Ada orang yang bergelimang harta, tapi seakan-akan ia tidak memiliki harta.
Dan ada orang yang menggenggam kekayaan, tapi pikirannya masih saja dibayangi oleh kemiskinan.
“Sebaik-baik rezeki adalah yang mencukupi.” (Al-Jami’ Ash-Shaghir)
Demikianlah sabda Nabi ﷺ. Apa maksud yang mencukupi di sini?
Imam Ash-Shan’ani menjelaskan:
أي أغنى عنهم أو هو ما يكف الإنسان عن الحاجة وعن السؤال.
“Yaitu yang membuat tidak membutuhkan orang lain atau yang menahan seseorang dari membutuhkan atau meminta kepada orang lain.” (At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir)
Artinya sebaik-baik rezeki adalah yang membuat seseorang tidak perlu menjulurkan tangan kepada orang lain atau menampakkan kebutuhannya kepada mereka.
Siapa yang mendapatkan demikian, maka ia adalah orang kaya yang sebenarnya.
Nabi ﷺ bersabda:
منْ أَصبح مِنكُمْ آمِناً في سِرْبِهِ، مُعَافَىً في جَسدِه، عِندهُ قُوتُ يَومِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا بِحذافِيرِها
“Siapa di antara kalian yang bangun di pagi hari dalam keadaan tenteram hatinya, sehat tubuhnya, dan memiliki makanan pada hari itu, maka dunia dari segala penjuru telah diberikan kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
Ya, dunia sudah dalam genggamannya. Maka beruntunglah orang yang merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan. Beruntunglah orang yang merasa puas dengan rezeki yang Allah bagikan.
Nabi ﷺ bersabda:
قَدْ أَفَلَحَ مَن أَسلَمَ، وكَانَ رِزقُهُ كَفَافاً، وَقَنَّعَهُ اللَّه بِمَا آتَاهُ
“Sungguh beruntunglah orang yang telah memeluk Islam, ia diberi rezeki sekadarnya, dan Allah menjadikannya merasa cukup terhadap apa yang Dia berikan.” (HR. Muslim)
Siberut, 10 Jumada Ats-Tsaniyah 1446
Abu Yahya Adiya






