Tabaruk atau mencari berkah adalah ibadah. Sedangkan ibadah harus mengikuti cara dan tuntunan dari Nabi ﷺ.
Karena itu, siapa yang melakukan tabaruk, tetapi tidak mengikuti cara dan tuntunan dari Nabi ﷺ, maka ia telah melakukan tabaruk yang salah.
Apa sajakah tabaruk yang salah?
- Tabaruk syirik.
Nabi ﷺ bersabda:
البَرَكَةُ مِنَ اللَّهِ
“Berkah itu dari Allah.” (HR. Bukhari)
Ya, berkah itu dari Allah. Yang bisa memberikan berkah, kebaikan, dan keberuntungan hanyalah Allah.
Karena itu….
Siapa yang meminta berkah kepada selain Allah, maka ia telah menyekutukan Allah.
Dan siapa yang meyakini bahwa selain Allah memberikan berkah dengan sendirinya tanpa campur tangan dari Allah, maka ia telah menyekutukan Allah.
- Tabaruk bidah
Apa contoh tabaruk bidah?
- Mencari berkah dengan melakukan ibadah khusus di tanggal 12 Rabi’ul Awwal dengan alasan itu kelahiran Nabi ﷺ.
Ini adalah bidah. Sebab….
1) Para ulama berbeda pendapat tentang kapan kelahiran Nabi ﷺ.
2) Kalau pun kelahiran Nabi ﷺ adalah 12 Rabi’ul Awwal, maka tidak ada keterangan dalam Al-Quran dan As-Sunnah yang menunjukkan keistimewaan beribadah di hari tersebut.
Imam Abu Syamah berkata:
وَلَا يَنْبَغِي تَخْصِيص الْعِبَادَات بأوقات لم يخصصها بهَا الشَّرْع بل يكون جَمِيع أَفعَال الْبر مُرْسلَة فِي جَمِيع الْأَزْمَان لَيْسَ لبعضها على بعض فضل إِلَّا مَا فَضله الشَّرْع وَخَصه بِنَوْع من الْعِبَادَة
“Tidak sepantasnya mengkhususkan ibadah pada waktu yang tidak dikhususkan oleh syariat. Bahkan, semua amal kebajikan bebas dilaksanakan pada semua waktu. Tidak ada kelebihan sebagian waktu dibandingkan sebagian waktu yang lain, kecuali apa yang telah dilebihkan oleh syariat dan itu dikhususkan dengan ibadah tertentu.” (Al-Ba’its ‘Ala Inkar Al-Bida’ wa Al-Hawadits)
- Mencari berkah dengan menyentuh pintu, tembok, dan jendela masjidil Haram, masjid Nabawi, atau tempat lain yang pernah dikunjungi Nabi ﷺ.
Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz berkata:
فأما التمسح بالأبواب والجدران والشبابيك ونحوها في المسجد الحرام أو المسجد النبوي، فبدعة لا أصل لها، والواجب تركها لأن العبادات توقيفية لا يجوز منها إلا ما أقره الشرع لقول النبي صلى الله عليه وسلم:
“Adapun menyentuh pintu, tembok, jendela, dan semacamnya di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi, maka itu adalah bidah. Tidak ada dasarnya. Yang wajib adalah meninggalkan semua itu. Sebab, ibadah itu tauqifi (terbatas pada dalil). Tidak boleh melakukan ibadah kecuali apa yang diakui oleh syariat. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
“Siapa yang mengadakan dalam urusan kami apa yang bukan termasuk darinya, maka itu tertolak.” (Majmu’ Fatawa Al-‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz)
- Mencari berkah dengan menyentuh jasad orang saleh, atau menyentuh apa yang terpisah dari jasadnya atau yang tersentuh oleh jasadnya.
Syekh Dr. Nashir Al-Aql berkata:
ولا يجوز التبرك بالأشخاص لا بذواتهم ولا آثارهم إلا بذات النبي صلى الله عليه وسلم، وما انفصل من بدنه من ريق وعرق وشعر، إذ لم يرد الدليل إلا بها
“Dan tidak boleh mencari berkah dari orang-orang, baik dari zat mereka atau peninggalan mereka kecuali dari zat Nabi ﷺ dan apa yang terpisah dari badan beliau ﷺ berupa ludah, keringat, dan rambut. Sebab, tidak ada dalil yang menyebutkan demikian kecuali bagi Nabi ﷺ.” (Mujmal Ushul Ahlissunnah wal Jama’ah)
Ya, tidak ada dalil yang menyebutkan adanya berkah pada jasad selain Nabi ﷺ.
Maka, jangan samakan siapa pun dengan Nabi ﷺ, sesaleh apa pun ia!
Syekh ‘Abdurrahman bin Hasan berkata:
فلا يجوز أن يقاس على رسول الله صلى الله عليه وسلم أحد من الأمة، وللنبي صلى الله عليه وسلم في حال الحياة خصائص كثيرة لا يصلح أن يشاركه فيها غيره.
“Karena itu, tidak boleh seorang pun dari umat ini disamakan dengan Rasulullah ﷺ. Beliau ﷺ ketika hidupnya memiliki banyak keistimewaan yang tidak pantas disertai oleh selainnya.” (Fathu Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid)
Seandainya jasad orang yang saleh mengandung berkah, tentu para sahabat Nabi sepeninggal beliau akan mencari berkah pada jasad Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali bin Abi Thalib, dan para sahabat lain yang sudah dijamin masuk surga.
Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:
لكن غير النبي ﷺ لا يجوز لأحد أن يتبرك بريقه، أو بعرقه، أو بثوبه، أو بغير ذلك، بل هذا حرام ونوع من الشرك
“Adapun selain Nabi ﷺ, maka tidak boleh seseorang mencari berkah pada ludahnya, keringatnya, bajunya, atau selain itu. Bahkan, itu haram dan semacam syirik.
فإذا كان النفث في الماء من أجل التبرك بريق النافث فإنه حرام ونوع من الشرك
Jika meniup di air dalam rangka mencari berkah dari orang yang meniup, maka itu adalah haram dan semacam syirik.
وذلك لأن كل من أثبت لشيء سببا غير شرعي ولا حسي فإنه قد أتى نوعا من الشرك، لأنه جعل نفسه مسببا مع الله
Yang demikian itu karena siapa pun yang menetapkan sebab bagi sesuatu tanpa keterangan dari syariat dan hissi (sesuatu yang bisa dirasakan), maka ia telah melakukan semacam syirik. Sebab, ia telah menjadikan dirinya penentu sebab bersama Allah.” (Majmu’ Fatawa Wa Rasail Al-‘Utsaimin)
Kesimpulannya, mencari berkah dengan cara apa pun yang tidak sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ itu adalah bidah. Itu harus ditinggalkan dan tidak boleh dikerjakan.
Syekh Dr. Nashir Al-‘Aql berkata:
التبرك من الأمور التوقيفية، فلا يجوز التبرك إلا بما ورد به الدليل
“Mencari berkah itu termasuk perkara tauqifi (terbatas pada dalil). Karena itu, tidak boleh mencari berkah kecuali pada sesuatu yang ada dalilnya.” (Mujmal Ushul Ahlissunnah wal Jama’ah)
Siberut, 8 Muharram 1443
Abu Yahya Adiya






