Apa yang akan kita lakukan seandainya kita melihat seseorang jatuh ke dalam sumur?
Suatu hari, Abu Ad-Darda melewati seseorang yang telah melakukan dosa sedangkan orang-orang mencelanya ketika itu.
Abu Ad-Darda pun berkata kepada mereka:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَجَدْتُمُوهُ فِي قَلِيبٍ أَلَمْ تَكُونُوا تَسْتَخْرِجُونَهُ؟
“Apa pendapat kalian kalau kalian menemukannya di dalam sumur, bukankah kalian akan mengeluarkannya?”
Mereka menjawab:
بَلَى
“Tentu.”
Abu Ad-Darda pun berkata:
فَلَا تَسُبُّوا أَخَاكُمْ، وَاحْمَدُوا اللهَ الَّذِي عَافَاكُمْ
“Kalau begitu, jangan cela saudara kalian! Pujilah Allah yang telah menyelamatkan kalian dari dosa!”
Mereka bertanya:
أَفَلَا نَبْغَضُهُ؟
“Apakah kami tidak boleh membencinya?”
Abu Ad-Darda menjawab:
إِنَّمَا أَبْغَضُ عَمَلُهُ فَإِذَا تَرَكَ فَهُوَ أَخِي
“Sesungguhnya aku hanya membenci perbuatannya. Karena itu, jika ia meninggalkan perbuatannya, maka ia adalah saudaraku.” (Syu’ab Al-Iman)
Sangatlah wajar jika darah kita mendidih, tatkala menyaksikan seseorang bermaksiat di hadapan kita. Namun, kalau kita ingat siksa berat yang akan menghadangnya di akhirat, tentu timbul pula rasa kasihan kepadanya dari diri kita.
Abu Sulaiman Ad-Darani berkata:
إِنَّمَا الْغَضَبُ عَلَى أَهْلِ الْمَعَاصِي لِجَرَاءَتِهِمْ عَلَيْهَا، فَإِذَا تَذَكَّرْتَ مَا يَصِيرُونَ إِلَيْهِ مِنْ عُقُوبَةِ الْآخِرَةِ دَخَلَتِ الْقُلُوبَ الرَّحْمَةُ لَهُمْ
“Sesungguhnya kemarahan kepada para pelaku maksiat hanyalah karena kelancangan mereka dalam melakukan maksiat. Namun, jika engkau sadar bagaimana hukuman yang akan menimpa mereka di akhirat, tentu akan muncul di hatimu rasa sayang kepada mereka.” (Syu’ab Al-Iman)
Maka, apa yang mesti kita lakukan ketika melihat saudara kita terjatuh ke dalam kesalahan?
‘Umar bin Al-Khaththab berkata:
إِذَا رَأَيْتُمْ أَخَاكُمْ زَلَّ زَلَّةً، فَقَوِّمُوهُ وَسَدِّدُوهُ وَادْعُوا اللهَ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِ، وَيُرَاجِعَ بِهِ إِلَى التَّوْبَةِ، وَلَا تَكُونُوا أَعْوَانًا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ
“Jika kalian melihat saudara kalian tergelincir melakukan kesalahan, maka perbaikilah ia, luruskanlah ia, dan berdoalah kepada Allah agar mengampuni kesalahannya dan memberinya petunjuk agar bertaubat. Dan jangan kalian bantu setan untuk menjatuhkannya!” (Syu’ab Al-Iman)
Ya, tegurlah saudaramu yang melakukan kesalahan. Ingkarilah kesalahannya, tapi jangan mencemoohnya dan jangan pula mengejeknya. Doakanlah ia agar bertobat dari kesalahannya, dan pujilah Allah karena telah menyelamatkanmu dari kesalahan yang terjadi pada dirinya.
Itulah yang seharusnya engkau lakukan. Bukan malah membusungkan dada di hadapan saudaramu yang terjatuh ke dalam kesalahan.
Nabi ﷺ bersabda:
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوْا لَخَشِيْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْهُ الْعُجبُ
“Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya aku mengkhawatirkan atas kalian apa yang lebih besar dari itu yakni ujub.” (At-Targhib wa At-Tarhib)
Siberut, 11 Dzulhijjah 1445
Abu Yahya Adiya






