Bagaimana Cara Beriman kepada Para Rasul?

Bagaimana Cara Beriman kepada Para Rasul?

Apa jadinya jika seseorang mencela Nabi ‘Isa yang dikatakan oleh sebagian umat Nashrani sebagai “Yesus”?

Apa bisa seseorang tidak terikat syariat Muhammad ﷺ?

Apa mungkin seseorang bisa lebih baik daripada seorang nabi?

Semua itu berhubungan dengan keimanan kepada para nabi dan rasul. Dan seorang muslim wajib beriman kepada para nabi dan rasul. Namun bagaimana cara beriman kepada para nabi dan rasul?

 

Cara Beriman kepada Para Nabi dan Rasul

Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

والإيمان بالرسل يتضمن أربعة أمور:

“Beriman kepada para rasul mengandung 4 perkara:

الأول: الإيمان بأن رسالتهم حق من الله تعالى

Pertama: beriman bahwa risalah mereka benar dari Allah.

الثاني: الإيمان بمن علمنا اسمه منهم باسمه مثل: محمد وإبراهيم، وموسى، وعيسى ونوح عليهم الصلاة والسلام…

Kedua: mengimani nama rasul yang kita ketahui namanya seperti Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh….

وأما من لم نعلم أسمه منهم فنؤمن به إجمالاً

Adapun rasul yang tidak kita ketahui namanya, maka kita mengimaninya secara global.

قال الله تعالى:

Allah berfirman:

{وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ} [سورة غافر، الآية: 78] .

“Dan sungguh, telah Kami utus beberapa orang rasul sebelummu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.” (QS. Ghafir: 78)

الثالث: تصديق ما صح عنهم من أخبارهم.

Ketiga: membenarkan kabar yang sahih dari mereka.

الرابع: العمل بشريعة من أرسل إلينا منهم، وهو خاتمهم محمد صلى الله عليه وسلم المرسل إلى جميع الناس

Keempat: mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu rasul terakhir yakni Muhammad yang diutus kepada semua manusia.

قال الله تعالى:

Allah berfirman (QS. An-Nisa: 65):

{فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجاً مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيماً} [سورة النساء، الآية: 65]

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikanmu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Syarh Tsalatsah Al-Ushul)

4 perkara ini wajib dilakukan oleh seseorang jika ingin dianggap beriman. Kalau tidak…

 

Penyimpangan Dalam Hal Iman kepada Para Rasul

  1. Mengingkari seorang rasul atau mencelanya.

Syekhul Islam berkata:

الْمُسْلِمُونَ مُتَّفِقُونَ عَلَى كُفْرِ مَنْ أَقَرَّ بِنُبُوَّةِ بَعْضِهِمْ دُونَ بَعْضٍ

“Kaum muslimin telah sepakat akan kekafiran orang yang mengakui kenabian sebagian nabi tanpa mengakui sebagian yang lain.” (Minhaj As-Sunnah An-Nabawiyyah Fiii Naqdh Kalam Asy-Syi’ah Al-Qadariyyah)

Syekhul Islam juga berkata:

فمن خصائص الأنبياء أن من سب نبيا من الأنبياء قتل باتفاق الأئمة وكان مرتدا

“Di antara keistimewaan para nabi yaitu siapa yang mencela seorang nabi, maka ia dihukum mati berdasarkan kesepakatan para ulama dan ia telah murtad.” (Ash-Shafadiyyah)

 

  1. Meyakini bahwa ada orang yang diperbolehkan tidak mengikuti syariat Muhammad.

Nabi ﷺ bersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى ﷺ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي

“Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, seandainya Musa ﷺ hidup sekarang ini maka ia mesti mengikutiku.” (HR. Ahmad)

Dan penyimpangan ini banyak terjadi para kaum batiniyyah dan Sufi ekstrem.

Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:

وفي النساك قوم يزعمون أن العبادة تبلغ بهم إلى منزلة تزول عنهم العبادات وتكون الأشياء المحظورات على غيرهم من الزنا وغيره مباحات لهم

“Dan di antara para ahli ibadah Sufi ada orang-orang yang mengklaim bahwa ibadah mereka telah mengantarkan mereka pada kedudukan di mana bebaslah mereka dari berbagai ibadah dan bolehlah bagi mereka berbagai perkara yang dilarang bagi selain mereka seperti zina dan selainnya.

وفيهم من يزعم أن العبادة تبلغ بهم أن يروا الله – سبحانه! – ويأكلوا من ثمار الجنة ويعانقوا الحور العين في الدنيا ويحاربوا الشياطين.

Dan di antara mereka ada juga orang-orang yang mengklaim bahwa ibadah mereka telah mengantarkan mereka pada keadaan di mana mereka bisa melihat Allah dan memakan buah-buahan di surga, memeluk bidadari di dunia dan memerangi setan-setan.

ومنهم من يزعم أن العبادة تبلغ بهم إلى أن يكونوا أفضل من النبيين والملائكة المقربين.

Dan di antara mereka ada pula yang mengklaim bahwa ibadah mereka telah mengantarkan mereka pada keadaan di mana mereka lebih utama daripada para nabi, dan para malaikat yang dekat dengan Allah.” (Maqalaat Al-Islamiyyin wa Ikhtilaf Al-Mushallin)

Al-Buhuti berkata:

مَنْ اعْتَقَدَ أَنَّ لِأَحَدٍ طَرِيقًا إلَى اللَّهِ مِنْ غَيْرِ مُتَابَعَةِ مُحَمَّدٍ ﷺ أَوْ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ اتِّبَاعُهُ أَوْ أَنَّ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ خُرُوجًا عَنْ اتِّبَاعِهِ) ﷺ (وَ) عَنْ (أَخْذِ مَا بُعِثَ بِهِ أَوْ قَالَ أَنَا مُحْتَاجٌ إلَى مُحَمَّدٍ فِي عِلْمِ الظَّاهِرِ دُونَ عِلْمِ الْبَاطِنِ أَوْ) هُوَ مُحْتَاجٌ إلَيْهِ (فِي عِلْمِ الشَّرِيعَةِ دُونَ عِلْمِ الْحَقِيقَةِ أَوْ قَالَ إنَّ مِنْ الْأَوْلِيَاءِ مَنْ يَسَعُهُ الْخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَتِهِ) ﷺ (كَمَا وَسِعَ الْخَضِرَ الْخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَةِ مُوسَى) ﷺ – فَهُوَ كَافِرٌ لِتَضَمُّنِهِ تَكْذِيبَ قَوْله تَعَالَى:

“Siapa yang meyakini bahwa seseorang memiliki jalan menuju Allah selain dari mengikuti Muhammad ﷺ atau ia tidak wajib mengikuti beliau ﷺ atau ia dan selainnya boleh tidak mengikuti beliau ﷺ dan tidak mengambil risalah beliau ﷺ, atau berkata, ‘Aku membutuhkan Muhammad dalam ilmu yang lahir bukan ilmu batin’ atau ia membutuhkan beliau ﷺ dalam ilmu syariat dan bukan ilmu hakikat, atau ia berkata bahwa di antara para wali ada yang boleh keluar dari syariat beliau ﷺ, sebagaimana Khidir boleh keluar dari syariat Musa ﷺ, maka orang seperti itu kafir karena ia telah mendustakan firman-Nya:

{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ} [الأنعام: 153]

“Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kalian mengikuti jalan-jalan (lain) yang akan mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” (Kasyaf Al-Qina’ ‘An Matn Al-Iqna’)

 

  1. Meyakini bahwa ada petunjuk selain Nabi ﷺ yang lebih baik daripada petunjuk Nabi ﷺ.

Syekh Muhammad At-Tamimi berkata:

من اعتقد أن غير هدي النبي صلى الله عليه وسلم أكمل من هديه، أو أن حكم غيره أحسن من حكمه، كالذي يفضل حكم الطواغيت على حكمه، فهو كافر.

“Siapa yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi ﷺ lebih sempurna daripada petunjuknya atau hukum selainnya lebih baik daripada hukumnya, seperti orang yang mengutamakan hukum tagut daripada hukumnya, maka ia telah kafir.” (Majmu’ah Rasail Fi At-Tauhid wa Al-Iman)

 

Siberut, 22 Jumada Ats-Tsaniyah 1442

Abu Yahya Adiya