Apa Pokok Pemikiran Sufi?

Apa Pokok Pemikiran Sufi?

Siapa itu Sufi?

Sufi adalah orang yang mendalami ilmu tasawuf.

Lantas dari kata apa asal nama Sufi dan tasawuf?

 

Asal Kata Sufi

Ada perbedaan pendapat  mengenai asal kata Sufi, baik dari kalangan kaum Sufi itu sendiri, maupun selain mereka.

  1. Ada yang mengatakan bahwa Sufi berasal dari kata shafa (bersih), karena bersihnya batin mereka.

Ini kurang tepat. Karena, kalau demikian, maka seharusnya nama nisbah mereka yaitu Shafai.

 

  1. Ada yang mengatakan bahwa Sufi itu berasal dari kata shaff (barisan) terdepan, karena mereka adalah orang-orang terdepan dalam menghadap Allah.

Ini juga kurang tepat. Karena, kalau demikian, maka seharusnya nama nisbah mereka yaitu

Shaffiy.

 

  1. Ada yang mengatakan bahwa Sufi itu berasal dari kata shafwah (pilihan), karena mereka adalah orang-orang pilihan Allah.

Ini juga kurang tepat. Karena, kalau demikian, maka seharusnya nama nisbah mereka yaitu

Shafawi.

 

  1. Ada yang mengatakan bahwa Sufi itu berasal dari kata shuffah (tempat naungan), karena mereka menyerupai Ahlu Ash-Shuffah, yaitu para sahabat Nabi yang miskin dan bernaung serta tinggal di masjid Nabawi.

Ini juga kurang tepat. Karena, kalau demikian, maka seharusnya nama nisbah mereka yaitu Shuffi.

 

  1. Ada yang mengatakan bahwa Sufi itu berasal dari kata shuf (bulu domba), karena mereka sering memakai pakaian dari itu sebagai bentuk zuhud terhadap dunia.

Mungkin inilah pendapat yang paling benar tentang asal-usul kata Sufi. Sebab, kalau asal katanya dari shuf, maka nama nisbah mereka yaitu Shufi.

Dan ini adalah pendapat yang dipilih oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah dan para ulama lainnya.

Dan masih banyak lagi pendapat lain tentang asal-usul kata Sufi.

 

Kapan Muncul Sufi?

Al-Qusyairi berkata:

واشتهر هَذَا الاسم لهؤلاء الأكابر قبل المائتين من الهجرة.

“Nama ini (Sufi) terkenal bagi orang-orang besar itu sebelum tahun 200 H.” (Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah)

Syekh Ihsan Ilahi Zhahir berkata:

إن الناس اختلفوا في بدء ظهور هذه الكلمة واستعمالها كاختلافهم في أصله وتعريفه

“Sesunggguhnya orang-orang berbeda pendapat tentang awal munculnya kata ini (Sufi) dan penggunaannya, sebagaimana perbedaan pendapat di antara mereka tentang asal kata itu dan definisinya.

فذكر ابن تيمية وسبقه ابن الجوزي وابن خلدون في هذا أن لفظ الصوفية لم يكن مشهورا في القرون الثلاثة الأولى , وإنما اشتهر التكلم به بعد ذلك

Ibnu Taimiyyah menyebutkan-dan itu didahului oleh Ibnul Jauzi dan Ibnu Khaldun dalam hal itu-bahwa kata Sufi tidaklah terkenal pada 3 generasi pertama umat ini. Pembicaraan tentang Sufi hanyalah terkenal setelah masa itu.

وقد نقل التكلم به عن غير واحد من الأئمة والشيوخ كالإمام أحمد بن حنبل , وأبي سليمان الداراني وغيرهما , وقد روى عن سفيان الثوري أنه تكلم به

Dan pembicaraan tentang itu telah dinukil bukan hanya dari satu orang imam dan syekh seperti Imam Ahmad bin Hanbal, Abu Sulaiman Ad-Darani dan selain keduanya. Dan diriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri bahwa ia membicarakan itu.” (At-Tashawwuf Al-Mansya wa Al-Mashdar)

 

Syekh ‘Abdurrahman ‘Abdul Khaliq berkata:

لا يعرف على وجه التحديد من بدأ التصوف في الأمة الإسلامية ومن هو أول متصوف وإن كان الإمام الشافعي ـ رضي الله عنه ـ عندما دخل مصر قال:

“Tidak diketahui secara pasti siapa yang memulai tasawuf dalam umat Islam dan siapa yang pertama kali menjadi Sufi, walaupun Imam Asy-Syafi’i-semoga Allah meridainya-tatkala memasuki Mesir, beliau berkata:

تركت بغداد وقد أحدث الزنادقة فيها شيئًا يسمونه السماع.

“Aku meninggalkan Baghdad dalam keadaan orang-orang zindik di dalamnya telah mengadakan sesuatu yang baru yang mereka namakan as-sama (nyanyian).”

والزنادقة الذين عناهم الشافعي هنا هم المتصوفة….ومعلوم أن الشافعي دخل مصر سنة 199هـ ـ

Kaum zindik yang dimaksud oleh Asy-Syafi’i di sini adalah kaum Sufi….dan telah diketahui bahwa Asy-Syafi’i memasuki Mesir tahun 199 H.

وكلمة الشافعي توحي بأن قضية السماع هذه قضية جديدة ولكن أمر هؤلاء الزنادقة يبدو أنه كان معلومًا قبل ذلك. بدليل أن الشافعي قال كلامًا كثيرًا عنهم كقوله مثلًا

Perkataan Asy-Syafi’i menunjukkan bahwa perkara as-sama (nyanyian) ini adalah perkara baru. Sedangkan perkara kaum zindik itu tampaknya telah diketahui sebelum itu, dengan alasan bahwa Asy-Syafi’i mengucapkan perkataan yang banyak tentang mereka. Seperti ucapannya:

(لو أن رجلًا تصوف أول النهار لا يأتي الظهر حتى يكون أحمق) (تلبيس إبليس لابن الجوزي ص370)

“Seandainya seseorang menjadi Sufi di awal siang, maka tidaklah datang waktu Zuhur melainkan ia menjadi dungu.” (Talbis Iblis karya Ibnul Jauzi hal. 370)

وقال أيضًا:

Dan beliau juga berkata:

ما لزم أحد الصوفية أربعين يومًا فعاد إليه عقله أبدًا (المصدر السابق ص370)

“Dan tidaklah seseorang bersama kaum Sufi selama 40 hari, melainkan akalnya tidak kembali kepadanya selama-lamanya.” (sumber yang sama hal. 370)

وكل هذا يدل على أنه قد كان هناك قبل نهاية القرن الثاني الهجري فرقة معلومة عند علماء الإسلام يسمونهم أحيانًا بالزنادقة وأحيانًا بالمتصوفة.

Semua ini menunjukkan bahwa sebelum akhir abad 2 Hijriah ada sekte yang diketahui oleh ulama Islam dan mereka menamai sekte itu kadang dengan sebutan zindik dan kadang Sufi.” (Al-Fikr Ash-Shufi Fii Dhau Al-Kitab wa As-Sunnah)

Maka, bisa disimpulkan bahwa tidak diketahui dengan pasti kapan Sufi muncul dalam sejarah Islam. Hanya saja, bisa dipastikan bahwa kaum Sufi sudah muncul di zaman Imam Asy-Syafi’i.

 

Apakah Mereka Sama Dalam Setiap Masa?

Tokoh Sufi, Al-Qusyairi (wafat 465 H) berkata:

اعلموا رحمكم اللَّه أَن شيوخ هذه الطائفة بنوا قواعد أمرهم عَلَى أصول صحيحة فِي التوحيد صانوا بِهَا عقائدهم عَنِ البدع ودانوا بِمَا وجدوا عَلَيْهِ السلف وأهل السنة من توحيد لَيْسَ فِيهِ تمثيل ولا تعطيل

“Ketahuilah, semoga Allah merahmati kalian, bahwa para syekh kelompok ini (Sufi) membangun kaidah-kaidah perkara mereka di atas dasar yang benar dalam tauhid, dengannya mereka menjaga akidah mereka dari bidah. Dan mereka beragama dengan apa yang mereka dapati dari salaf dan Ahlussunnah berupa mengesakan Allah dengan tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tanpa menolak sifat-sifat-Nya.” (Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah)

Perkataannya menunjukkan bahwa kaum Sufi terdahulu bisa dikatakan masih lurus dan sesuai dengan akidah yang benar, yakni akidah Ahlussunnah wal Jama’ah.

Karena itu, setelah menyebutkan perkataan Al-Qusyairi ini, Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:

هَذَا كَلَام صَحِيح فَإِن كَلَام أَئِمَّة الْمَشَايِخ الَّذين لَهُم فِي الْأمة لِسَان صدق كَانُوا على مَا كَانَ عَلَيْهِ السّلف وَأهل السّنة من تَوْحِيد لَيْسَ فِيهِ تَمْثِيل وَلَا تَعْطِيل

“Ini adalah perkataan yang benar. Karena perkataan para imam dan syekh yang  menjadi buah tutur yang baik pada umat ini, mereka di atas ajaran salaf dan Ahlussunnah berupa mengesakan Allah dengan tanpa menyerupakan-Nya dengan makhluk dan tanpa menolak sifat-sifat-Nya.” (Al-Istiqamah)

 

Syekh Nu’man Al-Alusi berkata:

(واعلم) : أن الصنف الأول هم المقبولون عند القوم السالمون من القدح واللوم فقد قال سيد الطائفة الصوفية وإمام الطريقة الحقيقة الشرعية جنيد البغدادي عليه رحمة الهادي:

“Ketahuilah bahwa kelompok pertama dari ini (Sufi) merekalah yang diterima menurut para ulama, mereka selamat dari kecaman dan celaan. Sungguh, pemimpin kelompok Sufi dan imamnya tarikat yang sebenarnya dan sesuai dengan syariat yaitu Junaid Al-Baghdadi-semoga Allah merahmatinya-berkata:

الطرق كلها مسدودة إلا على من اقتفى الرسول – صلى الله عليه وسلم –

“Seluruh jalan tertutup kecuali bagi orang yang mengikuti Rasul.”

وقال:

Dan ia juga berkata:

من لم يحفظ القرآن ولم يكتب الحديث لا يقتدي به في هذا العلم لأن علمنا ومذهبنا مقيد بالكتاب والسنة.

“Siapa yang tidak hafal Al-Quran dan tidak menulis hadis, maka ia tidak meneladani beliau dalam ilmu ini. Sebab, ilmu kami dan pendapat kami terikat dengan Al-Quran dan As-Sunnah.” (Jalau Al-‘Ainain Fii Muhaakamah Al-Ahmadain)

Kaum Sufi generasi awal bisa dikatakan masih lurus dan belum mempunyai banyak penyimpangan. Namun, seiring dengan berlalunya zaman yaitu tatkala makin jauh dari masa kenabian dan ketika mereka kian jauh dari ilmu agama, maka timbullah penyimpangan demi penyimpangan dari mereka, sebagaimana akan disebutkan dalam pembahasan tentang pokok pemikiran mereka berikut ini:

 

(bersambung)

 

Siberut, 29 Jumada Al-Ulaa 1443

Abu Yahya Adiya