Akibat Berlebihan dalam Berbicara

Akibat Berlebihan dalam Berbicara

Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, termasuk di dalamnya berbicara dan berkata.

Abu Hurairah berkata:

لا خير في فضول الكلام

“Tidak ada kebaikan pada berlebihan dalam berbicara.” (Bahjah Al-Majalis wa Uns Al-Majalis)

Kalau seseorang sudah berlebihan dalam berbicara, maka ia akan berbicara dalam perkara yang tidak berguna. Dan kalau seseorang sudah berbicara dalam perkara yang tidak berguna, maka berkuranglah kecerdasannya.

Abu Ad-Darda berkata:

علامة الجهل ثلاث العجب وكثرة المنطق فيما لا يعنيه وأن ينهى عن شيء ويأتيه

“Tanda-tanda kebodohan ada 3: bangga terhadap diri sendiri, banyak berbicara dalam perkara yang tidak berguna, dan melarang dari sesuatu, tetapi ia sendiri mengerjakannya.” (Jami’ Bayan Al-‘Ilm Wa Fadhlih)

Makin sering seseorang berbicara dalam perkara yang tidak berguna, maka makin buruklah kualitas akalnya. Sebaliknya, makin jarang seseorang berbicara dalam perkara yang tidak berguna, maka makin baiklah kualitas akalnya.

‘Atha berkata:

بترك الفضول تكمل العقول

“Dengan tidak berlebihan dalam berbicara, sempurnalah akal manusia.” (Bahjah Al-Majalis wa Uns Al-Majalis)

Karena itu, muslim yang baik adalah orang yang menjaga dan mengontrol apa yang keluar dari mulutnya. Ia hanya berbicara dalam perkara yang berguna baginya.

Nabi ﷺ bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang yaitu meninggalkan perkara yang tidak berguna baginya.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Seperti apa contoh meninggalkan perkara yang tidak berguna?

‘Abdul Malik bin Habib berkata:

كُنَّا عِنْدَ زِيَادٍ، إِذْ جَاءهُ كِتَابٌ مِنْ بَعْضِ المُلُوْكِ، فَكَتَبَ فِيْهِ، وَخَتَمَهُ، ثُمَّ قَالَ لَنَا زِيَادٌ:

“Kami pernah di sisi Ziyad, tiba-tiba datanglah surat dari seorang raja kepadanya. Lalu Zaid pun menulis dalam surat tersebut dan memberinya cap. Lalu ia berkata kepada kami:

إِنَّهُ سَأَلَ عَنْ كَفَّتَي المِيْزَانِ: أَمِنْ ذَهَبٍ أَمْ مِنْ فِضَّةٍ؟

“Sesungguhnya ia bertanya kepadaku tentang kedua timbangan mizan, apakah itu dari emas atau dari perak?”

فكَتَبتُ إِلَيْهِ:

Aku pun menulis kepadanya:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ المَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ

“Di antara tanda baiknya keislaman seseorang yaitu meninggalkan perkara yang tidak berguna baginya.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Pengetahuan tentang timbangan mizan apakah dari emas atau perak, itu tidak akan menambah iman kita dan tidak pula mendekatkan diri kita kepada Tuhan kita.

Makanya, bertanya tentangnya atau membicarakannya termasuk menyibukkan diri dengan perkara yang tidak berguna.

Kesimpulan dari uraian tadi: berlebihan dalam berbicara akan menyebabkan kita berbicara dalam perkara yang tidak berguna. Dan berbicara dalam perkara yang tidak berguna, akan menyebabkan berkurangnya kualitas akal kita dan iman kita. Karena itu, hendaknya kita mengontrol apa yang keluar dari lisan kita.

 

Siberut, 8 Rajab 1444

Abu Yahya Adiya