Doa Jibril untuk 3 Orang

Doa Jibril untuk 3 Orang

Suatu hari Rasulullah ﷺ naik mimbar lalu mengucapkan, “Amin. Amin. Amin.”

Beliau mengucapkan itu sebanyak tiga kali. Ada yang bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كُنْتَ تَصْنَعُ هَذَا؟

“Wahai Rasulullah, kenapa engkau melakukan demikian?”

Rasulullah ﷺ menjawab:

قَالَ لِي جِبْرِيلُ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا لَمْ يُدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، قُلْتُ: آمِينَ.

“Jibril berkata kepadaku, ‘Hinalah seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya sudah berusia lanjut, tapi itu tidak membuatnya masuk surga.’ Aku pun berkata, ‘Amiin.’

ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ لَمْ يُغْفَرْ لَهُ، فَقُلْتُ: آمِينَ.

Kemudian Jibril berkata, ‘Hinalah seorang hamba yang sempat menjumpai Ramadhan, tapi ia tidak diampuni oleh Allah.’ Aku pun berkata, ‘Amiin.’

ثُمَّ قَالَ: رَغِمَ أَنْفُ امْرِئٍ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ، فَقُلْتُ: آمِينَ

Kemudian Jibril berkata, ‘Hinalah seorang hamba yang disebutkan namaku di sisinya, tapi ia tidak mengucapkan salawat untukmu.’ Aku pun berkata, ‘Amiin.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad(

Itulah 3 orang yang didoakan Jibril agar celaka dan hina.

Siapa sajakah itu?

 

1. Seorang hamba yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satu dari keduanya sudah berusia lanjut, tapi itu tidak membuatnya masuk surga.

Allah berfirman:

وَوَصَّيْنَا الأِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)

Lihatlah, Allah sampai menggandeng perintah bersyukur kepada-Nya dengan perintah bersyukur

kepada orang tua. Mengapa demikian?

Karena besarnya jasa orang tua kepada anaknya. Karena betapa agungnya haknya terhadap anaknya.

Suatu hari Ibnu ‘Umar menyaksikan seseorang melaksanakan tawaf sembari menggendong ibunya. Orang itu mendatangi Ibnu ‘Umar lalu bertanya:

يَا ابْنَ عُمَرَ أَتُرَانِي جَزَيْتُهَا؟

“Wahai Ibnu ‘Umar, menurutmu apakah aku sudah membalas jasa ibuku ini?”

Ibnu ‘Umar menjawab:

لَا وَلَا بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ

“Belum. Bahkan belum sebanding dengan hembusan nafasnya ketika melahirkanmu.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad)

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang anak mustahil bisa membalas seluruh jasa orang tuanya, sehebat apa pun usahanya dan sebanyak apa pun harta yang ia berikan kepadanya.

Nah, kalau seseorang sadar bahwa dirinya tidak bisa membalas seluruh jasa orang tuanya, lalu apakah pantas ia malah mendurhakai dan menyakitinya?

Apakah pantas ia mendurhakainya, terutama di masa ketika orang tuanya membutuhkan uluran tangannya, yaitu di masa tuanya?

Bukankah orang seperti ini adalah orang yang tidak tahu diri?

Karenanya, wajarlah jika Jibril mendoakan anak yang seperti itu agar celaka dan hina.  Dan wajar pula jika Nabi ﷺ mengaminkan doa Jibril agar anak seperti itu celaka dan hina.

 

2. Seorang hamba yang sempat menjumpai Ramadhan tapi ia tidak diampuni oleh Allah.

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

Ya, Allah mewajibkan kita berpuasa agar apa?

Agar kalian bertakwa. Bukan agar kalian durhaka. Bukan agar kalian menjadi pendosa dan durjana.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah dan rahmat dari Allah, maka apakah mungkin seorang muslim menyambut itu dengan judi, menggunjing, dan berbagai perbuatan dosa?

Apakah  mungkin seorang muslim menghadapi waktu dibukanya pintu ampunan dengan berbuat berbagai dosa sehingga akhirnya ia tidak mendapatkan ampunan?

Bukankah orang seperti itu adalah orang yang tidak tahu diri?

Karenanya, wajarlah jika Jibril mendoakan orang yang seperti itu agar celaka dan hina.  Dan wajar pula jika Nabi ﷺ mengaminkan doa Jibril agar orang seperti itu celaka dan hina.

 

3. Seorang hamba yang disebutkan namaku di sisinya tapi ia tidak mengucapkan salawat untukmu.

Nabi ﷺ bersabda:

البخيل من ذكرت عنده فلم يصل علي

“Orang yang pelit adalah orang yang jika namaku disebut, ia tidak mau mengucapkan salawat untukku.” (HR. Tirmidzi)

Mengucapkan salawat itu perbuatan yang ringan. Tidak sampai menguras banyak energi dan kekuatan.

Karena itu, kalau ada orang yang sampai tidak mau mengucapkan salawat ketika nama Nabi ﷺ disebut, maka itu artinya ia adalah orang yang pelit.

Karenanya, wajarlah jika Jibril mendoakan orang yang seperti itu agar celaka dan hina. Dan wajar pula jika Nabi ﷺ mengaminkan doa Jibril agar orang seperti itu celaka dan hina.

Itulah 3 orang yang didoakan Jibril agar celaka dan hina, yakni anak yang durhaka dan menyia-nyiakan orang tuanya di masa tuanya, orang yang menyia-nyiakan Ramadhan dengan melakukan perbuatan dosa dan sia-sia, dan orang yang tidak mau mengucapkan salawat untuk Nabi ﷺ ketika nama beliau disebut.

Kita berlindung kepada Allah agar jangan menjadikan kita termasuk orang-orang itu.

 

Siberut, 5 Ramadhan 1443

Abu Yahya Adiya