Siapa ibu yang tidak sedih karena kehilangan buah hatinya?
Suatu hari, Abu ‘Umair, putra Ummu Sulaim dan Abu Thalhah mengalami sakit keras. Ketika Abu Thalhah sedang tidak ada di rumah, meninggallah putranya itu.
Ummu Sulaim berkata kepada keluarganya:
لاَ تُحَدِّثُوا أَبَا طَلْحَةَ بابنِهِ حتَّى أَكُونَ أَنَا أُحَدِّثُهُ
“Jangan kalian beritahukan kematian anak ini kepada Abu Thalhah, hingga aku sendirilah yang memberitahukan kepadanya nanti.”
Tidak beberapa lama datanglah Abu Thalhah lalu bertanya:
مَا فَعَلَ ابنِي؟
“Bagaimana keadaan anakku?”
Lantas, apa jawaban Ummu Sulaim?
Setelah Nabi ﷺ menerima wahyu di gua Hira, beliau ﷺ menemui Khadijah dalam keadaan takut.
Beliau ﷺ berkata:
زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي
“Selimuti aku! Selimuti aku!”
Khadijah pun menyelimuti beliau ﷺ hingga hilanglah ketakutan beliau ﷺ. Lalu beliau ﷺ menceritakan peristiwa yang terjadi di gua Hira kepada Khadijah. Kemudian beliau ﷺ berkata:
لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي
“Aku mengkhawatirkan diriku.”
Lantas, apa reaksi Khadijah?
Fakta Yang Dihadapi Suami
Ketika di luar rumah, seorang suami harus menghadapi kerasnya tekanan dunia kerja dan beratnya godaan kaum wanita.
Maka, sudah sepantasnya seorang istri menyambut kedatangan suaminya dengan ceria dan gembira. Itu akan meringankan beban yang ia hadapi di luar rumahnya.
Itulah yang seharusnya ia lakukan. Bukan malah menambah beban suaminya dengan bermuka masam di hadapannya, atau memaparkan berbagai tagihan di depan matanya, atau menginterogasinya karena keterlambatannya pulang ke rumah, atau malah menyambut kedatangannya dengan amarah.
Menggembirakan seorang mukmin, menghiburnya, dan menenangkan hatinya adalah amalan yang sangat mulia.
Nabi ﷺ bersabda:
مِنْ أَفْضَلِ الْعَمَلِ إِدْخَالُ السُّرُورِ عَلَى الْمُؤْمِنِ
“Termasuk sebaik-baik amal adalah memasukkan kegembiraan kepada seorang mukmin.” (HR. Al-Baihaqi)
Nah, kalau melakukan itu kepada orang beriman secara umum saja merupakan amalan yang sangat baik, maka bagaimana pula kalau melakukan itu kepada orang beriman yang masih satu atap dan satu ranjang?!
Menghibur orang terdekat lebih besar pahalanya daripada menghibur orang terjauh!
Dan itu hanya diketahui oleh orang yang saleh dan berilmu.
Sikap Teladan Khadijah dan Ummu Sulaim
Apa yang dilakukan oleh Khadijah tatkala suaminya tercinta ketakutan selepas dari gua Hira?
Khadijah berkata kepada Nabi ﷺ:
كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Demi Allah, Allah tidak akan menyengsarakanmu selamanya. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, menanggung beban orang lain, membantu orang yang tak punya, memuliakan tamu, dan menolong kebenaran.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah, Khadijah menghibur beliau ﷺ dan menenangkan hati beliau ﷺ.
Dan apa yang dilakukan oleh Ummu Sulaim tatkala putranya meninggal dunia sedangkan suaminya baru tiba di rumahnya?
Abu Thalhah bertanya kepada Ummu Sulaim:
مَا فَعَلَ ابنِي؟
“Bagaimanakah keadaan anakku?”
Ummu Sulaim menjawab:
هُوَ أَسْكَنُ مَا كَانَ
“Ia dalam keadaan sangat tenang.”
Lihatlah, dalam keadaan sangat tenang!
Yakni sudah mati. Kenapa Ummu Sulaim tidak mengatakan dengan terus-terang bahwa ia sudah mati?
Suaminya baru saja tiba dan ia tidak ingin melukai hatinya.
Apakah cuma itu yang dilakukan oleh Ummu Sulaim untuk menghibur suaminya?
Tidak!
Anas bin Malik berkata:
فَقَرَّبَتْ إِلَيْهِ عَشَاءً
“Kemudian ia menghidangkan makan malam untuk suaminya.”
Apakah cuma sampai di situ pelayanan Ummu Sulaim untuk menghibur suaminya?
Tidak!
Anas bin Malik berkata:
ثُمَّ تَصَنَّعَتْ لَهُ أَحْسَنَ مَا كَانَ تَصَنَّعُ قَبْلَ ذَلِكَ
“Kemudian ia berdandan secantik mungkin. Belum pernah ia berdandan secantik itu sebelumnya.”
Ia melakukan itu seakan-akan tidak ada satu pun musibah menimpa keluarganya.
Setelah mendapatkan pelayanan seperti itu, Abu Thalhah pun menyetubuhi istrinya.
Itulah pelayanan Ummu Sulaim terhadap suaminya. Dan hasilnya….
Di kemudian hari, dari hasil persetubuhan malam itu, Ummu Sulaim hamil lalu melahirkan bayi laki-laki.
Ummu Sulaim menyuruh Anas bin Malik membawa bayi itu ke hadapan Nabi ﷺ.
Anas bin Malik berkata:
فَمَسَحَ وَجْهَهُ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللهِ
“Beliau ﷺ pun mengusap wajahnya dan menamainya dengan nama ‘Abdullah.” (HR. Muslim)
Dari ‘Abdullah inilah kelak muncul sembilan pria yang istimewa.
Seorang sahabat Anshar berkata:
فَرَأَيْتُ لَهُمَا تِسْعَةَ أَوْلاَدٍ كُلُّهُمْ قَدْ قَرَأَ القُرْآنَ
“Kulihat keduanya (Abu Thalhah dan Ummu Sulaim) memiliki sembilan cucu laki-laki, semuanya penghafal Al-Quran!” (HR. Bukhari)
Ya, semuanya penghafal Al-Quran!
Allahu akbar!
Menghibur suami adalah amal yang sangat baik. Karena itu, siapa yang melakukannya, niscaya Allah memberinya balasan yang sangat baik pula.
Siberut, 24 Muharram 1444
Abu Yahya Adiya






