“Siapa yang menyembunyikan ilmu yang ia ketahui, maka ia akan datang di hari kiamat dalam keadaan dicambuk dengan cambuk dari api.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menunjukkan bahwa menyembunyikan ilmu adalah dosa besar. Sebab, pelakunya akan merasakan cambukan dari api di akhirat nanti.
Karena itu, tidak boleh kita menyembunyikan ilmu yang kita miliki. Bahkan, seharusnya kita menyebarkan ilmu yang kita miliki tatkala orang lain membutuhkannya. Baik kebutuhan tersebut tampak lewat perkataannya maupun keadaannya.
Adapun kebutuhan yang tampak lewat perkataan yaitu kalau seseorang mendatangi kita lalu bertanya tentang suatu permasalahan agama yang membutuhkan jawaban, sementara kita mengetahui jawabannya, maka kita harus menjelaskan kebenaran kepadanya.
Sedangkan kebutuhan yang tampak lewat keadaan yaitu kalau kita melihat seseorang melakukan suatu amalan yang salah dalam keadaan ia tidak menyadarinya, sementara kita mengetahui kesalahannya, maka kita harus menjelaskan kebenaran kepadanya.
Ya, harus menjelaskan kebenaran kepadanya. Bukan malah menyembunyikannya, apalagi mencampuradukkan itu dengan kebatilan!
Syekh ‘Abdurrahman As-Sa’di berkata:
ومن لبس الحق بالباطل، فلم يميز هذا من هذا، مع علمه بذلك، وكتم الحق الذي يعلمه، وأمر بإظهاره، فهو من دعاة جهنم
“Siapa yang mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan, ia tidak membedakan ini dengan yang itu, padahal ia tahu dan menyembunyikan kebenaran yang ia ketahui dan yang ia diperintahkan untuk menampakkannya, maka ia termasuk dai yang mengajak ke Jahannam.” (Taisir Al-Karim Ar-Rahman Fii Tafsiir Kalam Al-Mannan)
Siberut, 6 Jumada Al-Ulaa 1445
Abu Yahya Adiya






