Orang-orang sudah mengepungnya dalam rumah itu. Mereka sudah menanti kemunculannya. Kalau ia sudah menampakkan batang hidungnya, mereka akan menebasnya dengan pedang, dengan sekali tebasan!
Sementara itu, di dalam rumah itu, ia memberi pesan kepada seorang anak:
نَمْ عَلَى فِرَاشِي وَاتَّشِحْ بِبُرْدِي الْأَخْضَرِ، فَنَمْ فِيهِ فَإِنَّهُ لَا يَخْلُصُ إِلَيْكَ شَيْءٌ تَكْرَهُهُ،
“Tidurlah di kasurku, dan pakailah kain burdahku yang berwarna hijau lalu tidurlah menggunakannya, sesungguhnya perkara yang engkau takutkan tidak akan mengenaimu.”
Siapa orang itu dan siapa anak itu?
Orang itu adalah Nabi ﷺ. Sedangkan anak itu adalah ‘Ali bin Abi Thalib.
Nabi ﷺ adalah sosok yang dipercaya oleh kaumnya sehingga mendapat julukan Al-Amin (orang terpercaya dan amanah).
Orang-orang Quraisy sering menitipkan sesuatu kepada beliau. Mereka sudah biasa mengamanahkan harta atau apa pun kepada beliau. Karena, mereka tahu bahwa beliau adalah sosok yang amanah. Kebiasaan itu terus berlangsung sekalipun beliau telah menjadi nabi dan rasul.
Ketika beliau ﷺ dikepung dalam sebuah rumah, turunlah wahyu yang menyuruh beliau berhijrah ke Madinah.
Dalam keadaan genting seperti itu, apa yang beliau ﷺ lakukan terhadap harta yang dititipkan dan diamanahkan kepada beliau?
‘Abdullah bin Al-Mubarak adalah seorang mujtahid dan juga mujahid. Ia seorang ulama yang ilmunya yang sangat luas, berlimpah dan juga ahli ibadah.
Suatu hari ‘Abdullah bin Al-Mubarak meminjam pena kepada seseorang di Negeri Syam, tetapi ia lupa mengembalikannya.
Ketika sampai di Maru, suatu daerah di Iran, baru sadarlah ia, ternyata pena itu belum ia kembalikan kepada pemiliknya. Lantas apa yang ia lakukan?
Pengertian Amanah
Kita harus menunaikan amanah. Kita wajib menjaga amanah. Lantas apa yang dimaksud dengan amanah?
Imam Al-Munawi menjelaskan makna amanah:
هي كل حق لزمك أداؤه وحفظه
“Yaitu segala kewajiban yang harus engkau laksanakan dan mesti engkau jaga.” (Faidh Al-Qadir)
Berarti…
Siapa yang menunaikan tugas yang dibebankan kepadanya, maka ia seorang yang amanah dan telah menunaikan amanah.
Siapa yang menjaga harta yang dititipkan kepadanya, maka ia seorang yang amanah dan telah menunaikan amanah.
Siapa yang menjaga rahasia yang dibebankan kepadanya, maka ia seorang yang amanah dan telah menunaikan amanah.
Siapa pun yang menjaga dan melaksanakan kewajiban yang dibebankan dan dititipkan kepadanya, maka ia seorang yang amanah dan telah menunaikan amanah.
Langkanya Amanah
Thowus bin Kisan berkata:
تَعَلَّمْ لِنَفْسِكَ، فَإِنَّ النَّاسَ قَدْ ذَهَبَتْ مِنْهُمُ الأَمَانَةُ.
“Belajarlah untuk kebaikan dirimu. Karena sesungguhnya sifat amanah sudah hilang dari orang-orang.” (Siyar A’lam An-Nubala)
Kalau ini pendapat seorang ulama tabiin tentang keadaan orang-orang di zaman yang masih dekat dengan masa kenabian, lantas bagaimana pula pendapatnya tentang keadaan orang-orang yang jauh dari masa kenabian seperti sekarang ini?
Faedah dari Amanah
Menunaikan janji merupakan perkara yang terpuji. Menjaga amanah merupakan akhlak karimah.
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلواتِهِمْ يُحَافِظُونَ أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara amanat dan janji mereka. Dan orang-orang yang memelihara salat mereka. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mu’minun: 8-11)
Dikarenakan mulianya akhlak ini, Nabi ﷺ memotivasi kita untuk berhias dengan akhlak ini:
Nabi ﷺ bersabda:
أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ
“Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah memberi amanat kepadamu dan jangan berkhianat kepada orang yang mengkhianatimu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
أربع إذا كن فيك فلا يضرنك ما فاتك من الدنيا: صدق حديث وحفظ أمانة وحسن خليقة وعفة طعمة
“Ada empat perkara yang jika semua itu ada pada dirimu, maka segala urusan dunia yang hilang darimu tidak akan membahayakanmu: berkata jujur, menjaga amanah, berakhlak baik, dan menjaga kehormatan.” (HR. Ahmad)
Itulah faidah menjaga amanah. Itulah berkah menunaikan amanah.
Makanya wajar kalau orang-orang terbaik begitu memperhatikan akhlak ini.
Lihatlah ‘Abdullah bin Al-Mubarak. Apa yang ia lakukan ketika ia lupa mengembalikan pena yang ia pinjam dari seseorang di Syam?
Apa yang akan ia kerjakan, padahal ia sudah sampai ke Maru, kota di Iran?
‘Abdullah bin Al-Mubarak berkata:
فَلَمَّا قَدِمْتُ مَرْوَ، نَظَرْتُ، فَإِذَا هُوَ مَعِي، فَرَجَعتُ إِلَى الشَّامِ حَتَّى رَدَدْتُهُ عَلَى صَاحِبِهِ
“Tatkala aku sampai ke Maru, kulihat ternyata pena itu ada pada diriku. Aku pun kembali ke Syam sampai kukembalikan pena itu kepada pemiliknya!” (Siyar A’lam An-Nubala)
Lihatlah, ‘Abdullah bin Al-Mubarak berjalan dari Iran ke Syam untuk mengembalikan pena yang ia pinjam. Ia berjalan ratusan kilo untuk menunaikan amanah yang ada di pundaknya!
Dan lihat juga nabi kita ﷺ. Apa yang beliau lakukan ketika dikepung oleh beberapa pemuda yang ingin menghabisi beliau?
Dalam keadaan genting seperti itu, apa yang beliau lakukan terhadap harta yang dititipkan dan diamanahkan kepada beliau?
Ibnul Atsir berkata:
وَأَمَرَهُ أَنْ يُؤَدِّيَ مَا عِنْدَهُ مِنْ وَدِيعَةٍ وَأَمَانَةٍ وَغَيْرِ ذَلِكَ.
“Beliau ﷺ menyuruh ‘Ali untuk mengembalikan titipan, amanat dan barang lain kepada pemiliknya.” (Al-Kamil Fi At-Tarikh)
Lihatlah, beliau ﷺ tetap menjaga amanah walaupun dalam kondisi genting. Beliau tetap menunaikan amanat walaupun dalam kondisi gawat darurat!
Siberut, 29 Dzulqa’dah 1441
Abu Yahya Adiya






