“Mereka itu orang-orang gila!”
Itulah yang dikatakan oleh orang-orang Arab Badui ketika menyaksikan satu persatu Ahlu Shuffah tersungkur dalam salat berjamaah.
Ketika turun perintah Allah untuk berhijrah, para sahabat Nabi ﷺ lekas memenuhi perintah tersebut. Tanpa berpikir panjang mereka segera bergerak meninggalkan Mekah menuju Madinah.
Mereka meninggalkan rumah-rumah yang selama ini mereka diami.
Mereka meninggalkan harta benda dan perniagaan yang selama ini mereka jalani.
Tidak ada yang mereka bawa melainkan bekal makanan sekadarnya, pakaian yang melekat di badan serta iman yang menghunjam di dada.
Sampailah mereka di tujuan. Apa yang akan mereka makan? Di manakah mereka akan tinggal?
Di antara mereka ada yang beruntung, karena mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal. Sedangkan yang lainnya?
Mereka mencari dan terus mencari, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan apa pun dan tidak pula tempat tinggal.
Nabi ﷺ iba menyaksikan keadaan mereka. Beliau ﷺ pun mengarahkan mereka agar tinggal di Shuffah (serambi) Masjid Nabawi.
Kemudian mereka pun tinggal di situ. Karena itulah mereka dinamakan sebagai Ahlu Shuffah.
Seperti apa keadaan Ahlu Shuffah?
Abu Hurairah menggambarkan:
لقَدْ رَأَيْتُ سبعِين مِنْ أَهْلِ الصُّفَّةِ، مَا منْهُم رَجُلٌ عَلَيْهِ رداءٌ، إِمَّا إِزَارٌ، وإِمَّا كِسَاءٌ، قدْ ربطُوا في أَعْنَاقِهِمْ، فَمنْهَا مَا يبْلُغُ نِصفَ السَّاقَيْن. ومنْهَا مَا يَبْلُغُ الكَعْبينِ. فَيجْمَعُهُ بيدِه كراهِيَةَ أَنْ تُرَى عوْرتُه
“Sungguh, aku telah telah melihat tujuh puluh orang Ahlu Shuffah, tidak seorang pun dari mereka yang mengenakan kain yang menutupi atas badan. Ada yang memakai kain yang menutupi bawah badan saja, dan ada yang memakai kain yang mereka ikatkan pada leher mereka. Kain tersebut ada yang sampai pertengahan betis, dan ada pula yang sampai mata kaki. Lalu mereka gabungkan itu dengan tangan mereka karena khawatir terlihat aurat mereka.” (HR. Bukhari)
Mereka sangat miskin. Saking miskinnya mereka sampai-sampai mereka memiliki satu helai pakaian saja. Itu pun hanya cukup untuk menutupi bagian bawah badan mereka!
Selain itu, mereka juga sering kelaparan.
Fadhalah bin ‘ Ubaid bercerita bahwa jika Nabi ﷺ sedang mengimami salat, maka tersungkurlah Ahlu Shuffah satu persatu. Mereka lapar. Mereka kelaparan sehingga tidak kuat lagi berdiri.
Melihat banyaknya Ahlu Shuffah yang tersungkur, orang-orang Arab Badui sampai berkata:
هُؤُلاءِ مَجَانِينُ
“Mereka itu orang-orang gila!”
Nabi ﷺ mengetahui penderitaan mereka. Karena itu, setelah salat beliau menghampiri mereka lalu bersabda:
لَوْ تَعْلَمُونَ مَا لَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ لَأَحْبَبْتُمْ أَنْ تَزْدَادُوا فَاقَةً وَحَاجَةً
“Seandainya kalian mengetahui apa yang akan kalian dapatkan di sisi Allah, tentu kalian akan suka jika bertambah kemiskinan dan kebutuhan kalian!” (HR. Tirmidzi)
Penderitaan mereka ternyata bisa menambah kemuliaan mereka di sisi Allah!
Lalu bagaimana dengan dirimu? Bagaimana keadaanmu?
Apakah keadaan mereka serupa dengan keadaanmu?
Kalau keadaanmu lebih baik dari mereka, maka bersyukurlah. Namun, kalau keadaanmu sama seperti mereka, maka bersabarlah. Sebab….
Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Siapa yang Allah kehendaki mendapatkan kebaikan, maka Dia akan memberikan kepadanya musibah.” (HR. Bukhari)
Siberut, 5 Jumada Al-Ulaa 1444
Abu Yahya Adiya






