’Umar bin Al-Khaṭṭāb mencopot Sa’d bin Abī Waqqāṣ dari jabatannya sebagai gubernur Kūfah. Kemudian ’Umar mengirim beberapa orang untuk bertanya kepada orang-orang tentangnya di majelis-majelis Kūfah. Maka, tidaklah mereka mendatangi suatu majelis kecuali orang-orang yang ada di situ memuji Sa’d.
Mereka terus mendatangi majlis-majlis yang ada hingga akhirnya mereka sampai ke salah satu masjid di Kūfah. Di situlah mereka menemui seorang pria yang Usāmah bin Qatādah. Ia berkata kepada mereka:
فَإِنَّ سَعْدًا كَانَ لَا يَسِيرُ بِالسَّرِيَّةِ، وَلَا يَقْسِمُ بِالسَّوِيَّةِ، وَلَا يَعْدِلُ فِي الْقَضِيَّةِ
“Sesungguhnya Sa’d tidak pernah berjalan dalam sebuah pasukan, tidak pernah membagi-bagi rampasan, dan tidak pernah adil dalam suatu perkara.”
Perkataannya sampai kepada Sa’d, maka ia pun berdoa:
اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ عَبْدُكَ هَذَا كَاذِبًا، قَامَ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَأَطِلْ عُمْرَهُ، وَأَطِلْ فَقْرَهُ، وَعَرِّضْهُ بِالْفِتَنِ.
“Ya Allah, jika hamba-Mu ini berdusta, melakukan itu karena ria dan sumah (ingin didengar), maka panjangkanlah umurnya, lamakanlah kemiskinannya, dan jadikan ia terpapar pada fitnah!”
Lalu apa yang terjadi padanya?
Seorang wanita menuduh Sa’īd bin Zaid telah menyerobot sebagian tanahnya. Sa’īd membantah tuduhan itu lalu ia berdoa:
اللهُمَّ، إِنْ كَانَتْ كَاذِبَةً فَعَمِّ بَصَرَهَا، وَاقْتُلْهَا فِي أَرْضِهَ
“Ya Allah, jika wanita itu dusta, maka butakanlah matanya dan matikanlah ia di tempat tinggalnya!”
Lalu apa yang terjadi padanya?
Seorang menteri di Bagdād menzalimi seorang wanita tua di sana. Ia merampas haknya dan menyita hartanya. Wanita itu pergi menemuinya sambil menangis dan memprotes perbuatannya. Namun, menteri itu tidak sadar dan tidak menyesali perbuatannya. Maka, wanita itu pun berkata:
لأدعون الله عليك
“Aku akan memanjatkan doa keburukan kepada Allah untukmu!”
Menteri itu malah menertawakannya dan mengejeknya dengan berkata:
عليك بالثلث الأخير من الليل!!
“Berdoalah pada sepertiga malam yang terakhir!”Wanita itu pun pergi dan rutin berdoa pada sepertiga malam terakhir sesuai dengan ‘nasihat’nya.
Lalu apa yang terjadi padanya?
Kezaliman Adalah Kegelapan
Hendaknya kita menjauhi segala kezaliman. Sebab, kezaliman akan membuat kita menderita dan sengsara.
Nabi ﷺ bersabda:
اتَّقُوا الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Hati-hatilah dari kezaliman, karena itu merupakan kegelapan di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Ya, kegelapan dan kesengsaraan bagi pelakunya. Maka, jangan sampai kita nekat menzalimi siapa pun. Dan jangan sampai kebencian kita kepada seseorang menyebabkan kita menzaliminya. Sebab, doa orang yang terzalimi akan sampai kepada-Nya dan Dia akan mengabulkannya.
Nabi ﷺ bersabda:
دعوةُ المظلومِ مُستجابةٌ ، وإن كان فاجرًا ففُجورُه على نفسِه
“Doa orang yang terzalimi itu mustajab, walaupun ia pelaku maksiat. Karena kemaksiatannya ditanggung oleh dirinya sendiri.” (HR. Aḥmad)
Beliau ﷺ juga bersabda:
اتَّقُوا دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ، وَإِنْ كَانَ كَافِرًا، فَإِنَّهُ لَيْسَ دُونَهَا حِجَابٌ
“Hati-hatilah dari doa orang yang terzalimi, walaupun ia seorang kafir. Karena sesungguhnya tidak ada penghalang bagi doanya.” (HR. Aḥmad)
Ya, tidak ada penghalang bagi doa orang yang terzalimi dan teraniaya. Allah mendengarnya dan akan mengabulkannya.
Ya, akan mengabulkannya, walaupun itu terucap dari orang yang kafir kepada-Nya atau bermaksiat kepada-Nya. Maka, bagaimana pula kalau yang mengucapkannya adalah orang yang beriman kepada-Nya dan menaati-Nya?! Pasti Dia akan mengabulkannya! Sebagai contoh…
- Apa yang terjadi pada menteri yang menzalimi wanita tua tadi?
Setelah wanita itu berdoa kepada Allah, menteri itu dicopot dari jabatannya di kemudian hari. Bukan cuma itu, hartanya juga disita, dan ia dicambuk di pasar sebagai hukuman atas perbuatannya.
Wanita tua itu datang menemuinya lalu berkata kepadanya:
أحسنت لقد وصفت لي الثلث الأخير من الليل فوجدته أحسن ما يكون
“Bagus, engkau telah memberiku petunjuk tentang sepertiga malam terakhir, Maka, aku mendapati itulah yang terbaik.” (Min ’Ajāib Ad-Du’ā)
- Lalu apa yang terjadi pada wanita yang menuduh Sa’īd bin Zaid telah menyerobot sebagian tanahnya?
Setelah Sa’īd bin Zaid berdoa kepada Allah, wanita itu tertimpa musibah. Apa musibah yang menimpanya?
’Urwah bin Az-Zubair berkata:
فَرَأَيْتُهَا عَمْيَاءَ تَلْتَمِسُ الْجُدُرَ تَقُولُ:
“Aku melihat wanita tadi jadi buta dan mencari-cari dinding sambil mengucapkan:
أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعِيدِ بْنِ زَيْدٍ
“Aku terkena doanya Sa’īd!”
’Urwah melanjutkan ceritanya:
فَبَيْنَمَا هِيَ تَمْشِي فِي الدَّارِ مَرَّتْ عَلَى بِئْرٍ فِي الدَّارِ، فَوَقَعَتْ فِيهَا، فَكَانَتْ قَبْرَهَا
“Ketika wanita itu berjalan di tempat tinggalnya, ia melewati sumur yang ada di situ lalu ia jatuh ke dalamnya. Maka, sumur itu menjadi kuburnya.” (HR. Muslim)
- Lalu apa yang terjadi pada pria yang memfitnah Sa’d bin Abī Waqqāṣ?
Setelah Sa’d bin Abī Waqqāṣ berdoa kepada Allah, pria itu berkata di kemudian hari:
شَيْخٌ كَبِيرٌ مَفْتُونٌ، أَصَابَتْنِي دَعْوَةُ سَعْدٍ
“Aku orang tua yang terkena fitnah. Aku terkena doa Sa’d!”
Apa fitnah yang menimpa dirinya?
’Abdul Mālik bin ’Umair berkata:
فَأَنَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ، قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ مِنَ الْكِبَرِ، وَإِنَّهُ لَيَتَعَرَّضُ لِلْجَوَارِي فِي الطُّرُقِ يَغْمِزُهُنَّ.
“Setelah itu, aku melihatnya dalam keadaan alisnya telah jatuh menutupi kedua matanya karena tua, tapi ia masih mengganggu gadis-gadis di jalan dengan menggoda mereka.” (HR. Bukhārī)
Ia menjadi miskin dan menua, tapi anehnya, ia masih menggoda para wanita!
Siberut, 9 Rabī’ul Ṡāni 1447
Abu Yahya Adiya






