Mereka menolak kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ, bahkan ingin membunuh orang yang menyuruh mereka mengucapkan kalimat itu.
Itulah kenyataan yang harus dihadapi Nabi ﷺ tatkala berdakwah di tengah suku Quraisy, kaum beliau sendiri.
Musyirikin Quraisy mengakui bahwa yang menciptakan, menguasai dan mengatur alam semesta hanyalah Allah (lihat QS. Yunus: 31). Namun, mengapa mereka menolak kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ?
Mengapa mereka tidak mau mengucapkannya, bahkan menentangnya?
Sebelum menjawab pertanyaan ini ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu sembahan kaum musyrikin di zaman Jahiliah.
Apa sajakah yang mereka sembah ketika itu?
Sembahan Kaum Musyrikin Zaman Jahiliyyah
- Para malaikat dan para nabi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَأْمُرَكُمْ أَنْ تَتَّخِذُوا الْمَلَائِكَةَ وَالنَّبِيِّينَ أَرْبَابًا
“Dan tidak mungkin pula bagi nabi menyuruh kalian menjadikan para malaikat dan para nabi sebagai tuhan.” (QS. Ali-‘Imran: 80)
Ini menunjukkan bahwa di antara orang-orang musyrik zaman dahulu ada yang menyembah para malaikat dan nabi. Adapun penyembah malaikat yaitu kaum Shoibah. Sedangkan penyembah nabi yaitu kaum Nashrani. Mereka menyembah Nabi ‘Isa.
- Jin dan orang-orang saleh:
Allah Ta’ala berfirman:
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلا يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلا تَحْوِيلا
“Katakanlah: ‘Panggillah mereka yang kalian anggap (tuhan) selain Allah, mereka tidak kuasa untuk menghilangkan bahaya dari kalian dan tidak pula memindahkannya.’
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah). Mereka mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan siksa-Nya. Sesungguhnya siksa Tuhanmu itu sesuatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 56-57)
Siapa yang dimaksud dengan orang-orang yang mereka seru itu?
Imam Al-Qurthubi menyebutkan 3 pendapat para ulama ahli tafsir dalam hal ini:
- Ada yang menyatakan bahwa mereka itu adalah para jin yang disembah oleh kabilah Arab. Para jin itu masuk Islam dalam keadaan para penyembah mereka tidak tahu bahwa mereka sudah masuk Islam, dan mereka tetap beribadah kepada mereka.
- Ada yang menyatakan bahwa mereka itu adalah para malaikat.
- Ada yang menyatakan bahwa mereka itu adalah ‘Isa putra Maryam dan Uzair. Dan Uzair adalah orang saleh dari kalangan Bani Israel.
Yang demikian menunjukkan bahwa orang-orang musyrik zaman dahulu ada yang menyembah jin dan orang-orang saleh.
- Matahari dan bulan.
Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya yaitu malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kalian hanya beribadah kepada-Nya.” (QS. Fushshilat : 37)
Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan ini menunjukkan bahwa orang-orang musyrik zaman dahulu ada yang menyembah matahari dan bulan.
- Pepohonan dan batu-batuan
Allah Ta’ala berfirman:
أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى
“Maka apakah patut kalian menganggap Laata dan ‘Uzza serta Manat yang ketiga.” (QS. An Najm: 19-20)
Laata, ‘Uzza dan Manat adalah sembahan orang-orang di zaman jahiliah.
Laata itu berupa batu putih berukir dan di atasnya dibangun sebuah rumah. Dan letaknya di Thaif. Apa asalnya?
Ibnu ‘Abbas menjelaskan:
كَانَ اللَّاتُ رَجُلًا يَلُتُّ سَوِيقَ الحَاجِّ
“Laata adalah orang yang suka mengaduk sawiq (adonan gandum) untuk dihidangkan kepada jamaah haji.” (Shahih Bukhari)
Artinya, ia orang yang baik dan dermawan. Setelah meninggal, orang-orang senantiasa mendatangi makamnya. Dan di kemudian hari, ternyata mereka menyembahnya.
‘Uzza itu berupa pohon yang ada bangunannya dan diberi kelambu, terletak di Nakhlah antara Mekah dan Thaif.
Manat itu berupa patung dan terletak di Musyallal, antara Mekah dan Madinah.
Setelah لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ, Mereka Tidak Bisa Disembah
Apa makna لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ?
Maknanya dijelaskan oleh Imam Ath-Thabari:
لا معبود تصلح له العبادة إلا الله
“Tidak ada yang sembahan yang boleh diibadahi kecuali Allah.” (Jami’ Al-Bayan Fii Ta’wiil Al-Quran)
Artinya, hanya Allah yang boleh diibadahi. Segala sesuatu selain Allah tidak boleh disembah dan diibadahi.
Tidak boleh beribadah dan menyembah malaikat dan nabi.
Tidak boleh beribadah dan menyembah orang-orang saleh.
Tidak boleh beribadah dan menyembah jin.
Tidak boleh beribadah dan menyembah matahari dan bulan.
Tidak boleh beribadah dan menyembah pepohonan dan batu-batuan.
Padahal, kenyataannya, semua itu disembah oleh orang-orang musyrik zaman dahulu.
Karena itulah mereka tidak mau menerima kalimat لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ.
Makanya tatkala Nabi ﷺ menyuruh mereka mengucapkan kalimat itu, mereka pun berkata:
أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ
“Apakah ia menjadikan sembahan-sembahan itu sembahan yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad: 5)
Mereka merasa heran kalau harus mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ dan meninggalkan kemusyrikan yang mereka lakukan.
Kalau itu membuat mereka heran, maka mungkin mereka lebih heran lagi ketika menyaksikan sebagian orang di zaman ini yang mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ berpuluh-puluh kali, beratus-ratus kali, bahkan beribu-ribu kali, tapi anehnya mereka malah menyembah makam-makam, jin, benda-benda keramat!
Musyrikin dahulu menolak لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ lalu menyekutukan Allah. Sedangkan mereka mengulang-ulang لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ tapi sambil menyekutukan Allah!
Mana yang lebih mengherankan?
Siberut, 28 Shafar 1442
Abu Yahya Adiya






