Abu Manshur Al-Maturidi adalah tokoh dan pencetus sekte Maturidiyyah.
Sebagian orang menyamakan akidah Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dengan akidah Abu Manshur Al-Maturidi. Padahal, kalau kita mau melihat lebih jeli lagi, kita akan menemukan banyak perbedaan antara keduanya dalam masalah akidah. Contohnya dalam masalah ketinggian Allah.
Abu Manshur Al-Maturidi berkata:
وَلَا يُوصف الله سُبْحَانَهُ بالإتصال بالأشياء وَلَا الإنفصال وَلَا بالحلول فِيهَا وَلَا بِالْخرُوجِ مِنْهَا
“Allah tidak disifati dengan bersambung dengan sesuatu dan tidak pula berpisah dengannya, tidak disifati dengan masuk ke dalamnya dan tidak pula keluar darinya.” (At-Tauhid)
Artinya, Allah tidak di atas, dan tidak di bawah, Dia tidak di luar alam, dan tidak pula di dalam alam!
Dan itu pula yang diyakini oleh pengikut-pengikutnya (sekte Maturidiyyah).
Lantas, samakah keyakinan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dalam hal ini dengan keyakinan Abu Manshur Al-Maturidi dan pengikut-pengikutnya?
Keyakinan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari tentang Ketinggian Allah
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
وقد قال قائلون من المعتزلة والجهمية والحرورية:
“Sungguh, orang-orang Muktazilah, Jahmiyyah, dan Haruriyyah berkata:
إن معنى قول الله تعالى: (الرحمن على العرش استوى) أنه استولى وملك وقهر، وأن الله تعالى في كل مكان
“Sesungguhnya makna firman Allah: ‘Tuhan Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arsy’, adalah Dia menguasai, mengendalikan, dan menaklukkan Arsy, dan bahwasanya Allah ada di mana-mana.”
وجحدوا أن يكون الله عز وجل مستو على عرشه، كما قال أهل الحق…
Mereka mengingkari bahwa Allah ada di atas Arsy-Nya, sebagaimana itu pendapat orang-orang yang berpegang dengan kebenaran….
ومما يؤكد أن الله عز وجل مستو على عرشه دون الأشياء كلها، ما نقله أهل الرواية عن رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Di antara dalil yang menguatkan keyakinan bahwa Allah di atas Arsy-Nya, dan bukan selain itu yaitu apa yang dinukil oleh ahli hadis dari Rasulullah ﷺ.” (Al-Ibanah ‘An Ushul Ad-Diyanah)
Setelah itu Imam Abul Hasan Al-Asy’ari menyebutkan hadis-hadis yang menunjukkan bahwa Allah ada di atas Arsy-Nya, di antaranya hadis dalam Shahih Muslim tentang budak perempuan yang ditanya oleh Nabi ﷺ: “Di manakah Allah?” lalu budak itu menjawab: “Di atas langit.” Kemudian Nabi ﷺ berkata kepada majikannya: “Bebaskanlah ia, karena sesungguhnya ia seorang mukminah.”
Setelah menyebutkan hadis tersebut, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
وهذا يدل على أن الله تعالى على عرشه فوق السماءعلوا كبيرا.
“Hadis ini menunjukkan bahwa Allah di atas Arsy-Nya di atas langit dengan ketinggian yang agung.” (Al-Ibanah ‘An Ushul Ad-Diyanah)
Perkataan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ini menunjukkan dengan jelas bahwa beliau meyakini bahwa Allah di atas langit yakni di atas Arsy-Nya.
Dalam kitab yang lain, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari berkata:
وأجمعوا على أنه عز وجل يرضى عن الطائعين له… وأنه تعالى فوق سماواته على عرشه دون أرضه
“Para ulama sepakat bahwa Allah meridai orang-orang yang menaati-Nya…dan bahwa sesungguhnya Dia berada di atas langit-Nya, yakni di atas Arsy-Nya, bukan di bumi-Nya.
وقد دل على ذلك بقوله:
Yang menunjukkan demikian adalah firman-Nya:
{أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الأَرْضَ}
“Apakah kalian merasa aman bahwa Dia yang di atas langit tidak akan membuat kalian ditelan bumi?”
وقال:
Dan firman-Nya:
{إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ}
“Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik dan Dia akan mengangkat amal kebajikan.” (QS. Fathir: 10)
وقال:
Dan firman-Nya:
{الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى}
“Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arsy.” (QS. Thahaa: 5)
وليس استواؤه على العرش استيلاء كما قال أهل القدر؛ لأنه عز وجل لم يزل مستولياً على كل شيء.
Makna Dia bersemayam di atas Arsy bukanlah menguasai Arsy, sebagaimana dikatakan oleh orang-orang Qadariyyah. Sebab, Dia selalu menguasai segala sesuatu.” (Risalah Ilaa Ahl Ats-Tsaghr Bibaab Al-Abwab)
Perkataan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ini juga menunjukkan dengan jelas bahwa beliau meyakini bahwa Allah di atas langit yakni di atas Arsy-Nya.
Dalam kitab yang lain, Imam Abul Hasan Al-Asy’ari juga berkata:
جملة ما عليه أهل الحديث والسنة الإقرار بالله وملائكته وكتبه ورسله وما جاء من عند الله…وما رواه الثقات عن رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يردون من ذلك شيئاً….
“Kesimpulan dari keyakinan ahli hadis dan sunnah yaitu mengakui Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan segala yang datang dari sisi Allah dan apa yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dari Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan mereka tidak menolak sedikit pun itu….
وأن الله سبحانه على عرشه كما قال:
Dan sesungguhnya Allah di atas Arsy-Nya. Sebagaimana firman-Nya:
الرحمن على العرش استوى
“Tuhan Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas Arsy.” (Maqalaat Al-Islaamiyyin wa Ikhtilaf Al-Mushalliin)
Dan perkataan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari ini juga menunjukkan dengan jelas bahwa beliau meyakini bahwa Allah di atas langit yakni di atas Arsy-Nya.
Dan keyakinan beliau itu sesuai dengan keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Imam Al-Auza’i (wafat 157 H) berkata:
كُنَّا وَالتَّابِعُونَ مُتَوَافِرُونَ نَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ فَوْقَ عَرْشِهِ
“Kami berkata dalam keadaan masih banyak tabiin, ‘Allah berada di atas Arsy-Nya.” (Al-Asma wa Ash-Shifat)
Imam Ad-Darimi (wafat 280 H) berkata:
وَقَدِ اتَّفَقَتِ الْكَلِمَةُ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَالْكَافِرِينَ أَنَّ اللَّهَ فِي السَّمَاءِ
“Telah sependapat kaum muslimin dengan kaum kafirin bahwa Allah di atas langit.” (Naqdhu Al-Imam Abi Sa’id ‘Utsman bin Sa’id ‘Ala Al-Marisi Al-Jahmi Al-‘Anid)
Imam Ibnu Baththah (wafat 387 H) berkata:
وَأَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَجَمِيعِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى عَرْشِهِ، فَوْقَ سَمَاوَاتِهِ بَائِنٌ مِنْ خَلْقِهِ، وَعِلْمُهُ مُحِيطٌ بِجَمِيعِ خَلْقِهِ
“Kaum muslimin dari kalangan para sahabat Nabi dan tabiin serta semua ulama kaum mukminin telah sepakat bahwa Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi di atas Arsy-Nya, yakni di atas langit-Nya, jauh dari makhluk-Nya, sedangkan pengetahuan-Nya meliputi semua makhluk-Nya.” (Al-Ibanah Al-Kubra)
Maka, jelaslah bahwa keyakinan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari tentang ketinggian Allah berbeda dengan keyakinan Abu Manshur Al-Maturidi dan sekte Maturidiyyah.
Siberut, 10 Sya’ban 1443
Abu Yahya Adiya






