Serba-Serbi Lailatul Qadr (Bag. 2)

Serba-Serbi Lailatul Qadr (Bag. 2)

“Maka carilah Lailatul Qadr pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang ganjil.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan di malam-malam ganjilnya.

Dan malam-malam ganjilnya yaitu malam 21, 23, 25, 27, 29.

Dan di antara malam-malam itu, yang lebih kuat lagi adalah….

Ada beberapa orang sahabat Nabi yang menyaksikan dalam mimpi bahwa Lailatul Qadr terjadi pada tujuh malam terakhir Ramadhan. Maka Nabi ﷺ bersabda:

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

Aku melihat mimpi kalian bertepatan bahwa Lailatul Qadr terjadi pada tujuh malam terakhir. Karena itu, siapa yang mau mencarinya, maka carilah pada tujuh malam terakhir.” (HR. Bukhari dan Muslim)

7 malam yang tersisa berarti malam 23-30. Kalau ganjilnya berarti malam 23, 25, 27, 29.

Dan di antara 4 malam itu, yang lebih kuat lagi adalah…

‘Ubadah bin Ash Shamit berkata:

خَرَجَ النَّبِيُّ ﷺ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ القَدْرِ فَتَلاَحَى رَجُلاَنِ مِنَ المُسْلِمِينَ فَقَالَ:

Nabi keluar untuk mengabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadr, lalu ada dua orang muslim yang bertengkar. Maka beliau ﷺ bersabda:

خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ، وَالسَّابِعَةِ، وَالخَامِسَةِ

Aku keluar untuk mengabarkan kepada kalian tentang Lailatul Qadr, tapi fulan dan fulan bertengkar sehingga akhirnya diangkatlah Lailatul Qadr, dan bisa jadi itu baik bagi kalian. Karena itu, carilah Lailatul Qadr pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima.” (HR. Bukhari)

Carilah Lailatul Qadr pada malam yang kesembilan, ketujuh, dan kelima maksudnya dijelaskan oleh Syekh Hasan Abu Al-Asybal:

يعني: التمسوها في التاسعة والعشرين والسابعة والعشرين والخامسة والعشرين

Yaitu carilah Lailatul Qadr di malam ke 29, 27, dan 25. (Syarh Shahih Muslim)

Imam Asy-Syaukani berkata:

. وَالْحَدِيثُ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ يُرْجَى وُجُودُهَا فِي تِلْكَ الثَّلَاثِ اللَّيَالِيِ

Hadits ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadr diharapkan terjadi pada 3 malam itu. (Nail Al-Authar)

Dan di antara 3 malam itu, yang paling kuat adalah…

Zir bin Hubasy berkata:

سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فَقُلْتُ:

“Aku pernah bertanya pada Ubay bin Ka’b-semoga Allah meridainya-. Aku berkata:

إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ:

Saudaramu, Ibnu Mas’ud pernah berkata:

مَنْ يَقُمِ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ؟

“Siapa beribadah setahun penuh, maka ia akan mendapatkan Lailatul Qadr.”

فَقَالَ

Lalu Ubay bin Ka’b berkata:

رَحِمَهُ اللهُ: أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ، أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ، وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Semoga Allah merahmati Ibnu Mas’ud. Ia ingin agar orang-orang tidak bergantung pada satu malam saja. Ia sudah tahu bahwa Lailatul Qadr ada di bulan Ramadhan, dan pada sepuluh malam yang terakhirnya, yaitu pada malam ke-27.

ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي، أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Kemudian Ubay bin Ka’b bersumpah tanpa pengecualian bahwa Lailatul Qadr ada pada malam ke-27.

فَقُلْتُ:

Aku bertanya kepada Ubay bin Ka’b:

بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ؟ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ

Berdasarkan apa engkau mengatakan demikian, wahai Abul Mundzir?

قَالَ:

Ia menjawab:

بِالْعَلَامَةِ، أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي «أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ، لَا شُعَاعَ لَهَا

Berdasarkan ciri atau tanda yang telah dikabarkan oleh Rasulullah ﷺ kepada kami bahwa pada hari itu matahari terbit dalam keadan tidak memancarkan sinarnya.” (HR. Muslim)

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

وَأَرْجَاهَا أَوْتَارُ الْعَشْرِ

Malam yang paling diharapkan terjadinya Lailatul Qadr adalah malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir.

وَأَرْجَى أَوْتَارِ الْعَشْرِ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِينَ أَوْ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ عَلَى مَا فِي حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُنَيْسٍ

Dan dari malam-malam ganjil itu, malam yang paling diharapkan terjadinya Lailatul Qadr menurut para ulama mazhab Asy-Syafi’i adalah malam ke 21 atau ke 23 berdasarkan keterangan dalam hadis Abu Sa’id dan ‘Abdullah bin Unais.

وَأَرْجَاهَا عِنْدَ الْجُمْهُورِ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ

Sedangkan menurut mayoritas ulama, malam yang paling diharapkan terjadinya Lailatul Qadr adalah malam 27. (Fathul Bari)

Maka, malam yang paling mungkin dan diharapkan terjadinya Lailatul Qadr adalah malam 27.

Namun, apakah Lailatul Qadr setiap tahun terjadi pada malam tersebut?

Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata:

وَأَرْجَحُهَا كُلِّهَا أَنَّهَا فِي وِتْرٍ مِنَ الْعَشْرِ الْأَخِيرِ وَأَنَّهَا تَنْتَقِلُ كَمَا يُفْهَمُ مِنْ أَحَادِيثِ هَذَا الْبَابِ

Dan pendapat yang paling kuat dari semua pendapat yang ada yaitu bahwa Lailatul Qadr terjadi di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan bahwasanya Lailatul Qadr itu berpindah-pindah, sebagaimana yang dipahami dari hadis-hadis pada bab ini. (Fathul Bari)

Berarti, Lailatul Qadr itu berpindah-pindah, tapi di malam-malam ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, dan  yang paling diharapkan adalah di malam 27.

 

Apa Ciri-Ciri Lailatul Qadr?

Tanda terjadinya Lailatul Qadr adalah keesokan harinya matahari terbit dalam keadaan cahayanya tidak menyengat. Itu sebagaimana yang dikabarkan oleh Ubay bin Ka’b dari Nabi ﷺ dalam hadis tadi.

Selain itu tanda lainnya disebutkan oleh Nabi ﷺ:

لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ، لَا حَارَّةٌ، وَلَا بَارِدَةٌ، تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ

Lailatul Qadr adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR. Abu Daud Ath-Thayalisi dalam Musnadnya dan Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya)

 

(bersambung)

 

Padang, 21 Ramadhan 1442

Abu Yahya Adiya