Pasukan kaum Muslimin terkepung di wilayah Syam. Abu ’Ubaidah bin Al-Jarrāḥ, sebagai komandan pasukan, mengirim surat kepada Amirul Mukminin ’Umar bin Al-Khaṭṭab. Beliau pun membalas surat tersebut dengan isi sebagai berikut:
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ مَهْمَا نَزَلَ بِعَبْدٍ مُؤْمِنٍ مِنْ مَنْزِلَةِ شِدَّةٍ إِلَّا يَجْعَلُ اللَّهُ لَهُ بَعْدَهَا فَرَجًا وَلَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ وإن الله تبارك وتعالى يَقُولُ في كتابه:
“Ammabakdu, sesungguhnya tidaklah kesempitan menimpa seorang hamba yang beriman, melainkan setelah itu Allah akan memberikan kelapangan baginya. Dan satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Sesungguhnya Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi berfirman dalam kitab-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ}
“Hai orang-orang yang beriman bersabarlah, kuatkanlah kesabaran, tetaplah bersiaga, dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.” (Al-Mustadrak ’alā Aṣ-Ṣaḥīḥain)
’Umar bin Al-Khaṭṭab memberikan nasihat yang sangat berharga kepada Abu ’Ubaidah bin Al-Jarrāḥ dan juga kepada siapa pun yang sedang mengalami kesusahan. Apa inti nasihat beliau? Optimislah dalam menghadapi setiap masalah. Sebab, tidak ada satu pun kesulitan, melainkan di baliknya ada kemudahan.
Beliau menguatkan nasihat tersebut dengan pernyataan: “Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”
Pernyataan ini merujuk pada firman Allah:
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (Asy-Syarḥ: 5-6)
Tentang ayat ini, Ibnu Al-Jauzī berkata:
و «العسر» مذكور في الآيتين بلفظ التعريف. و «اليُسر» مذكور بلفظ التنكير، فدل على أن العسر واحد، واليسر اثنان. قال ابن مسعود، وابن عباس في هذه الآية:
“Kata al-’usr (kesulitan) disebutkan dalam dua ayat tersebut dalam bentuk makrifah (dengan alif dan lam bersifat definitif), sedangkan kata al-yusr (kemudahan) disebutkan dalam bentuk nakirah (tanpa alif dan lam, bersifat indefinitif). Ini menunjukkan bahwa kesulitan itu satu, sedangkan kemudahan itu dua. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ’Abbas menyebutkan tentang ayat ini:
لن يغلب عُسْر يسرين
“Satu kesulitan tidak akan dapat mengalahkan dua kemudahan.”
قال الفراء:
Al-Farra berkata:
العرب إذا ذَكَرَتْ نَكِرَةً ثم أعادتها بنكرة صارت اثنتين
“Orang-orang Arab apabila menyebutkan suatu kata dalam bentuk nakirah lalu mengulanginya lagi dalam bentuk nakirah, maka itu menunjukkan dua hal yang berbeda.” (Zād Al-Masīr fī ’Ilmi At-Tafsīr)
Maka, bagaimana mungkin kita bersikap pesimis jika kita yakin bahwa “bersama kesulitan ada kemudahan”?
Dan bagaimana mungkin kita bersikap pesimis jika kita yakin bahwa “satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan.”?
Setiap kali kesulitan menghimpit hidupmu, yakinlah bahwa pertolongan dan kemudahan dari Allah akan datang kepadamu.
Kemudahan yang dimaksud bisa berbentuk:
- Kemudahan yang Nyata (Konkret)
Yaitu adalah kemudahan yang bisa dirasakan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh:
-Seseorang hidup dalam kemiskinan dan merasa kehidupannya sangat sempit. Kemudian Allah memberinya rezeki hingga ia hidup berkecukupan. Ini merupakan bentuk kemudahan yang tampak jelas.
-Seseorang sedang sakit dan merasa sangat menderita, lalu Allah menyembuhkannya. Ini juga merupakan bentuk kemudahan yang dapat dirasakan secara fisik.
- Kemudahan yang Abstrak (Tidak Tampak Fisiknya)
Yaitu bentuk pertolongan yang sifatnya batiniah atau psikologis.
Contoh: seseorang tertimpa musibah, lalu Allah menguatkan hatinya dengan kesabaran dan ketabahan. Jika Allah menolongmu dengan memberikan kesabaran, maka segala urusan yang terasa berat akan menjadi lebih ringan. Bahkan, masalah yang semula tampak sangat sulit pun akan terasa mudah jika Allah menganugerahkan ketenangan dan kesabaran dalam menghadapinya.
Maka, sekalipun langit hidupmu tampak gelap, jangan pernah biarkan harapanmu padam!
Genggamlah keyakinan bahwa pertolongan Allah selalu datang pada waktunya. Sebab, tidak ada satu kesulitan pun yang dapat mengalahkan dua kemudahan yang Dia janjikan.
Siberut, 7 Rabī’ul Ṡāni 1447
Abu Yahya Adiya
Sumber:
- Tafsīr Juz ’Amma karya Syekh Muhammad bin Ṣaleh Al-’Uṡaimīn.
- Zād Al-Masīr fī ’Ilmi At-Tafsīr karya Ibnu Al-Jauzī.






