Akibat Cinta Jabatan dan Kekuasaan

Akibat Cinta Jabatan dan Kekuasaan

“Tidak akan beruntung orang yang engkau cium dari dirinya aroma cinta kekuasaan.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Tidak akan beruntung artinya akan merugi. Itulah perkataan yang terlontar dari Yahya Ar-Razi.

Kenapa cinta kekuasaan bisa menyebabkan kerugian?

Fudhail bin ‘Iyadh berkata:

مَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ الرِّئَاسَةَ إِلَّا حَسَدَ وَبَغَى وَتَتَبَّعَ عُيُوبَ النَّاسِ وَكَرِهَ أَنْ يُذْكَرَ أَحَدٌ بِخَيْرٍ

“Tidaklah seseorang suka kekuasaan, kecuali ia akan iri, berbuat aniaya, dan mencari-cari aib orang lain serta tidak suka kalau orang lain disebut-sebut kebaikannya.” (Jami’ Bayan Al-‘Ilmi wa Fadhlih)

Itulah yang terjadi pada seseorang kalau ia terlalu mencintai jabatan dan kekuasaan, yakni ia akan iri, berbuat aniaya, dan mencari-cari aib orang lain serta tidak suka kalau orang lain disebut-sebut kebaikannya.

 

  1. Iri

Orang yang sangat cinta jabatan dan kekuasaan akan iri. Iri kepada orang lain. Bagaimana tidak iri, ia tidak ingin orang lain menempati jabatan yang ia sukai.

 

  1. Berbuat aniaya

Orang yang sangat cinta jabatan dan kekuasaan akan berbuat aniaya. Berbuat aniaya kepada orang lain. Bagaimana tidak berbuat aniaya, ia ingin menyingkirkan siapa pun yang menghalanginya dari jabatan yang ia inginkan.

 

  1. Mencari-cari aib orang lain

Orang yang sangat cinta jabatan dan kekuasaan akan mencari-cari aib orang lain. Bagaimana tidak mencari-cari aib, ia tidak ingin ada orang yang menyainginya dalam jabatan yang ingin ia cari atau ia pertahankan.

 

  1. Tidak suka kalau orang lain disebut-sebut kebaikannya

Orang yang sangat cinta jabatan dan kekuasaan tidak suka kalau orang lain disebut-sebut kebaikannya. Bagaimana ia akan suka, ia berharap hanya dirinya lah yang memegang jabatan yang ia idam-idamkan.

Semua perilaku tadi ada pada orang yang sangat cinta jabatan dan kekuasaan. Semua perilaku tadi akan menyeretnya pada kehancuran dan kehinaan.

Abu Nu’aim berkata:

والله ما هلك من هلك إلا بحب الرياسة.

“Demi Allah, tidaklah binasa orang  yang binasa kecuali karena cinta kekuasaan.” (Bayan Al-‘Ilm Al-Ashil wa Al-Muzahim Ad-Dakhil)

Sufyan Ats-Tsauri berkata:

من أحب الرياسة فَلْيُعِدّ راسه للنطاح

“Siapa yang mencintai kekuasaan, maka hendaknya ia mempersiapkan kepalanya untuk diadu.” (Bayan Al-‘Ilm Al-Ashil wa Al-Muzahim Ad-Dakhil)

Imam Adz-Dzahabi berkata:

فَكم مِنْ رَجُلٍ نَطَقَ بِالْحَقِّ، وَأَمر بِالمَعْرُوف، فَيُسَلِّطُ اللهُ عَلَيْهِ مَنْ يُؤذِيْه لِسوء قَصدهِ، وَحُبِّهِ لِلرِّئَاسَة الدِّينِيَّة، فَهَذَا دَاءٌ خَفِيٌّ سَارٍ فِي نُفُوْسِ الفُقَهَاء

“Berapa banyak orang yang mengucapkan kebenaran dan memerintahkan kebaikan, tapi Allah membiarkan orang untuk menyakitinya, dikarenakan rusaknya tujuannya dan cintanya kepada kekuasaan dalam agama. Ini adalah penyakit tersembunyi yang masuk ke jiwa para fukaha.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Siapa pun yang tindak-tanduknya tidak untuk mencari rida Allah, maka ia hanya mendapat kerugian.

Muhammad bin Al-Hanafiyyah:

كل مالا يبتغى به وجه الله يضمحل

“Segala sesuatu yang tidak digunakan untuk mencari wajah Allah itu akan lenyap.” (Sifah Ash-Shafwah)

 

Siberut, 10 Rabi’ul Tsani 1443

Abu Yahya Adiya