Cemburu, Terpuji atau Tercela?

Cemburu, Terpuji atau Tercela?

“Kalau aku melihat ada seorang pria bersama istriku, maka akan kutebas ia dengan pedang tajamku!”

Itulah perkataan Sa’d bin Ubadah suatu hari. Ucapannya itu sampai kepada Nabi ﷺ. Maka beliau pun bersabda:

أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ، فَوَاللهِ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ، وَاللهُ أَغْيَرُ مِنِّي، مِنْ أَجْلِ غَيْرَةِ اللهِ حَرَّمَ الْفَوَاحِشَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا، وَمَا بَطَنَ، وَلَا شَخْصَ أَغْيَرُ مِنَ اللهِ

“Apakah kalian merasa heran dengan kecemburuan Sa’d? Demi Allah, sungguh, aku lebih cemburu daripada dirinya, dan Allah lebih cemburu daripada diriku. Karena rasa cemburu-Nya itulah Allah mengharamkan perbuatan keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Dan tidak ada seorang pun yang kecemburuannya melebihi kecemburuan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa cemburu merupakan sifat yang terpuji. Sebab, nabi kita saja memiliki sifat tersebut. Bahkan, Tuhan kita saja memiliki sifat tersebut.

Namun, cemburu seperti apakah yang terpuji itu?

Nabi ﷺ bersabda:

مِنَ الْغَيْرَةِ مَا يُحِبُّ اللَّهُ وَمِنْهَا مَا يُبْغِضُ اللَّهُ

“Di antara kecemburuan ada yang dicintai Allah dan ada yang dibenci Allah.”

Apa saja cemburu yang dicintai Allah? Dan apa saja cemburu yang dibenci Allah?

Nabi ﷺ melanjutkan:

فَأَمَّا الَّتِي يُحِبُّهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي الرِّيبَةِ، وَأَمَّا الْغَيْرَةُ الَّتِي يُبْغِضُهَا اللَّهُ فَالْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ رِيبَةٍ

“Adapun kecemburuan yang dicintai Allah adalah kecemburuan karena dugaan terjadinya kemaksiatan. Sedangkan kecemburuan yang dibenci Allah adalah kecemburuan bukan karena dugaan terjadinya kemaksiatan.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Nasai)

Apa maksud kecemburuan karena dugaan terjadinya kemaksiatan?

Imam Asy-Syaukani berkata:

(فَالْغَيْرَة فِي الرِّيبَةِ) نَحْوُ أَنْ يَغْتَارَ الرَّجُلُ عَلَى مَحَارِمِهِ إذَا رَأَى مِنْهُمْ فِعْلًا مُحَرَّمًا فَإِنَّ الْغَيْرَةَ فِي ذَلِكَ وَنَحْوِهِ مِمَّا يُحِبّهُ اللَّهُ

“Kecemburuan karena dugaan terjadinya kemaksiatan contohnya seseorang cemburu kepada keluarganya jika melihat mereka melakukan perbuatan yang diharamkan. Sesungguhnya kecemburuan dalam hal demikian dan semacamnya termasuk dicintai oleh Allah.” (Nail Al-Authar)

Dan apa maksud kecemburuan bukan karena dugaan terjadinya kemaksiatan?

Mullah ‘Ali Al-Qari berkata:

بِأَنْ يَقَعَ فِي خَاطِرِهِ ظَنُّ سُوءٍ مِنْ غَيْرِ أَمَارَةٍ كَخُرُوجٍ مِنْ بَابٍ، أَوْ ظُهُورٍ مِنْ شُبَّاكٍ، أَوْ تَكَشُّفٍ عَلَى أَجْنَبِيٍّ، أَوْ مُكَالَمَةٍ مَعَهُ مِنْ غَيْرِ ضَرُورَة

“Yaitu dengan muncul di benaknya prasangka buruk tanpa petunjuk, seperti keluar dari pintu, atau muncul di jendela, atau menampakkan diri pada pria asing, atau mengobrol bersamanya tanpa alasan yang mendesak.” (Mirqat Al-Mafatih Syarh Misykat Al-Mashabih)

Imam Asy-Syaukani berkata:

وَأَمَّا الْغَيْرَةُ فِي غَيْرِ الرِّيبَةِ فَنَحْوُ أَنْ يَغْتَارَ الرَّجُلُ عَلَى أُمِّهِ أَنْ يَنْكِحَهَا زَوْجُهَا وَكَذَلِكَ سَائِرُ مَحَارِمِهِ، فَإِنَّ هَذَا مِمَّا يَبْغُضُهُ اللَّهُ تَعَالَى لِأَنَّ مَا أَحَلَّهُ اللَّهُ تَعَالَى فَالْوَاجِبُ عَلَيْنَا الرِّضَا بِهِ

“Adapun kecemburuan bukan karena dugaan terjadinya kemaksiatan contohnya seseorang cemburu kepada ibunya karena dinikahi oleh suaminya. Demikian pula keluarganya yang lain. Sesungguhnya itu termasuk dibenci Allah. Sebab, apa yang telah Allah halalkan, maka kewajiban kita adalah menerimanya.” (Nail Al-Authar)

Kalau demikian, kecemburuan yang terpuji adalah kecemburuan yang muncul karena mengetahui seseorang melakukan perbuatan yang haram atau diduga kuat melakukan perbuatan yang haram. Kecemburuan seperti itulah yang dicintai oleh Allah.

Adapun kecemburuan yang tercela, yakni kecemburuan yang muncul karena mengetahui seseorang melakukan perbuatan yang dihalalkan atau kecemburuan yang muncul tanpa alasan yang jelas dan hanya berdasarkan prasangka semata. Kecemburuan seperti itulah yang dibenci oleh Allah.

 

Siberut, 29 Dzulqa’dah 1445
Abu Yahya Adiya