Kobaran api menyala-nyala di depan matanya. Tatkala hampir memasukinya, ternyata Allah menyuruhnya masuk ke dalam surga-Nya.
Itulah nasib orang yang mendapat syafaat. Bayangkanlah, bagaimana perasaannya ketika itu? Bukankah sangat bergembira?
Nabiﷺ bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Orang yang paling bahagia mendapatkan syafaatku adalah orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illaa Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya.” (HR. Bukhari)
Untuk mendapatkan syafaat Nabi ﷺ di akhirat, seseorang mesti mengucapkan Laa Ilaaha Illaa Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya.
Lantas apa maksud mengucapkan Laa Ilaaha Illaa Allah dengan ikhlas dari dalam hatinya?
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
و المخلص هو الذي يفهمها و يعمل بها و يدعو إليها قبل غيرها ، لأن فيها التوحيد الذي خلق الله العالم لأجله.
“Orang yang ikhlas di sini adalah yang memahami Laa ilaaha Illaa Allah, mengamalkannya, dan mengajak kepadanya sebelum mengajak kepada selainnya. Sebab, kalimat ini mengandung tauhid, yang karenanya Allah menciptakan alam semesta ini.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Seorang yang ikhlas mengucapkan Laa Ilaaha Illaa Allah adalah orang yang memahami makna Laa Ilaaha Illaa Allah, lalu mengamalkan kandungannya, kemudian mengajak orang lain untuk mengamalkannya.
Memahami Makna dan Kandungan Laa Ilaaha Illaa Allah
Seorang muslim yang ingin mengambil manfaat dari Laa Ilaaha Illaa Allah, mesti paham akan makna dan kandungannya.
Allah berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah selain Allah.” (QS. Muhammad: 19).
Ketahuilah yakni pahamilah. Itu adalah perintah dari Allah. Sedangkan hukum asal perintah dari Allah adalah wajib. Karena itu….
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
فالعلم بمعناها واجب و مقدم على سائر أركان الإسلام.
“Mengetahui makna Laa Ilaaha Illaa Allah adalah wajib dan harus didahulukan daripada rukun Islam lainnya.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Maka, jangan sampai seseorang mempelajari salat, zakat, puasa, dan haji, tapi tidak mempelajari makna dan kandungan kalimat tauhid yang merupakan rukun Islam yang pertama.
Mengamalkan Makna dan Kandungan Laa Ilaaha Illaa Allah
Selain memahami makna dan kandungan Laa Ilaaha Illaa Allah, seorang muslim yang ingin mengambil manfaat dari Laa Ilaaha Illaa Allah, mesti mengamalkan makna dan kandungannya.
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
لا إله إلا الله أساس التوحيد والإسلام ومنهج كامل للحياة ، يتحقق بتوجيه كل أنواع العبادة لله ، و ذلك إذا خضع المسلم لله ودعاه وحده واحتكم لشرعه دون غيره.
“Laa Ilaaha Illaa Allah adalah dasar dari tauhid dan Islam, serta pedoman yang sempurna bagi kehidupan. Itu akan terwujud dengan mempersembahkan segala macam ibadah untuk Allah. Yang demikian itu, bila seorang muslim tunduk kepada Allah, berdoa kepada-Nya semata, dan berhukum kepada syariat-Nya, dan bukan kepada yang lain.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Karena itu, kalimat Laa Ilaaha Illaa Allah tidak akan bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya, jika ia masih menyekutukan Allah dengan selain-Nya.
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
إن كلمة “لا إله إلا الله” تنفع قائلها إذا لم ينقضها بشرك، فهي شبيهة بالوضوء الذي ينقضه الحدث.
“Sesungguhnya kalimat Laa Ilaaha Illa Allah itu dapat bermanfaat bagi yang mengucapkannya, bila ia tidak membatalkannya dengan syirik. Kalimat tersebut serupa dengan wuduk yang dapat batal karena hadas.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Maka, jangan sampai seseorang rajin mengucapkan kalimat tauhid, tapi membatalkannya dengan kemusyrikan, baik berupa keyakinan, perkataan, maupun perbuatan.
Mendakwahkan Makna dan Kandungan Laa Ilaaha Illaa Allah
Selain mengamalkan makna dan kandungan Laa Ilaaha Illaa Allah, seorang muslim yang ingin mengambil manfaat dari Laa Ilaaha Illaa Allah, mesti mendakwahkannya.
Allah berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, ‘Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan yakin. Maha Suci Allah. Dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
Mengajak kepada Allah yakni:
إلى توحيد الله لا إلى حظ من حظوظ الدنيا ولا إلى رئاسة ولا إلى حزبية.
“Mengajak untuk mengesakan Allah. Bukan untuk meraih bagian dari dunia. Bukan untuk meraih kekuasaan, atau mengajak pada golongan.” (Al-Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At-Tauhid)
Maka, jangan sampai seseorang semangat mengamalkan makna dan kandungan kalimat tauhid, tapi ia membiarkan syirik merajalela di depan matanya, padahal ia sanggup untuk mengingkarinya.
Siberut, 13 Muharram 1444
Abu Yahya Adiya






