Ia menjadi kontras dengan temannya. Kalau ia sosok yang rajin ibadah, sedangkan temannya justru rajin maksiat. Dan ia selalu melihat temannya ini melakukan maksiat.
Maka ia berkata kepada temannya:
أَقْصِرْ أَقْصِرْ عَمَّا أَنْتَ فِيهِ
”Berhentilah! Hentikanlah maksiatmu!”
Maka temannya berkata:
خَلِّنِي وَرَبِّي
“Biarkanlah aku. Ini urusanku dengan Tuhanku!”
Demikianlah, temannya selalu melakukan maksiat dan dosa. Sampai suatu hari ia kembali menemukan temannya melakukan dosa. Dosanya kali ini sudah sangat besar dan amat berat menurut pandanganya, maka ia pun berkata lagi kepadanya:
أَقْصِرْ
”Berhentilah!”
Maka temannya menjawab:
خَلِّنِي وَرَبِّي، أَبُعِثْتَ عَلَيْنَا رَقِيبًا؟
”Biarkanlah aku. Ini urusanku dengan Tuhanku. Apakah engkau diutus untuk mengawasiku?”
Mendengar jawaban seperti itu, murkalah ia kemudian meluncurlah dari lisannya:
وَاللَّهِ لَا يَغْفِرُ اللَّهُ لَكَ أَبَدًا، وَلا يُدْخِلُكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ أَبَدًا
”Demi Allah, Allah tidak akan mengampunimu selama-lamanya dan tidak akan memasukkanmu ke surga!”
Tidak akan mengampunimu dan tidak akan memasukkanmu ke surga! Artinya? Engkau kafir!
Nabi ﷺ bersabda:
فَبَعَثَ اللَّهُ إِلَيْهِمَا مَلَكًا، فَقَبَضَ أَرْوَاحَهُمَا، فَاجْتَمَعَا عِنْدَهُ، فَقَالَ لِلْمُذْنِبِ:
“Maka Allah pun mengutus malaikat kepada keduanya lalu mencabut roh keduanya. Kemudian berkumpullah roh keduanya di sisi-Nya. Allah pun berfirman kepada si pendosa:
ادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِي
”Masuklah engkau ke surga karena rahmat-Ku!”
وَقَالَ لِلآخَرِ:
Dan Dia berfirman kepada orang yang yang giat beribadah:
أَتَسْتَطِيعُ أَنْ تَحْظُرَ عَلَى عَبْدِي رَحْمَتِي
”Apakah kau bisa menghalangi rahmat-Ku agar tidak sampai kepada hamba-Ku?”
فَقَالَ:
Orang itu menjawab:
لَا يَا رَبِّ
”Tentu saja tidak, wahai Tuhanku.”
قَالَ:
Allah pun berfirman:
اذْهَبُوا بِهِ إِلَى النَّارِ
”Bawalah orang ini ke neraka!”
Setelah menyampaikan hadis ini Abu Hurairah berkata:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْبَقَتْ دُنْيَاهُ وَآخِرَتَهُ
“Demi Allah yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, orang itu telah mengucapkan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya!” (HR. Abu Daud dan Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah)
Ya, hancurlah dunia dan akhiratnya!
Karena apa?
Karena satu kalimat! Ya, cukup satu kalimat!
Yaitu kalimat: “Allah tidak akan mengampunimu selama-lamanya dan tidak akan memasukkanmu ke surga!”
Maka, jagalah lisanmu! Jangan melangkahi Tuhanmu! Jangan mengucapkan sesuatu yang di luar kewenanganmu! Apakah surga dan neraka ada di tanganmu?!
Dan seberat apa pun dosa temanmu, dan separah apa pun kesalahannya, sadarilah…
Engkau tetap dilarang membusungkan dada di hadapannya.
Engkau tetap diharamkan menyombongkan diri di hadapannya.
Ingatlah, kebajikan yang selama ini kau lakukan, bisa jadi Allah hilangkan karena riya, rasa bangga, dan kesombongan yang ada pada dirimu.
Dan dosa-dosa temanmu yang demikian banyak bisa jadi Allah ampuni karena penyesalan dan tangisannya.
Makanya, rendahkanlah hatimu di hadapan saudaramu seiman. Bagaimana pun keadaannya. Walaupun ia pelaku maksiat. Walaupun ia bergelimang dosa.
Siberut, 14 Dzulhijjah 1441
Abu Yahya Adiya






