Masyarakat Bagdad dan sekitarnya terkejut tatkala mengetahui instruksi Khalifah Al-Ma’mun. Di tahun 216 H Al-Ma’mun memberikan perintah yang tidak lazim kepada bawahannya.
Imam Ibnu Katsir menyebutkan kejadian di tahun tersebut:
وَفِيهَا كَتَبَ الْمَأْمُونُ إِلَى إِسْحَاقَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ نَائِبِ بَغْدَادَ وَمَا وَالَاهَا مِنَ الْبِلَادِ، يَأْمُرُهُ أَنْ يَأْمُرَ النَّاسَ بِالتَّكْبِيرِ عَقِيبَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ فَكَانَ أَوَّلَ مَا بُدِئَ بِهِ فِي جَامِعِ الْمَدِينَةِ وَالرُّصَافَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ لِأَرْبَعَ عَشْرَةَ لَيْلَةً خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، أَنَّهُمْ لَمَّا قَضَوُا الصَّلَاةَ قَامَ النَّاسُ قِيَامًا فَكَبَّرُوا ثَلَاثَ تَكْبِيرَاتٍ، ثُمَّ اسْتَمَرُّوا عَلَى ذَلِكَ فِي بَقِيَّةِ الصَّلَوَاتِ
“Di tahun tersebut Al-Ma’mun menulis surat kepada Ishaq bin Ibrahim, pemimpin Bagdad dan kota-kota di sekitarnya, menyuruhnya agar memberi perintah kepada masyarakat untuk bertakbir usai salat lima waktu. Lalu perintah itu pertama kali dilaksanakan di Jami’ Al-Madinah dan Ar-Rushafah pada hari Jumat tanggal 14 Ramadhan. Setelah salat, orang-orang berdiri lalu bertakbir sebanyak tiga kali. Lalu itu berlanjut pada salat-salat lainnya.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah)
Setelah menyebutkan demikian, Imam Ibnu Katsir berkata:
وَهَذِهِ بِدْعَةٌ أَحْدَثَهَا الْمَأْمُونُ بِلَا مُسْتَنَدٍ وَلَا دَلِيلٍ وَلَا مُعْتَمَدٍ فَإِنَّ هَذَا لَمْ يَفْعَلْهُ قَبْلَهُ أَحَدٌ
“Itu adalah bidah yang dibuat oleh Al-Ma’mun tanpa sandaran, dalil, dan landasan. Karena sesungguhnya itu tidak dilakukan oleh seorang pun sebelum Al-Ma’mun.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah)
Sejak itulah fenomena zikir bersama tersebar di tengah-tengah umat Islam, sehingga sebagian mereka menganggap itulah warisan nabi kita.
Syekh Muhammad Al-Maghrawi berkata:
وهذه البدعة التي ابتدعها المأمون تطورت وتفرعت عنها أذكار وأوراد وأحزاب في مساجد العالم الإسلامي، إلا من عصم من ذلك.
“Bidah yang dilakukan oleh Al-Ma’mun ini berkembang dan bercabang menjadi zikir, wirid, dan hizib di masjid-masjid yang ada di dunia Islam, kecuali orang yang dilindungi dari itu.
فإذا كان هؤلاء الأئمة الذين نقل الحافظ ابن كثير أقوالهم يرون هذه التي أحدث المأمون بدعة ضلالة، فما بالك لو وقفوا على ما عليه أهل هذا الزمان من رفع الأصوات في المساجد بالصيغ الجماعية التي هي أشبه ما يكون بفعل النصارى في كنائسهم والله المستعان.
Jika para ulama yang perkataan mereka dinukil oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir menganggap perbuatan yang diadakan oleh Al-Ma’mun sebagai bidah sesat, maka bagaimana pendapatmu kalau mereka mendapati keadaan orang-orang di zaman ini yang mengeraskan suara di masjid-masjid dengan cara bersama-sama yang sangat menyerupai perbuatan kaum Nashrani di gereja-gereja mereka?! Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan.” (Mausu’ah Mawaqif As-Salaf Fii Al-‘Aqidah wa Al-Manhaj wa At-Tarbiyah)
Siberut, 1 Rabi’ul Awwal 1446
Abu Yahya Adiya






