Ia sudah di penghujung hidupnya. Ia menutupkan kain ke mukanya. Ketika nafasnya terasa sesak, ia singkap kembali kain itu. Ketika itulah ia berkata:
لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى اليَهُودِ وَالنَّصَارَى، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ
“Laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai tempat peribadatan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Itulah perkataan yang keluar dari lisan nabi kita ﷺ di akhir hayatnya.
‘Aisyah berkata:
يُحَذِّرُ مَا صَنَعُوا فَلَوْلَا ذَاكَ أُبْرِزَ قَبْرُهُ، غَيْرَ أَنَّهُ خُشِيَ أَنْ يُتَّخَذَ مَسْجِدًا
“Beliau mengingatkan umatnya agar menjauhi perbuatan mereka. Jika bukan karena hal itu, maka pasti kubur beliau akan ditampakkan. Hanya saja, dikhawatirkan kubur beliau nanti dijadikan tempat beribadah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa kuburan bukanlah tempat untuk beribadah dan kita dilarang bersikap berlebihan terhadap kuburan.
Dan itu juga diperkuat oleh sabda Nabi ﷺ kepada ‘Ali bin Abu Thalib:
أَنْ لَا تَدَعَ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ
“Janganlah engkau meninggalkan patung kecuali engkau hancurkan dan jangan pula engkau meninggalkan kubur yang meninggi kecuali engkau ratakan. ” (HR. Muslim)
Mana yang lebih menarik perhatian, kubur yang ditinggikan atau yang tidak ditinggikan?
Mana yang lebih mengundang perhatian, kubur yang di atasnya ada bangunan atau tanpa bangunan?
Tentu saja kubur yang ditinggikan dan yang di atasnya ada bangungan.
Itu merupakan potret kemungkaran dan sikap berlebihan yang harus diberantas dan dihilangkan.
Dan itulah yang dilakukan oleh Khalifah ‘Abbasiyyah Al-Mutawakkil.
Imam Ibnu Katsir berkata:
ثُمَّ دَخَلَتْ سَنَةُ سِتٍّ وَثَلَاثِينَ وَمِائَتَيْنِ فِيهَا أَمَرَ الْمُتَوَكِّلُ بِهَدْمِ قَبْرِ الْحُسَيْنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ وَمَا حَوْلَهُ مِنَ الْمَنَازِلِ والدور، ونودي في النَّاس
“Lalu masuklah tahun 236. Pada tahun tersebut Al-Mutawakkil memerintahkan agar kubur Al-Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib dan rumah serta bangunan yang ada di sekitarnya dihancurkan. Dan diumumkan di tengah masyarakat:
من وجد هنا بعد ثلاثة أيام ذهبت به إِلَى الْمُطْبِقِ.
“Siapa yang didapati ada di sini setelah 3 hari, maka ia akan dibawa ke penjara. “
فَلَمْ يَبْقَ هُنَاكَ بَشَرٌ، وَاتَّخَذَ ذَلِكَ الْمَوْضِعَ مَزْرَعَةً تُحْرَثُ وَتُسْتَغَلُّ.
Maka, tidak ada seorang pun yang tinggal di situ. Dan tempat itu pun dijadikan lahan pertanian yang ditanami dan dimanfaatkan. “ (Al-Bidayah wa An-Nihayah)
Semoga Allah merahmatinya…
Kita menunggu Al-Mutawakkil-Al-Mutawakil lainnya bermunculan di India, Pakistan, Bangladesh, Indonesia dan negara-negara muslim lainnya.
Siberut, 27 Dzulqa’dah 1442
Abu Yahya Adiya






