Ahlul Bait Tahu Kapan Mereka akan Meninggal?

Ahlul Bait Tahu Kapan Mereka akan Meninggal?

“Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di tanah mana dia akan mati.” (QS. Luqmān: 34)

Imam Al-Baiḍāwī menafsirkan ayat ini:

‌وَما ‌تَدْرِي ‌نَفْسٌ ‌بِأَيِّ ‌أَرْضٍ ‌تَمُوتُ كما لا تدري في أي وقت تموت

“Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di tanah mana dia akan mati, sebagaimana tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di waktu apa dia akan mati.” (Anwār At-Tanzīl wa Asrār At-Ta‘wīl)

Ya, tidak ada seorang pun yang tahu di mana ia akan mati dan kapan ia akan mati.

Syekh Muḥammad bin Ṣāliḥ Al-’Uṡaimīn berkata:

لا يَدري الإنسانُ بأيِّ أرضٍ يَموتُ؟ هَل يَموتُ بأرضِه، أو بأرضٍ بَعيدةٍ عَنها، أو قَريبةٍ مِنها، أو يَموتُ في البَحرِ، أو يَموتُ في الجَوِّ؟ لا يَدري، ولا يَعلَمُ ذلك إلَّا اللَّهُ.

“Manusia tidak tahu di tanah mana ia akan mati. Apakah ia akan mati di tanahnya sendiri atau di tanah yang jauh darinya, atau yang dekat dengannya? Atau ia akan mati di laut atau mati di udara? Ia tidak tahu. Yang mengetahui itu hanyalah Allah.”

Syekh melanjutkan:

فإذا كُنتَ لا تَدري بأيِّ أرضٍ تَموتُ، وأنتَ يُمكِنُكَ أن تَذهَبَ يَمينًا وشِمالًا، فكَذلك لا تَعلَمُ مَتَى تَموتُ، لا تَدري في أيِّ وقتٍ تَموتُ، هَل سَتَموتُ في الصَّباحِ، في المَساءِ، في اللَّيلِ، في وسَطِ النَّهارِ لا تَدري، في الشَّهرِ القَريبِ، في الشَّهرِ البَعيدِ لا تَدري، لا تَدري مَتَى تَموتُ ولا بأيِّ أرضٍ تَموتُ

“Jika kamu tidak tahu di tanah mana kamu akan mati ,sedangkan kamu bisa pergi ke kanan atau ke kiri, maka demikian pula kamu tidak tahu kapan kamu akan mati. Kamu tidak tahu di waktu apa kamu akan mati? Apakah kamu akan mati di waktu pagi, sore, malam, atau tengah hari? Kamu tidak tahu. Apakah di bulan yang dekat atau bulan yang jauh? Kamu tidak tahu. Kamu tidak tahu kapan kamu akan mati dan di tanah mana kamu akan mati?” (Syarḥ Riyāḍ Aṣ-Ṣāliḥīn)

Pengetahuan tentang di mana seseorang akan mati dan kapan ia akan mati merupakan perkara gaib, dan siapakah yang mengetahui perkara gaib?

Allah berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

“Katakanlah, ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara gaib, kecuali Allah.” (QS. An-Naml: 65)

Karena itu, tidak boleh seorang pun mengaku tahu di mana dan kapan dirinya atau orang lain akan mati. Namun anehnya…

Seorang tokoh Syiah, Al-Kulaini berkata:

أن الأئمة يعلمون متى يموتون، وأنهم لا يموتون إلا باختيار منهم

“Sesungguhnya para imam mengetahui kapan mereka mati dan mereka tidak mati kecuali atas pilihan mereka sendiri.” (Al-Kāfī)

Ya, menurut kaum Syiah, imam-imam mereka dari kalangan Ahlul Bait tahu kapan mereka akan mati. Mereka tahu perkara gaib! Namun anehnya…

Tokoh Syiah yang lain, Al-Majlisī menyebutkan hadis yang beredar di kalangan Syiah:

لم يكن إمام إلا مات مقتولا أو مسموما

“Tidak ada satu imam pun kecuali meninggal karena dibunuh atau diracun.” (Biḥār Al-Anwār)

Kalau demikian, ada kenyataan pahit yang harus dihadapi oleh kaum Syiah. Apa itu?

Kalau memang imam-imam mereka tahu perkara gaib, lantas kenapa mereka tetap mati karena dibunuh atau diracun?

Apakah mereka benar-benar tahu perkara gaib tapi sengaja ‘merelakan’ nyawa mereka? Kalau memang demikian, tentu sangat parahlah keadaan mereka!

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

“Siapa yang menjatuhkan dirinya dari gunung, hingga meninggal, maka ia akan menjatuhkan dirinya terus menerus di dalam neraka Jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.

وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ، فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

Dan siapa yang meminum racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan meminumnya terus menerus di dalam neraka Jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.

وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ، فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

Dan siapa yang menghabisi dirinya dengan benda tajam, maka benda tajam itu akan ada di tangannya, dan ia akan menusukkan itu terus menerus ke perutnya di dalam neraka Jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengaku tahu perkara gaib saja sudah sangat parah, maka bagaimana pula jika ditambah dengan bunuh diri?

Syekh Sulaimān Al-Khurāsyī berkata:

فهل يرضى الشيعة هذا للأئمة؟!

“Apakah kaum Syiah rela ini terjadi pada para imam mereka?!” (As‘ilah Qādat Syabāb Asy-Syī’ah ilā Al-Ḥaq)

 

Siberut, 15 Rabī’ul Ṡāni 1447

Abu Yahya Adiya

 

Sumber: As‘ilah Qādat Syabāb Asy-Syī’ah ilā Al-Ḥaq karya Syekh Sulaimān Al-Khurāsyī.