Kalau orang yang berpuasa ingin meraup pahala sebanyak mungkin lewat puasanya, maka ia mesti memerhatikan adab-adabnya dan mengerjakan sunah-sunahnya.
Apa saja adab dan sunnah dalam berpuasa?
Berikut ini beberapa adab dan sunnah dalam berpuasa yang bisa kita amalkan:
1. Sahur.
Nabi ﷺ bersabda:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
“Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam ‘Abdul Ghani Al-Maqdisi berkata:
والبركة تشمل الوقت ومايتسحر به من مأْكول ومشروب
“Berkah di sini mencakup waktu sahur itu dan juga makanan serta minuman yang dijadikan santap sahur.” (‘Umdah Al-Ahkam Min Khair Kalam Al-Anam)
Artinya, waktu sahur adalah waktu yang penuh berkah. Dan makanan sahur adalah makanan yang penuh berkah.
Karena itu, jangan tinggalkan sahur ‘serepot’ apa pun. Tetaplah sahur, walaupun hanya dengan seteguk air!
Nabi ﷺ bersabda:
تَسَحَّرُوا وَلَوْ بِجَرْعَةٍ من ماء
“Sahurlah, walaupun dengan seteguk air!” (HR. Ibnu Hibban)
2. Mengakhirkan sahur.
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّا مَعَاشِرَ الْأَنْبِيَاءِ أُمِرْنَا أَنْ نُعَجِّلَ الْإِفْطَارَ، وَأَنْ نُؤَخِّرَ السُّحُورَ
“Kami para nabi diperintahkan untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath)
Dan nabi kita biasa mengakhirkan sahur.
Zaid bin Tsabit pernah ditanya tentang rentang waktu antara waktu sahur Nabi ﷺ dengan azan Subuh. Zaid menjawab:
قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً
“Seukuran 50 ayat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa maksud seukuran 50 ayat?
Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan:
أَيْ مُتَوَسِّطَةً لَا طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً لَا سَرِيعَةً وَلَا بَطِيئَةً
“Yaitu bacaan yang sedang. Tidak panjang dan tidak pula pendek. Tidak cepat dan tidak pula lambat.” (Fath Al-Bari Syarh Shahih Al-Bukhari)
3. Banyak bersedekah, membaca Al-Quran, dan melakukan berbagai kebaikan.
Ibnu ‘Abbas berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ
“Rasulullah ﷺ adalah orang yang sangat dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan, yaitu ketika Jibril menemuinya. Dan Jibril menemui beliau pada setiap malam bulan Ramadhan, untuk mengajarkan kepada beliau Al-Quran. Sungguh, Rasulullah ﷺ tatkala ditemui Jibril sangat cepat bederma melebihi hembusan angin.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ibnul Jauzi berkata:
وَإِنَّمَا كثر جوده عَلَيْهِ السَّلَام فِي رَمَضَان لخمسة أَشْيَاء:
“Sesungguhnya Nabi ﷺ banyak bederma di Ramadhan karena 5 perkara:
أَحدهَا: أَنه شهر فَاضل، وثواب الصَّدَقَة يتضاعف فِيهِ، وَكَذَلِكَ الْعِبَادَات
Yang pertama yakni Ramadhan adalah bulan yang mulia. Dan sedekah dilipatgandakan di bulan itu, demikian pula ibadah-ibadah lainnya.” (Kasyf Al-Musykil Min Hadits Ash-Shahihain)
4. Meninggalkan perkataan kotor, dusta, sia-sia, dan berbagai maksiat dan dosa.
Nabi ﷺ bersabda:
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ
“Apabila salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah berbicara kotor dan jangan pula berkata kasar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh perbuatannya meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari)
Tidak butuh perbuatannya meninggalkan makanan dan minuman. Artinya?
Tidak dapat pahala. Cuma merasakan lapar dan dahaga!
Itulah yang dikatakan Nabi ﷺ:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
“Bisa jadi seseorang berpuasa, tapi tidak ada yang ia dapatkan dari puasanya kecuali lapar saja.” (HR. Ibnu Majah)
Al-Ghazali menerangkan hadis tadi:
قيل هو الذي يفطر على حرام أو من يفطر على لحوم الناس بالغيبة أو من لا يحفظ جوارحه عن الآثام
“Dikatakan itu adalah orang yang berbuka dengan makanan yang haram atau ia berbuka dengan memakan daging manusia (menggunjingnya) atau ia tidak menjaga anggota badannya dari perbuatan dosa.” (Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir)
5. Bersegera dalam berbuka.
Nabi ﷺ bersabda:
لَا تَزَالُ أُمَّتِي عَلَى سُنَّتِي مَا لَمْ تَنْتَظِرْ بِفِطْرِهَا النُّجُومَ
“Umatku selalu berada dalam sunnahku selama mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka.” (HR. Ibnu Hibban)
Dan Nabi ﷺ bersabda:
لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ
“Orang-orang selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan buka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam An-Nawawi berkata:
فِيهِ الْحَثّ عَلَى تَعْجِيله بَعْد تَحَقُّقِ غُرُوبِ الشَّمْسِ ، وَمَعْنَاهُ لَا يَزَال أَمْر الْأُمَّة مُنْتَظِمًا وَهُمْ بِخَيْرٍ مَا دَامُوا مُحَافِظِينَ عَلَى هَذِهِ السُّنَّة ، وَإِذَا أَخَّرُوهُ كَانَ ذَلِكَ عَلَامَة عَلَى فَسَادٍ يَقَعُونَ فِيهِ
“Dalam hadis ini terdapat anjuran untuk menyegerakan berbuka setelah jelas tenggelamnya matahari. Makna hadis ini yaitu senantiasa perkara umat ini teratur dan mereka dalam keadaan baik selama mereka menjaga sunnah ini. Jika mereka mengakhirkannya, itu tanda adanya kerusakan yang mereka terjerumus di dalamnya.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj)
6. Berbuka dengan ruthab (kurma basah) atau tamr (kurma kering) jika memungkinkan atau air.
Anas bin Malik berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah ﷺ berbuka dengan beberapa ruthab sebelum salat. Jika tidak ada ruthab, beliau memakan beberapa tamr. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Daud dan HR. Tirmidzi)
Asy-Syaikh Abu Al-‘Alaa Al-Mubarakfuri berkata:
وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى اِسْتِحْبَابِ الْإِفْطَارِ بِالرُّطَبِ فَإِنْ عُدِمَ فَبِالتَّمْرِ فَإِنْ عُدِمَ فَبِالْمَاءِ .
“Hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan disukainya berbuka dengan ruthab. Jika tak ada, dengan tamr. Jika tak ada, dengan air.” (Tuhfah Al-Ahwadzi)
7. Berdoa ketika berbuka dengan doa berikut ini:
‘Abdullah bin ‘Umar berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ
“Rasulullah ﷺ jika berbuka mengucapkan:
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Telah hilang dahaga dan telah basah kerongkongan, serta telah tetap pahala, insya Allah.” (HR. Abu Daud)
8. Memperbanyak doa ketika berbuka.
Nabi ﷺ bersabda:
ثلاثة لا ترد دعوتهم الإمام العادل والصائم حين يفطر ودعوة المظلوم
“Tiga orang yang tidak tertolak doa mereka yaitu pemimpin yang adil, seorang yang berpuasa tatkala berbuka, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Waktu berbuka adalah waktu emas dan begitu berharga. Karena itu….
Siapa yang merasa rezekinya sempit lalu ingin diluaskan, maka berdoalah kepada-Nya ketika itu.
Siapa yang merasa susah mendapatkan jodoh lalu berharap ada orang yang mau melamarnya, maka berdoalah kepada-Nya ketika itu.
Siapa pun yang menginginkan kebaikan di setiap urusannya, baik di dunia maupun akhirat, maka berdoalah kepada-Nya ketika itu.
Siberut, 2 Ramadhan 1442
Abu Yahya Adiya
Sumber:
- Shahih Fiqh As-Sunnah wa Adillatuh wa Taudhihi Madzahib Al-Aimmah karya Syekh Abu Malik Kamal bin As-Sayyid.
- Kasyf Al-Musykil Min Hadits Ash-Shahihain karya Imam Ibnul Jauzi.
- dan lain-lain.






