Selalu Merasa Kurang dalam Menunaikan Hak-Nya

Selalu Merasa Kurang dalam Menunaikan Hak-Nya

“Sesungguhnya seorang mukmin adalah orang yang menggabungkan antara berbuat baik dan merasa takut.” (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim)

Demikianlah Imam Al-Hasan Al-Bashri menggambarkan sifat mukmin sejati.

Seorang mukmin yang sebenarnya adalah orang yang menggabungkan antara perbuatan baik dan perasaan takut. Takut akan apa?

Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:

عملوا لله بِالطَّاعَاتِ وَاجْتَهَدُوا فِيهَا، وَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ عَلَيْهِمْ.

“Mereka melakukan berbagai ketaatan dan bersungguh-sungguh dalam melakukannya karena Allah, tetapi mereka takut kalau semua itu tidak diterima.” (Ma’alim At-Tanzil)

Artinya, mereka selalu beramal dan beramal, serta beribadah dan beribadah, tetapi mereka khawatir amalan dan ibadah mereka tidak diterima oleh Allah.

Itulah maksud dari firman Allah:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

“Dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Suatu hari ‘Aisyah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang maksud ayat ini:

أَهُمْ الَّذِينَ يَشْرَبُونَ الْخَمْرَ وَيَسْرِقُونَ

“Apakah mereka adalah orang-orang yang meminum khamar dan mencuri?”

Maksud ‘Aisyah yaitu apakah mereka takut kepada Allah karena mereka sudah melakukan berbagai maksiat?

Nabi ﷺ menjawab:

لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ وَيُصَلُّونَ وَيَتَصَدَّقُونَ وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ

“Tidak, hai putri Ash-Shiddiq. Mereka adalah orang-orang yang melakukan puasa, salat, dan bersedekah, tetapi mereka takut semua amalan itu tidak diterima.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Artinya, mereka itu selalu berhati-hati dan waspada terhadap keadaan diri mereka sendiri.

Mereka tidak mau tertipu dan merasa puas, apalagi bangga dengan amalan yang ada.

Demikianlah sikap mukmin sejati. Sehebat apa pun usahanya untuk menunaikan hak Tuhannya, ia selalu merasa kurang dan tidak bisa menunaikannya dengan sempurna.

Karena itu, di antara doa yang Nabi ﷺ ajarkan kepada Mu’adz bin Jabal yaitu:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Ya Allah, tolonglah aku untuk bisa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan bisa beribadah dengan baik kepada-Mu.” (HR. Abu Daud)

Kita ini lemah, selalu membutuhkan pertolongan Allah. Kita ini lemah, harus selalu memohon pertolongan kepada-Nya dalam segala hal, termasuk dalam hal ibadah kepada-Nya.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ

“Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Fathir: 15)

 

Siberut, 8 Ramadhan 1444

Abu Yahya Adiya