‘Abdurrahman bin Abi Laila selalu melaksanakan salat nafilah di rumahnya.
Jika merasa datang seseorang, ia pun memutus salat nafilah yang ia kerjakan lalu berbaring di atas kasurnya. Kemudian masuklah orang-orang lalu berkata:
هذا لا يفتر من النوم ، غالب وقته على فراشه نائم
“Orang ini (Abdurrahman) tidak capek tidur terus. Hampir seluruh waktunya digunakan untuk tidur di atas kasur!”
Mereka tidak tahu padahal ia sering melaksanakan salat nafilah, namun menyembunyikan itu dari mereka!
Al-A’masy bertutur:
كنت عند إبراهيم النخعي وهو يقـرأ في المصحف ، فاستأذن عليه رجل فغطّى المصحف ، وقال :
“Aku di sisi Ibrahim An-Nakha’i sementara ia sedang membaca mushaf (Al-Quran). Tiba-tiba ada yang meminta izin masuk. Ia pun segera menutup mushaf. Ia berkata:
لا يراني هذا أني أقرأ فيه كل ساعة
“Jangan sampai orang ini menganggap bahwa aku selalu membaca mushaf ini setiap waktu!”
Itulah para ulama terdahulu. Mereka sangat menjaga amal mereka. Mereka sangat mengkhawatirkan ria merusak amal mereka.
Karena itulah mereka ‘membungkus’ amal mereka serapi dan serapat mungkin.
Berbeda halnya dengan sebagian orang di zaman sekarang yang hobi mengupdate status mereka di medsos dengan:
“Alhamdulillah, sudah bisa rutin puasa Senin Kamis.”
“Saatnya bangun, jangan lupa salat tahajud!”
“Masya Allah, suasana syahdu di malam ini menambah khusyuk salat.”
Yang lebih tragis dari itu adalah sebagian orang suka memublikasikan status mereka di medsos yang mengesankan bahwa mereka sudah atau sedang melakukan suatu ibadah, padahal tidak.
Mereka suka kalau dianggap rajin salat malam, padahal kenyataannya malas salat malam.
Mereka suka kalau dianggap rajin baca Al-Quran, padahal kenyataannya malas baca Al-Quran.
Mereka senang kalau dianggap rajin beribadah, padahal kenyataannya malas beribadah.
Allah berfirman:
لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Janganlah sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari siksa. Mereka akan mendapat siksa yang pedih.” (QS. Ali-‘Imran: 188)
Siberut, 3 Rajab 1442
Abu Yahya Adiya
Sumber: http://www.saaid.net/rasael/365.htm






