertanya:

تَعْلَمُ مَا تَفْسِيرُهُ؟

“Engkau tahu apa maksudnya?”

Orang itu berkata:

فَسِّرْهُ لَنَا يَا أَبَا عَلِيٍّ

“Terangkan kepadaku apa maksudnya, wahai Abu ‘Ali!”

Fudhail pun menerangkan:

 قَوْلُكَ إِنَّا لِلَّهُ، تَقُولُ: أَنَا لِلَّهِ عَبْدٌ، وَأَنَا إِلَى اللهِ رَاجِعٌ

“Ucapanmu: ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah’ artinya engkau mengatakan, ‘Aku adalah hamba Allah dan aku akan kembali kepada Allah.”

Lalu Fudhail berkata:

فَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ رَاجِعٌ , فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ

“Siapa yang menyadari bahwa dirinya adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya sadar bahwa ia akan berdiri di hadapan-Nya.

وَمَنْ عَلِمَ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَسْئُولٌ

Dan siapa yang menyadari bahwa ia akan berdiri di hadapan-Nya, maka hendaknya sadar bahwa ia akan ditanya.

وَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَسْئُولٌ فَلْيُعِدَّ للسُّؤَالَ جَوَابًا

Dan siapa yang menyadari bahwa dirinya akan ditanya, maka hendaknya ia mempersiapkan jawaban untuk menjawab pertanyaan itu.”

Orang itu menangis lalu bertanya:

فَمَا الْحِيلَةُ

“Lalu apa yang harus kulakukan?”

Fudhail menjawab:

يَسِيرَةٌ

“Mudah.”

Orang itu bertanya lagi:

مَا هِيَ

“Apa itu?”

Fudhail menjawab:

تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ

“Berbuat baiklah di umurmu yang tersisa, niscaya Dia mengampuni apa yang telah berlalu dari dirimu dan yang masih tersisa dari umurmu. Namun, kalau engkau berbuat buruk di umurmu yang tersisa, niscaya engkau mendapatkan hukuman atas apa yang sudah berlalu dan apa yang tersisa dari umurmu.” (Hilyah Al-Aulia wa Thabaqaat Al-Ashfiya)

 

Waktu yang Paling Berharga dalam Hidup

Waktu itu sangat berharga dan benar-benar berharga. Dan waktu yang paling berharga adalah waktu di akhir hidup kita.

Nabi ﷺ bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya amalan itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari)

Posisi seseorang di dalam kubur ditentukan di akhir hayatnya.

Posisi seseorang ketika bangkit dari kubur ditentukan pula di akhir hayatnya.

Bahagia tidaknya seseorang di akhirat ditentukan di akhir hayat.

Kalau akhir hidupnya baik, maka akan baik pula nasibnya selanjutnya.

Namun, kalau akhir hidupnya buruk, maka akan buruk pula nasibnya selanjutnya.

Nabi ﷺ bersabda:

وَإِنَّ صَاحِبَ النَّارِ يُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ وَإِنْ عَمِلَ أَيَّ عَمَلٍ

“Dan sesungguhnya penghuni neraka itu hidupnya akan diakhiri dengan perbuatan penghuni neraka, bagaimanapun perbuatannya sebelum itu.” (HR. Ahmad)

Artinya, siapa pun yang mati dalam keadaan buruk, yaitu bergelimang maksiat dan dosa, maka ia akan menjadi penghuni neraka, walaupun sebelumnya ia orang yang baik.

Itu akhir hidup yang buruk. Adapun akhir hidup yang baik….

Nabi ﷺ bersabda:

وَمَنْ صَامَ يَوْمًا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang berpuasa satu hari karena mengharapkan wajah Allah, dan ternyata itulah yang menjadi penutup hidupnya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Ahmad)

Dan Nabi ﷺ bersabda:

فَإِنَّ صَاحِبَ الْجَنَّةِ يُخْتَمُ لَهُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَإِنْ عَمِلَ أَيَّ عَمَلٍ

“Sesungguhnya penghuni surga itu hidupnya akan diakhiri dengan perbuatan penghuni surga, bagaimanapun perbuatannya sebelum itu.” (HR. Ahmad)

Artinya, siapa pun yang mati dalam keadaan baik, yaitu dalam keadaan bertakwa, maka ia akan menjadi penghuni surga, walaupun sebelumnya ia orang yang tidak baik.

Nabi ﷺ bersabda:

يُبْعَثُ كُلُّ عَبْدٍ عَلَى مَا مَاتَ عَلَيْهِ

“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika ia mati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Waktu yang Paling Berharga dalam Ramadhan

Waktu di bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat mahal dan berharga. Saking berharganya, sampai-sampai Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ

“Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang dibebaskan dari neraka pada siang dan malam Ramadhan.” (HR. Ahmad)

Ya, setiap siang dan malam Ramadhan!

Itulah nilai Ramadhan. Makanya wajarlah kalau orang yang sudah mati berharap bisa hidup lagi di bulan ini.

Imam Ibnul Jauzi berkata:

تَاللَّهِ لَوْ قِيلَ لأَهْلِ الْقُبُورِ تَمَنَّوْا لَتَمَنَّوْا يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ

“Demi Allah, seandainya dikatakan kepada para penghuni kubur, ‘Berangan-anganlah kalian!’, niscaya mereka akan berharap agar bisa hidup sehari saja di bulan Ramadhan.” (At-Tabshirah)

Kalau memang Ramadhan adalah waktu yang paling berharga dalam hidup kita, maka ketahuilah, waktu yang paling berharga dalam bulan Ramadhan adalah akhirnya. Ya, akhir Ramadhan. Penghujung Ramadhan.

‘Aisyah berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Rasulullah ﷺ tidak pernah bersungguh-sungguh dalam beribadah seperti kesungguhan beliau dalam beribadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Muslim)

Kenapa Nabi ﷺ bersungguh-sungguh dalam beribadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau dalam beribadah di hari-hari yang lain?

Syekh Muhammad  bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

العشر الأواسط أفضل من العشر الأول والعشر الأواخر أفضل من العشر الأواسط، وتجدون هذا في الغالب مطرد وأن الأوقات الفاضلة آخرها أفضل من أولها، ويوم الجمعة عصره أفضل من أوله، ويوم عرفة عصره أفضل من أوله

“Sepuluh hari pertengahan Ramadhan lebih baik daripada sepuluh hari pertama Ramadhan. Sedangkan sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih baik daripada sepuluh hari pertengahan Ramadhan. Kalian dapati biasanya itu tidak berubah dan bahwa waktu-waktu yang utama, akhirnya itu lebih baik daripada awalnya. Di hari Jumat, waktu Asarnya lebih baik daripada awal harinya. Dan di hari Arafah, waktu Asarnya lebih baik daripada awal harinya.” (Al-Liqa’ Asy-Syahri)

Maka, manfaatkanlah penghujung Ramadhan ini dengan baik. Tutuplah bulan yang suci ini dengan baik. Akhirilah bulan yang penuh berkah ini dengan baik.

Ingatlah Pesan Fudhail tadi:

“Berbuat baiklah di umurmu yang tersisa, niscaya Dia mengampuni apa yang telah berlalu dari dirimu dan yang masih tersisa dari umurmu. Namun, kalau engkau berbuat buruk di umurmu yang tersisa, niscaya engkau mendapatkan hukuman atas apa yang sudah berlalu dan apa yang tersisa dari umurmu.”

Ia menyinggung tentang waktu di akhir hidup manusia. Maka demikian pula sebenarnya waktu di akhir Ramadhan.

Manfaatkanlah waktu yang tersisa di Ramadhan ini, niscaya Allah mengampuni kelalaianmu yang telah berlalu dan yang tersisa di bulan ini. Namun, kalau engkau menyia-nyiakan waktu yang tersisa di Ramadhan ini, niscaya engkau mendapatkan hukuman atas kelalaianmu yang sudah berlalu dan yang tersisa di  bulan ini.

 

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم

 

Padang, 23 Ramadhan 1442

Abu Yahya Adiya