Bantahan Imam Al-Aajurri terhadap Hululiyyah

Bantahan Imam Al-Aajurri terhadap Hululiyyah

“Aku peringatkan saudara-saudaraku seiman dari pendapat kaum Hululiyyah yang dipermainkan oleh setan dan mereka keluar dari jalannya para ulama dengan membawa pendapat mereka yang buruk.” (Asy-Syari’ah)

Itulah perkataan Imam Al-Aajurri. Siapa kaum Hululiyyah yang beliau katakan di sini?

Yaitu mereka yang meyakini bahwa Allah ada di mana-mana dan menitis pada segala sesuatu.

Itulah pendapat kaum Jahmiyyah dan sebagian kaum Sufi.

Setelah menyebutkan perkataan tadi, Imam Al-Aajurri berkata:

مَذَاهِبُهُمْ قَبِيحَةٌ , لَا يَكُونُ إِلَا فِي كُلِّ مَفْتُونٍ هَالِكٍ , زَعَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَالٌّ فِي كُلِّ شَيْءٍ , حَتَّى أَخْرَجَهُمْ سُوءُ مَذْهَبِهِمْ إِلَى أَنْ تَكَلَّمُوا فِي اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَا يُنْكِرُهُ الْعُلَمَاءُ الْعُقَلَاءُ

“Pendapat mereka sangat buruk. Itu tidak muncul kecuali dari setiap orang yang terkena fitnah dan binasa. Mereka mengklaim bahwa Allah menitis pada segala sesuatu, hingga keburukan pendapat mereka mendorong mereka untuk berbicara tentang Allah dengan apa yang dikecam oleh para ulama yang bijak.” (Asy-Syari’ah)

Kenapa itu dikecam oleh para ulama yang bijak?

Imam Al-Aajurri berkata:

لَا يُوَافِقُ قَوْلَهُمْ كِتَابٌ وَلَا سُنَّةٌ وَلَا قَوْلُ الصَّحَابَةِ وَلَا قَوْلُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَإِنِّي لَأَسْتَوْحِشُ أَنْ أَذْكُرَ قَبِيحَ أَفْعَالِهِمْ تَنْزِيهًا مِنِّي لِجَلَالِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَظَمَتِهِ كَمَا قَالَ ابْنُ الْمُبَارَكِ رَحِمَهُ اللَّهُ:

“Pendapat mereka tidak sesuai dengan Al-Quran, As-Sunnah, ucapan para sahabat, dan ucapan para imam kaum muslimin. Sesungguhnya aku merasa risih untuk menyebutkan keburukan perbuatan mereka karena menghormati kebesaran dan keagungan Allah. Sebagaimana Ibnul Mubarak-semoga Allah merahmatinya-pernah berkata:

إِنَّا لَنَسْتَطِيعُ أَنْ نَحْكِيَ كَلَامَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَلَا نَسْتَطِيعُ أَنْ نَحْكِيَ كَلَامَ الْجَهْمِيَّةِ

“Kita sanggup menceritakan perkataan kaum Yahudi dan Nashrani, tetapi kita tidak sanggup menceritakan perkataan kaum Jahmiyyah!” (Asy-Syari’ah)

Imam Al-Aajurii dan Ibnul Mubarak risih untuk menyebutkan pendapat kaum Jahmiyyah, karena saking buruknya pendapat mereka.

Bagaimana tidak buruk, salah satu pendapat mereka saja sangat buruk!

Mereka menyatakan bahwa Allah ada di mana-mana dan menitis pada segala sesuatu. Itu berkonsekuensi bahwa Allah bercampur dengan tempat yang kotor dan najis!

Mereka menolak Allah di atas Arsy dengan alasan menyucikan-Nya dari kekurangan, tetapi anehnya mereka tidak menyucikan-Nya dari tempat yang kotor, najis, dan penuh dengan kekurangan!

Bukankah itu pendapat yang sangat buruk?!

Lantas, apakah mereka tidak memiliki argumen dalam hal demikian?

Imam Al-Aajurri:

فَإِذَا قِيلَ لَهُمْ: مَا الْحُجَّةُ؟ قَالُوا:

“Jika ditanya kepada mereka, apa argumen mereka, maka mereka menjawab:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ:

“Allah berfirman:

{مَا يَكُونُ مِنْ نَجْوَى ثَلَاثَةٍ إِلَا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ إِلَا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَا أَدْنَى مِنْ ذَلِكَ وَلَا أَكْثَرَ إِلَا هُوَ مَعَهُمْ أَيْنَ مَا كَانُوا}

 [المجادلة: 7]

“Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya. Dan tidak ada lima orang, melainkan Dialah yang keenamnya. Dan tidak ada yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada.” (QS. Al-Mujadilah: 7)

وَبِقَوْلِهِ عَزَّ وَجَلَّ:

Dan juga firman-Nya (QS. Al-Hadid: 3-4):

{وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ} [الحديد: 4]

“…. Dan Dia bersama kalian di mana pun kalian berada.” (Asy-Syari’ah)

Allah memang bersama hamba-hamba-Nya. Namun, apakah itu berkonsekuensi bahwa Allah ada di mana-mana dan menitis pada segala sesuatu?

Tentu saja tidak!

Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

وَلَيْسَ مَعْنَى قَوْلِهِ: {وَهُوَ مَعَكُمْ} أَنَّهُ مُخْتَلِطٌ بِالْخَلْقِ. فَإِنَّ هَذَا لَا تُوجِبُهُ اللُّغَةُ. وَهُوَ خِلَافُ مَا أَجْمَعَ عَلَيْهِ سَلَفُ الْأُمَّةِ. وَخِلَافُ مَا فَطَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْخَلْقَ. بَلْ «الْقَمَرُ» آيَةٌ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، مِنْ أَصْغَرِ مَخْلُوقَاتِهِ، هُوَ مَوْضُوعٌ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ مَعَ الْمُسَافِرِ، وَغَيْرِ الْمُسَافِرِ أَيْنَمَا كَانَ.

“Firman-Nya: ‘Dan Dia bersama kalian’ bukanlah bermakna bahwa Dia bercampur dengan makhluk. Karena sesungguhnya bahasa Arab tidak berkonsekuensi demikian. Dan itu juga menyalahi kesepakatan para salaf dan menyalahi fitrah yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. Namun, bulan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah dan termasuk makhluk-Nya yang kecil. Ia diletakkan di langit. Dan ia bersama dengan musafir dan selain musafir, di mana saja ia berada.” (Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah)

Artinya, ketika seorang musafir berkata, “Bulan selalu bersama kita ke mana pun kita berjalan”, maknanya bukan berarti bulan menempel ke musafir ke mana pun ia berjalan. Namun maksudnya yaitu cahayanya selalu mengikutinya ke mana pun ia berjalan.

Maka, jelaslah kebatilan pendapat Jahmiyyah.

Imam Al-Aajurri berkata:

فَلَبَّسُوا عَلَى السَّامِعِ مِنْهُمْ بِمَا تَأَوَّلُوا , وَفَسَّرُوا الْقُرْآنَ عَلَى مَا تَهْوَى نُفُوسُهُمْ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا , فَمَنْ سَمِعَهُمْ مِمَّنْ جَهِلَ الْعِلْمَ ظَنَّ أَنَّ الْقَوْلَ كَمَا قَالُوهُ وَلَيْسَ هُوَ كَمَا تَأَوَّلُوهُ عِنْدَ أَهْلِ الْعِلْمِ

“Mereka menipu orang yang mendengarkan mereka dengan takwil mereka. Dan mereka menafsirkan Al-Qur’an sesuai dengan selera mereka, sehingga mereka pun sesat dan menyesatkan. Siapa pun orang yang tidak berilmu mendengarkan mereka, maka ia akan mengira bahwa pendapat yang benar adalah seperti mereka katakan. Padahal, itu bukan seperti takwil yang mereka lakukan menurut para ulama.” (Asy-Syari’ah)

Ya, pendapat yang benar bukanlah seperti takwil yang mereka lakukan menurut para ulama yang lurus. Lantas, seperti apa pendapat ulama yang lurus?

Imam Al-Aajurri berkata:

وَالَّذِي يَذْهَبُ إِلَيْهِ أَهْلُ الْعِلْمِ: أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ سُبْحَانَهُ عَلَى عَرْشِهِ فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ , وَعِلْمُهُ مُحِيطٌ بِكُلِّ شَيْءٍ

“Pendapat yang dipegang oleh para ulama yaitu Allah di atas Arsy-Nya yakni di atas langit-Nya, tetapi pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.” (Asy-Syari’ah)

Ya, Allah di atas Arsy-Nya yakni di atas langit-Nya, tetapi pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.

Itulah keyakinan yang tertanam dalam fitrah semua insan.

Imam Sa’id bin ‘Amir (wafat tahun 208 H) berkata:

الْجَهْمِيَّةُ أَشَرُّ قَوْلًا مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، قَدِ اجْتَمَعَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى، وَأَهْلُ الْأَدْيَانِ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى الْعَرْشِ، وَقَالُوا هُمْ: لَيْسَ عَلَى الْعَرْشِ شَيْءٌ

“Pendapat Jahmiyyah lebih buruk daripada pendapat kaum Yahudi dan Nashrani. Kaum Yahudi dan Nashrani serta pemeluk agama lainnya telah sepakat bahwa Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi di atas Arsy, sedangkan Jahmiyyah berpendapat bahwa tidak ada di atas Arsy sesuatu pun.” (Khalqu Af’aal Al-‘Ibaad)

 

Siberut, 2 Jumada Ats-Tsaniyah 1446

Abu Yahya Adiya