Ada orang yang berakhlak baik kepada manusia, tapi tidak berakhlak baik kepada Allah.
Sebaliknya, ada orang yang berakhlak baik kepada Allah, tapi tidak berakhlak baik kepada manusia.
Adapun orang pertama yaitu orang yang bersikap baik kepada istri dan anak-anaknya, ramah kepada tetangganya, santun kepada teman-temannya, tapi…
Ia suka melakukan syirik dan gemar membuat perkara baru dalam agama-Nya.
Sedangkan orang kedua yaitu orang yang tidak pernah melakukan syirik dan perkara baru dalam agama-Nya, bahkan semangat memberantas keduanya, tapi…
Ia kasar kepada istri dan anak-anaknya, suka menyakiti tetangganya, dan kaku dalam pergaulan dengan teman-temannya.
Kok bisa?
Apa penyebab semua itu?
Imam Ibnul Jauzi berkata:
اعلم أن أول تلبيس إبليس عَلَى الناس صدهم عَنِ العلم لأن العلم نور فَإِذَا أطفا مصابيحهم خبطهم فِي الظلم كيف شاء
“Ketahuilah, perangkap Iblis yang pertama kali diberikan kepada umat manusia adalah menghalangi mereka dari ilmu. Sebab, ilmu itu cahaya. Kalau Iblis sudah mematikan lentera mereka, maka ia bisa memasukkan mereka ke dalam kegelapan dengan cara apa pun yang ia suka.” (Talbis Iblis)
Ilmu agama akan menentukan baik atau tidaknya akhlak kita.
Karena, mustahil seorang bisa berakhlak baik tapi tidak mengerti agamanya.
Sebab, melalui ilmu agamalah seseorang akan tahu bagaimana berakhlak baik kepada Tuhannya.
Melalui ilmu agamalah seseorang akan tahu bagaimana berakhlak baik kepada nabinya.
Melalui ilmu agamalah seseorang akan tahu bagaimana berakhlak baik kepada keluarganya.
Melalui ilmu agamalah seseorang akan tahu bagaimana berakhlak baik kepada tetangganya, sahabatnya, dan orang lain yang ada dalam hidupnya.
Allah berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.” (QS. Al-Isra’: 9)
Ya, jalan yang lurus, di antaranya akhlak yang lurus.
Imam Ibnu Hazm berkata:
من أَرَادَ خير الْآخِرَة وَحِكْمَة الدُّنْيَا وَعدل السِّيرَة والاحتواء على محَاسِن الْأَخْلَاق كلهَا وَاسْتِحْقَاق الْفَضَائِل بأسرها فليقتد بِمُحَمد رَسُول الله ﷺ وليستعمل أخلاقه وسيره مَا أمكنه
“Siapa yang ingin kebaikan di akhirat, kebijaksanaan di dunia, perjalanan hidup yang baik, menghimpun seluruh akhlak yang mulia, dan menggapai semua keutamaan, maka hendaknya ia meneladani Muhammad Rasulullah ﷺ dan menggunakan akhlak beliau dan menirunya semampu mungkin.” (Al-Akhlak wa As-Sairu fii Mudaawaati An-Nufuus)
Al-Quran akan meluruskan akhlak seseorang. Sunnah Nabi akan meluruskan budi pekerti seseorang.
Makin serius seseorang mendalami agamanya, maka makin luruslah akhlaknya dan makin baiklah budi pekertinya. Namun…
Kalau ada orang yang terlihat makin ‘mengerti’ agamanya, tapi tidak juga baik akhlaknya, malah kian membusung dadanya, dan kian tidak terkontrol lisannya, serta makin sering ucapannya bertentangan dengan perbuatannya, berarti…
Itu menunjukkan bahwa ia-baik disadari maupun tidak-telah menampakkan kebodohannya.
Pada hakikatnya ia bukan orang yang berilmu. Ia adalah orang bodoh yang menampakkan kebodohannya sendiri di hadapan orang lain!
Abu Ad-Darda berkata:
علامة الجهل ثلاث العجب وكثرة المنطق فيما لا يعنيه وأن ينهى عن شيء ويأتيه
“Tanda-tanda kebodohan ada 3: bangga terhadap diri sendiri, banyak berbicara dalam perkara yang tidak berguna, dan melarang dari sesuatu, tapi ia sendiri mengerjakannya.” (Jami’ Bayan Al-Ilm Wa Fadhlih)
Siberut, 7 Jumada Ats-Tsaniyah 1442
Abu Yahya Adiya






