Belajar Terlebih Dahulu Sebelum Memimpin?

Belajar Terlebih Dahulu Sebelum Memimpin?

Setelah tua, biasanya seseorang enggan mempelajari agama. Sebab, ia akan merasa malu kepada orang-orang yang lebih muda darinya.

Dan setelah memiliki jabatan yang tinggi, biasanya seseorang enggan belajar lagi. Sebab, ia akan merasa risih dengan orang-orang yang ada di bawahnya.

Karena itu, ‘Umar bin Al-Khaththab berkata:

تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَنْ تُسَوَّدُوا

“Pahamilah agama sebelum menjadi pemimpin.” (Shahih Bukhari)

Ya, pelajarilah agama selagi kalian masih muda, sebelum kalian menjadi pemimpin dan pemuka. Sebelum kalian menjadi orang terpandang dan berada.

Jika tidak, kalian akan merasa malu jika mempelajarinya setelah tua dan setelah memiliki kedudukan, sehingga akhirnya kalian terus berada dalam kebodohan.

Imam Ibnu Baththal berkata:

فإن من سوده الناس يستحيى أن يقعد مقعد المتعلم خوفًا على رئاسته عند العامة.

“Sesungguhnya siapa yang diangkat menjadi pemimpin oleh orang-orang, maka ia akan malu duduk seperti duduknya murid karena khawatir akan kepemimpinannya di hadapan orang banyak.” (Syarh Shahih Bukhari)

Dan kepemimpinan di sini tidak mesti di tingkat tinggi semacam provinsi atau negara, melainkan juga bisa di dalam tingkat rumah tangga.

Imam Al-Baihaqi berkata:

قَوْلُهُ: تُسَوَّدُوا مَعْنَاهُ: قَبْلَ أَنْ تَتَزَوَّجُوا فَتَصِيرُوا أَرْبَابَ بُيوتٍ قَالَهُ شِمْرٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

“Perkataan ‘Umar tadi: ‘sebelum menjadi pemimpin’, maknanya yaitu sebelum kalian menikah sehingga menjadi pemimpin rumah tangga. Itulah yang dikatakan oleh Syimr-semoga Allah meridainya-.” (Al-Madkhal Ilaa As-Sunan Al-Kubra)

Selain enggan untuk mencari ilmu, orang yang terburu-buru menjadi pemimpin sebelum belajar akan luput darinya ilmu yang banyak.

Imam Yahya bin Ma’in berkata:

من عاجل الرئاسة فاته علم كثير

“Siapa yang tergesa-gesa memegang kepemimpinan, akan luput darinya ilmu yang banyak.” (Syarh Shahih Bukhari)

Padahal, dalam menjalankan kepemimpinan, seseorang sangat membutuhkan ilmu. Setiap masalah yang ia hadapi pasti memerlukan ilmu.

Imam Al-‘Aini berkata:

وَقيل: إِن السِّيَادَة تحصل بِالْعلمِ، وَكلما زَاد الْعلم زَادَت السِّيَادَة بِهِ.

“Dikatakan: sesungguhnya kepemimpinan diraih dengan ilmu. Setiap kali ilmu bertambah, bertambah pula kepemimpinan dengan sebab itu.” (‘Umdah Al-Qari Syarh Shahih Al-Bukhari)

Lantas, bagaimana kalau seseorang terlanjur memimpin dalam keadaan tidak belajar terlebih dahulu?

“Pahamilah agama sebelum menjadi pemimpin.”

Imam Bukhari mengomentari perkataan ‘Umar ini:

وَبَعْدَ أَنْ تُسَوَّدُوا وَقَدْ تَعَلَّمَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ ﷺ فِي كِبَرِ سِنِّهِمْ

“Dan juga setelah menjadi pemimpin. Sungguh, para sahabat Nabi ﷺ mempelajari agama dalam usia mereka sudah tua.” (Shahih Bukhari)

Artinya, pahamilah agama sebelum menjadi pemimpin dan setelah menjadi pemimpin!

Sebab, ilmu agama itu selalu kita butuhkan dalam semua waktu kita, walaupun kita sudah tua. Buktinya, para sahabat Nabi ﷺ mempelajari agama dalam keadaan usia mereka sudah tua.

 

Siberut, 14 Dzulhijjah 1444

Abu Yahya Adiya