Menolak Nasehat

Menolak Nasehat

Kalau seseorang tidak mau menerima nasehat, itu pertanda bahwa ia orang yang sombong dan tinggi hati. Sulit diharapkan mendapat kebaikan.

Namun, kalau seseorang mau menerima nasehat, itu pertanda bahwa ia orang yang rendah hati dan masih diharapkan mendapat kebaikan.

Kenapa harus menerima nasehat?

Karena, apa ada manusia yang sempurna dan tidak memiliki kekurangan sama sekali?

Tentu saja tidak ada. Setiap orang pasti memiliki kekurangan.

Karena itu, siapa pun membutuhkan nasehat untuk menutupi kekurangannya dan memperbaiki kesalahannya. Namun sayangnya, banyak orang yang merasa berat untuk menerima nasehat. Dan yang lebih parah lagi ada yang sampai menolak nasehat!

Nabi ﷺ bersabda:

وَإِنَّ أَبْغَضَ الْكَلَامِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ لِلرَّجُلِ: اتَّقِ اللهَ فَيَقُولُ عَلَيْكَ بِنَفْسِك

“Sesungguhnya perkataan yang paling dibenci Allah yaitu seseorang berkata kepada orang lain, ‘Bertakwalah engkau kepada Allah!’, tapi orang itu berkata, ‘Urus saja dirimu sendiri!” (Syu’ab Al-Iman)

Kalau pun seseorang memandang nasehat yang diberikan oleh orang lain itu kurang tepat, maka tetap saja tidak sepantasnya ia meremehkan orang yang memberikan nasehat itu.

Kenapa begitu?

Karena, meremehkan itu adalah bagian dari kesombongan.

Abu Wahb Al-Marwazi bertanya kepada Imam Ibnul Mubarak:

مَا الكِبْرُ؟

“Apa itu kesombongan?”

Maka Imam Ibnul Mubarak menjawab:

أَنْ تَزْدَرِيَ النَّاسَ

“Engkau meremehkan orang lain.” (Siyar Alam An-Nubala)

 

Siberut, 27 Dzulhijjah 1443

Abu Yahya Adiya