10. Diat karena melukai atau merusak anggota badan.
Nabi ﷺ bersabda:
لَا قَوَدَ فِي الْمَأْمُومَةِ وَلَا الْجَائِفَةِ وَلَا الْمُنَقِّلَةِ
“Tidak ada kisas karena ma’mumah (luka yang sampai ke otak), jaifah (luka yang sampai ke dalam tubuh) dan pada munaqqilah (luka yang menggeser tulang).” (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ menerangkan bahwa kisas tidak bisa dijalankan karena beberapa luka tersebut. Sangat sulit untuk melakukan kisas karena luka-luka itu, karenanya yang ada hanyalah bayar diat. Berapa besarnya?
Nabi ﷺ pernah membuat surat kepada penduduk Yaman yang berisi tentang berbagai kewajiban, sunah-sunah, dan diat. Kemudian surat tersebut dibacakan di hadapan penduduk Yaman. Dan di antara isi surat tersebut adalah bahwa:
أَنَّ مَنْ اعْتَبَطَ مُؤْمِنًا قَتْلًا عَنْ بَيِّنَةٍ فَإِنَّهُ قَوَدٌ إِلَّا أَنْ يَرْضَى أَوْلِيَاءُ الْمَقْتُولِ
“Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan adanya bukti, maka ia terkena kisas, kecuali bila para wali orang yang dibunuh memaafkan.
وَأَنَّ فِي النَّفْسِ الدِّيَةَ مِائَةً مِنْ الْإِبِلِ
Untuk satu nyawa satu diat yaitu seratus ekor unta.
وَفِي الْأَنْفِ إِذَا أُوعِبَ جَدْعُهُ الدِّيَةُ
Hidung bila dipotong semuanya adalah satu diat.
وَفِي اللِّسَانِ الدِّيَةُ
Untuk lidah satu diat.
وَفِي الشَّفَتَيْنِ الدِّيَةُ
Untuk dua bibir satu diat.
وَفِي الْبَيْضَتَيْنِ الدِّيَةُ
Untuk dua buah pelir satu diat.
وَفِي الذَّكَرِ الدِّيَةُ
Untuk penis satu diat.
وَفِي الصُّلْبِ الدِّيَةُ
Untuk tulang sulbi satu diat.
وَفِي الْعَيْنَيْنِ الدِّيَةُ
Untuk dua mata satu diat.
وَفِي الرِّجْلِ الْوَاحِدَةِ نِصْفُ الدِّيَةِ
Untuk satu kaki setengah diat.
وَفِي الْمَأْمُومَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ
Untuk ma’mumah (luka yang sampai ke otak) sepertiga diat.
وَفِي الْجَائِفَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ
Untuk jaifah (luka yang sampai dalam tubuh) sepertiga diat.
وَفِي الْمُنَقِّلَةِ خَمْسَ عَشْرَةَ مِنْ الْإِبِلِ
Untuk munaqqilah (luka yang menggeser tulang) lima belas ekor unta.
وَفِي كُلِّ أُصْبُعٍ مِنْ أَصَابِعِ الْيَدِ وَالرِّجْلِ عَشْرٌ مِنْ الْإِبِلِ
Untuk setiap jari tangan dan kaki sepuluh ekor unta.
وَفِي السِّنِّ خَمْسٌ مِنْ الْإِبِلِ
Untuk gigi lima ekor unta.
وَفِي الْمُوضِحَةِ خَمْسٌ مِنْ الْإِبِلِ
Untuk mudhihah (luka yang menampakkan tulang pada kepala dan muka) lima ekor unta.” (HR. Nasai)
Lantas, bagaimana kalau seseorang tidak memiliki atau mendapati unta? Bagaimana cara ia membayar diat?
Ada riwayat dari ‘Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يُقَوِّمُ دِيَةَ الْخَطَإِ عَلَى أَهْلِ الْقُرَى أَرْبَعَ مِائَةِ دِينَارٍ أَوْ عَدْلَهَا مِنْ الْوَرِقِ وَيُقَوِّمُهَا عَلَى أَثْمَانِ الْإِبِلِ فَإِذَا غَلَتْ رَفَعَ فِي قِيمَتِهَا وَإِذَا هَاجَتْ رُخْصًا نَقَصَ مِنْ قِيمَتِهَا وَبَلَغَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ مَا بَيْنَ أَرْبَعِ مِائَةِ دِينَارٍ إِلَى ثَمَانِ مِائَةِ دِينَارٍ وَعَدْلُهَا مِنْ الْوَرِقِ ثَمَانِيَةُ آلَافِ دِرْهَمٍ وَقَضَى رَسُولُ اللَّهِ ﷺ عَلَى أَهْلِ الْبَقَرِ مِائَتَيْ بَقَرَةٍ وَمَنْ كَانَ دِيَةُ عَقْلِهِ فِي الشَّاءِ فَأَلْفَيْ شَاةٍ
“Rasulullah ﷺ menetapkan nilai diat karena pembunuhan yang tidak disengaja bagi penduduk kampung yaitu empat ratus dinar, atau dirham yang sebanding dengannya, serta menetapkan nilainya sesuai dengan harga unta. Jika harga unta naik, maka beliau menaikkan nilainya. Dan jika harga unta turun, maka beliau pun menurunkan nilainya. Diat pada masa Rasulullah ﷺ berkisar antara empat ratus dinar hingga delapan ratus dinar, atau sebanding dengan delapan ribu dirham. Rasulullah ﷺ menetapkan bagi pemilik sapi yakni dua ratus ekor sapi. Dan jika diat itu dibayarkan berupa kambing. maka dengan dua ribu ekor kambing.” (HR. Abu Daud)
11. Apakah seorang istri mendapatkan warisan dari diat suaminya?
Sa’id bin Al-Musayyab:
كَانَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَقُولُ:
“Umar pernah berkata:
الدِّيَةُ لِلْعَاقِلَةِ، وَلَا تَرِثُ الْمَرْأَةُ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا شَيْئًا
“Diat itu milik kerabat seseorang dari pihak ayahnya, sedangkan istri tidak mewarisi sedikit pun diat suaminya.”
حَتَّى قَالَ لَهُ الضَّحَّاكُ بْنُ سُفْيَانَ :
Sampai akhirnya Ad-Dhahhak bin Sufyan berkata kepadanya:
كَتَبَ إِلَيَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
“Rasulullah ﷺ pernah menulis surat kepadaku yang isinya:
أَنْ وَرِّثِ امْرَأَةَ أَشْيَمَ الضِّبَابِيِّ مِنْ دِيَةِ زَوْجِهَا،
“Berikanlah warisan kepada istri Asyyam Adh-Dhababi dari diyat suaminya.”
فَرَجَعَ عُمَرُ
‘Umar pun rujuk dari pendapatnya.” (HR. Tirmidzi)
Siberut, 8 Dzulqa’dah 1446
Abu Yahya Adiya






