Mendamaikan Ketika Puasa

Mendamaikan Ketika Puasa

“Tidak akan masuk surga pengadu domba.” (HR. Muslim)

Kalau itu nasib orang yang mengadu domba sesama muslim, maka bagaimana nasib orang yang mendamaikan sesama muslim?

Nabi ﷺ bersabda:

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى صَدَقَةٍ يُحِبُّهَا اللهُ وَرَسُولُهُ؟ تُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ إِذَا تَبَاغَضُوا، وتَفَاسَدُوا

“Maukah kamu kutunjukkan sedekah yang dicintai Allah dan Rasul-Nya? Yaitu memperbaiki hubungan di antara orang-orang tatkala mereka saling membenci dan rusak.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)

Apakah Allah akan menyengsarakan hamba-Nya yang melakukan perbuatan yang Dia cintai?

Nabi ﷺ bersabda:

أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ إِصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيِّن

“Sebaik-baik sedekah adalah memperbaiki hubungan di antara sesama muslim.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)

Apakah Allah akan menyengsarakan hamba-Nya yang melakukan sebaik-baik sedekah?

Nabi ﷺ bersabda:

أَلَّا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ؟

“Maukah kalian kuberitahukan amalan yang derajatnya lebih utama daripada derajat puasa, salat, dan sedekah?”

Para sahabat menjawab:

بَلَى

“Tentu.”

Beliau ﷺ bersabda:

إصْلَاحُ ذَاتِ الْبَيْنِ

“Memperbaiki hubungan di antara sesama muslim.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Apakah Allah akan menyengsarakan hamba-Nya yang melakukan amalan yang lebih utama daripada sedekah, puasa, dan salat-salat sunnah?

Manfaat dan kebaikan dari ibadah-ibadah tadi hanya dirasakan pelakunya saja atau beberapa gelintir orang saja.

Adapun manfaat dan kebaikan dari mendamaikan sesama muslim, maka itu bukan hanya dirasakan pelakunya saja, melainkan dirasakan juga oleh banyak orang.

Karena itu, wajarlah jika mendamaikan sesama muslim lebih utama dari ibadah-ibadah tadi. Dan wajarlah jika Allah mendorong kita untuk melakukan itu.

Allah berfirman:

لا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang memerintahkan untuk bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau  mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa’: 114)

Suatu hari ‘Abdullah bin Habib pernah berada di dekat Muhammad bin Ka’b. Lalu Muhammad bertanya kepadanya:

أَيْنَ كُنْتَ؟

“Ke mana saja kamu?”

‘Abdullah bin Habib menjawab:

كَانَ بَيْنَ قَوْمِي شَيْءٌ فَأَصْلَحْتُ بَيْنَهُمْ.

“Terjadi perselisihan di antara kaumku, lalu aku pun mendamaikan mereka.”

Muhammad bin Ka’b pun berkata:

أَصْبَحْتَ لَكَ مِثْلُ أَجْرِ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

“Engkau telah mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang berjihad di jalan Allah!”

Lalu Muhammad bin Ka’b membaca ayat tadi. (Lihat Tafsir Ibn Abi Hatim)

Itulah pahala orang yang mendamaikan sesama muslim di hari-hari biasa, maka bagaimana pula kalau dilakukan di bulan puasa?!

Catatan: pahala yang besar tadi tentu saja bisa diraih seseorang kalau ia melakukan itu dengan ikhlas, sebagaimana firman-Nya tadi: “Siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.”

Adapun orang yang mendamaikan sesama muslim karena ingin dipuji atau mencari keuntungan dunia, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa.

Setelah menyebutkan bahwa mendamaikan sesama muslim harus ikhlas, Imam Al-Qurthubi berkata:

فَأَمَّا مَنْ طَلَبَ الرِّيَاءَ وَالتَّرَؤُّسَ فَلَا يَنَالُ الثَّوَاب

“Adapun orang yang melakukan itu karena ingin dipuji dan mencari kekuasaan, maka ia tidak akan mendapatkan pahala.” (Al-Jami’ Liahkam Al-Quran)

 

Siberut, 20 Ramadhan 1444

Abu Yahya Adiya