Apa tanda Allah merendahkan seorang hamba?
Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata:
إذا استرذل الله عبدا زهده في العلم
“Jika Allah akan merendahkan seorang hamba, maka Dia akan menjadikannya tidak tertarik pada ilmu.” (Irsyad Ath-Thullab Ilaa Fadhilah Al-‘Ilm wa Al-Adab)
Kalau seseorang sudah tidak tertarik pada ilmu dan tidak menaruh minat padanya, itu merupakan pertanda bahwa Allah telah merendahkannya.
Mengapa demikian?
Sebab, Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Itu menunjukkan bahwa ia telah Allah muliakan. Berarti, orang yang tidak berilmu dan merasa tidak membutuhkan ilmu adalah orang yang telah Allah rendahkan.
Ia rendah di sisi-Nya dan menjadi tawanan musuh-Nya!
Imam Ibnul Jauzi berkata:
اعلم أن أول تلبيس إبليس عَلَى الناس صدهم عَنِ العلم لأن العلم نور فَإِذَا أطفا مصابيحهم خبطهم فِي الظلم كيف شاء
“Ketahuilah, perangkap Iblis yang pertama kali diberikan kepada umat manusia adalah menghalangi mereka dari ilmu. Sebab, ilmu itu cahaya. Kalau Iblis sudah mematikan cahaya mereka, maka ia bisa memasukkan mereka ke dalam kegelapan dengan cara apapun yang ia suka.” (Talbis Iblis)
Makin jauh seseorang dari ilmu, maka makin mudah bagi Iblis untuk menyesatkannya. Sebaliknya, makin dekat seseorang dengan ilmu, maka makin susah bagi Iblis untuk menyesatkannya.
Abu Hurairah berkata:
ولفَقِيهٌ واحد أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Sungguh, seorang berilmu lebih berat bagi setan daripada 1000 orang ahli ibadah.” (Irsyad Ath-Thullab Ilaa Fadhilah Al-Ilm wa Al-Adab)
Maka, jangan rela menjadi orang yang rendah di sisi-Nya dan menjadi tawanan musuh-Nya.
Curahkan waktu, tenaga, dan hartamu untuk mencari ilmu. Itu akan bermanfaat bagimu dan tidak akan merugikanmu.
Imam Asy-Sya’bi berkata:
لو أن رجلا سافر من أقصى الشام إلى أقصى اليمن ليسمع كلمة حكمة ما رأيت أن سفره ضاع
“Seandainya seseorang melakukan perjalanan jauh dari ujung Syam ke ujung Yaman untuk mendengar satu perkataan hikmah, maka aku tidak menganggap bahwa perjalanannya itu sia-sia.” (Irsyad Ath-Thullab Ilaa Fadhilah Al-‘Ilm wa Al-Adab)
Siberut, 25 Dzulhijjah 1442
Abu Yahya Adiya






