Seorang anak kecil menemukan “batu ajaib” yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Karena ‘keistimewaan’nya itulah orang-orang berbondong-bondong datang ke rumahnya.
Ratusan orang bahkan ribuan orang rela menyambangi rumahnya demi mendapatkan berkah dari “batu ajaib” kepunyaannya itu.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah fenomena seperti itu cuma ada di zaman ini? Atau sudah ada sejak zaman jahiliah?
Allah berfirman:
أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَى
“Maka apakah patut kalian menganggap Laata dan ‘Uzza dan Manat yang ketiga yang paling kemudian.” (QS. An Najm: 19-23)
Laata adalah salah satu sembahan orang-orang di zaman jahiliah berupa batu putih berukir dan di atasnya dibangun sebuah rumah. Dan itu letaknya di Thaif. Apa asalnya?
Ibnu ‘Abbas menjelaskan:
كَانَ اللَّاتُ رَجُلًا يَلُتُّ سَوِيقَ الحَاجِّ
“Laata adalah orang yang dahulunya suka mengaduk tepung (dengan air atau minyak) untuk dihidangkan kepada jamaah haji.” (Shahih Bukhari)
Artinya, ia orang yang baik dan dermawan. Setelah meninggal, orang-orang senantiasa mendatangi kuburannya. Dan di kemudian hari, ternyata mereka menyembahnya.
‘Uzza adalah salah satu sembahan orang-orang di zaman jahiliah berupa pohon yang ada bangunannya dan diberi kelambu, terletak di Nakhlah antara Thaif dan Mekah.
Manat adalah salah satu sembahan orang-orang di zaman jahiliah berupa patung dan terletak di Musyallal, antara Mekah dan Madinah.
Itulah berhala-berhala orang-orang Arab di zaman jahiliah. Mereka mengagungkan dan menyeru berhala-berhala itu karena meyakini adanya berkah pada berhala-berhala itu.
Itu menunjukkan bahwa fenomena mencari berkah dari batu dan pohon bukan hanya ada di zaman sekarang saja, melainkan juga sudah ada sejak zaman dahulu kala.
Dan perbuatan yang demikian adalah kemusyrikan yang harus diingkari oleh siapa pun yang mengaku sebagai orang yang beriman.
Suatu hari Abu Waqid Al-Laitsi dan beberapa orang yang baru masuk Islam pergi bersama Rasulullah ﷺ menuju Hunain untuk berperang.
Di saat itu orang-orang musyrik memiliki sebatang pohon bidara yang dikenal dengan nama Dzatu Anwath. Mereka selalu mendatangi pohon tersebut dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya untuk mendapatkan berkah darinya.
Abu Waqil Al-Laitsi berkata:
فَمَرَرْنَا بِالسِّدْرَةِ، فَقُلْنَا:
“Kami pun melewati pohon bidara itu, lalu kami berkata:
يَا رَسُولَ اللهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ
“Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka memilikinya.”
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:
Maka Rasulullah ﷺ menjawab:
اللهُ أَكْبَرُ، إِنَّهَا السُّنَنُ، قُلْتُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ كَمَا قَالَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ: {اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ}
“Allahu Akbar! Itulah tradisi (orang-orang sebelum kalian). Demi Zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, kalian telah mengucapkan seperti yang dikatakan oleh Bani Israel kepada Musa, ‘Buatkanlah untuk kami sembahan sebagaimana mereka memiliki sembahan!’, Musa menjawab, ‘Sungguh kalian adalah kaum yang tidak mengerti!’
لَتَرْكَبُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُم
Kalian pasti akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian!” (HR. Tirmidzi dan Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir)
Lihatlah, Nabi ﷺ mengingkari keinginan para sahabatnya yang baru masuk Islam untuk mencari berkah dari pohon itu.
Beliau tidak mendiamkannya dan tidak pula membiarkannya.
Beliau tetap mengingkarinya walaupun dalam keadaan tidak tenang yaitu menjelang perang!
Beliau tetap mengingkarinya walaupun pelakunya orang yang baru saja masuk Islam!
Mengapa demikian?
Nabi ﷺ bersabda:
البَرَكَةُ مِنَ اللَّهِ
“Keberkahan itu dari Allah.” (HR. Bukhari)
Ya, keberkahan itu dari Allah. Yang bisa memberikan berkah, hoki, dan keberuntungan hanyalah Allah.
Lantas, kenapa mencari semua itu kepada selain Allah?
Kenapa mencari semua itu di pohon tertentu, batu tertentu, dan kubur tertentu?
Siapa yang mencari berkah dari pohon tertentu, berarti sama seperti orang yang mencari berkah dari ‘Uzza.
Siapa yang mencari berkah dari batu tertentu, berarti sama seperti orang yang mencari berkah dari Manat.
Siapa yang mencari berkah dari kuburan tertentu, berarti sama seperti orang yang mencari berkah dari Laata.
Ibnul Qayyim berkata:
فإذا كان اتخاذ هذه الشجرة لتعليق الأسلحة والعكوف حولها اتخاذ إله مع الله تعالى، مع أنهم لا يعبدونها، ولا يسألونها. فما الظن بالعكوف حول القبر، والدعاء به ودعائه، والدعاء عنده؟!
“Kalau menjadikan pohon tadi untuk menggantungkan senjata dan berdiam di sekitarnya dianggap membuat sembahan selain Allah, padahal mereka tidak menyembahnya dan tidak pula meminta kepadanya, maka bagaimana kiranya dengan berdiam diri di sekitar kubur, berdoa dengannya, menyerunya, dan berdoa di sisinya?
فأى نسبة للفتنة بشجرة إلى الفتنة بالقبر لو كان أهل الشرك والبدعة يعلمون؟!
Maka, mana yang lebih pantas menimbulkan fitnah, pohon atau kubur, kalau saja pelaku syirik dan orang yang mengada-ada itu mengetahui?!” (Ighatsah Al-Lahafan)
Jakarta, 21 Dzulhijjah 1441
Abu Yahya Adiya






