“Orang miskin bukanlah orang yang berkeliling meminta-minta kepada orang-orang, lalu diberi sesuap dua suap, atau sebutir dua butir kurma.”
Demikianlah Nabi ﷺ bersabda. Para sahabat pun bertanya:
فَمَا الْمِسْكِينُ؟ يَا رَسُولَ اللَّهِ!
“Kalau begitu, apa orang miskin itu wahai Rasulullah?”
Beliau ﷺ pun menjawab:
الَّذِي لَا يَجِدُ غِنًى يُغْنِيهِ. وَلَا يُفْطَنُ لَهُ، فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ. وَلَا يسأل الناس شيئا
“Oran yang tidak mendapati kekayaan yang mencukupinya, dan keadaannya tidak diketahui orang lain sehingga mendapatkan sedekah, dan tidak pula ia meminta sesuatu pun kepada orang lain.” (HR. Muslim)
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ menerangkan bahwa orang miskin yang sebenarnya bukanlah orang yang mendatangi rumah-rumah orang dan meminta sedekah kepada mereka lalu merasa cukup dengan satu dua suap atau satu dua butir kurma yang diberikan oleh mereka.
Orang miskin yang sebenarnya adalah orang yang miskin tapi tidak menampakkan kemiskinannya. Ia miskin tapi tidak mau menengadahkan tangannya kepada orang lain. Akhirnya, orang-orang mengira ia berkecukupan sehingga mereka tidak memberikan sedekah kepadanya.
Orang seperti itulah yang disunggung oleh Allah dalam firman-Nya:
يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
“Orang yang tidak tahu menyangka bahwa mereka orang kaya karena menjaga diri dari meminta-minta.” (QS. Al-Baqarah: 273)
Syekh Muḥammad bin Ṣaliḥ Al-`Uṡaimīn berkata:
هذا هو المسكين حقيقة؛ لا يسأل فيُعطى ولا يتفطن له فيعطى…هذا هو المسكين الذي ينبغي للناس تفقده وإصلاح حاله، والحنو عليه، والعطف عليه
“Inilah orang miskin yang sebenarnya; ia tidak meminta lalu diberi dan tidak diketahui keadaannya lalu diberi…Inilah orang miskin yang seharusnya diperhatikan, diperbaiki keadaannya, disayangi, dan dikasihi oleh orang-orang.” (Syarḥ Riyāḍ Aṣ-Ṣāliḥīn)
Maka, orang yang menyembunyikan kekurangannya lebih berhak dibantu daripada orang menampakkan kekurangannya.
Siberut, 3 Rabī’ul Ṡāni 1447
Abu Yahya Adiya






