1. Bolehkah menyegerakan pembayaran zakat sebelum waktunya?
Imam Asy-Syaukani berkata:
وأما كونه يجوز تعجيل الزكاة فلحديث علي “أن العباس بن عبد المطلب سأل النبي ﷺ في تعجيل صدقته قبل أن تحل فرخص له في ذلك” أخرجه أحمد وأبوداود والترمذي وابن ماجه والحاكم والدارقطني والبيهقي
“Adapun diperbolehkan menyegerakan zakat, maka itu berdasarkan hadis ‘Ali bahwa Al-‘Abbas bin ‘Abdulmuththalib bertanya kepada Nabi ﷺ tentang menyegerakan zakatnya sebelum datang waktunya, maka beliau ﷺ memberi keringanan kepadanya untuk itu. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi.” (Ad-Darari Al-Mudhiyyah Syarh Ad-Durar Al-Bahiyyah)
Maka, seseorang boleh menyegerakan pembayaran zakat sebelum waktu wajibnya, tapi dengan syarat….
Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:
لكن بشرط أن يكون عنده نصاب
“Namun, dengan syarat hartanya sudah mencapai nisab.
فإن لم يكن عنده نصاب، وقال: سأعجل زكاة مالي؛ لأنه سيأتيني مال في المستقبل، فإنه لا يجزئ إخراجه؛
Jika belum mencapai nisab, lalu ia berkata, ‘Aku akan menyegerakan zakat hartaku, sebab akan datang padaku harta di kemudian hari’, maka tidak sah pembayarannya tersebut.
لأنه قدمها على سبب الوجوب، وهو ملك النصاب.
Sebab, ia telah mendahulukan pembayaran zakat sebelum adanya sebab yang mewajibkan bayar zakat yaitu memiliki harta mencapai nisab.” (Asy-Syarh Al-Mumti’ ‘Alaa Zaad Al-Mustaqni’)
2. Di mana seseorang membayar zakat?
Nabi ﷺ berkata kepada Mu’adz ketika mengutusnya ke Yaman:
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِي أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ
“Kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat pada harta mereka, yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir di antara mereka.“ (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa petugas zakat mengambil zakat di suatu tempat lalu membagikannya kepada orang yang berhak mendapatkannya di tempat itu.
Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:
ينبغي أن نعلم قاعدة وهي أن زكاة الفطر تتبع البدن أي صاحبها، وزكاة المال تتبع المال
“Hendaknya kita mengetahui suatu kaidah yakni zakat fitri mengikuti badan yaitu pembayarnya. Sedangkan zakat harta mengikuti hartanya.” (Majmu’ Al-Fatawa Wa Rasail Al-‘Utsaimin)
Karena itu, kalau seseorang bekerja di kota A, sedangkan hartanya ada di kota B, maka ia membayar zakat hartanya di kota B.
Lalu, bolehkah seseorang mengalihkan zakatnya ke tempat lain?
Disebutkan dalam Al-Mausu‘ah Al-Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah:
إِذَا فَاضَتِ الزَّكَاةُ فِي بَلَدٍ عَنْ حَاجَةِ أَهْلِهَا جَازَ نَقْلُهَا اتِّفَاقًا، بَل يَجِب
“Jika zakat di suatu kota melebihi kebutuhan orang-orang yang berhak mendapatkannya yang ada di situ, maka boleh mengalihkan zakat itu ke tempat lain berdasarkan kesepakatan para ulama, bahkan itu wajib.”
3. Bolehkah zakat diserahkan kepada pemimpin yang zalim?
Imam Asy-Syaukani berkata:
وأما كونه يبرأ رب المال بدفعها إلى السلطان وإن كان جائرا فلحديث ابن مسعود في الصحيحين وغيرهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
“Adapun pemilik harta bebas dari tanggungan dengan menyerahkan zakat kepada penguasa walaupun ia zalim, maka itu berdasarkan hadis Ibnu Mas’ud dalam Shahih Bukhari, Muslim dan selain keduanya bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا
“Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku atsaroh (kesewenang-wenangan) para pemimpin, dan perkara-perkara yang kalian ingkari.“
قَالُوا
Para sahabat bertanya:
فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?“
قَالَ:
Beliau bersabda:
أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ حَقَّكُمْ
“Tunaikan kewajiban kalian terhadap mereka, dan mintalah kepada Allah hak kalian (yang dirampas oleh mereka)!” (Ad-Darari Al-Mudhiyyah Syarh Ad-Durar Al-Bahiyyah)
Bahkan, Ibnu ‘Umar berkata:
ادْفَعُوهَا إِلَيْهِمْ وَإِنْ شَرِبُوا بِهَا الْخَمْر
“Serahkanlah zakat kepada mereka, walaupun dengannya ternyata mereka meminum minuman keras.” (As-Sunan Al-Kubra)
4. Siapa yang berhak menerima zakat?
Allah berfirman:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah: 60)
5. Bolehkah Ahlulbait menerima zakat?
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ مُحَمَّدٍ إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ النَّاس
“Sesungguhnya sedekah tidaklah pantas bagi keluarga Muhammad. Itu hanyalah kotoran manusia.” (HR. Muslim)
Dan beliau ﷺ juga bersabda:
مَوْلَى الْقَوْمِ مِنْ أَنْفُسِهِمْ، وَإِنَّا لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ
“Maula suatu kaum termasuk dari mereka dan sesungguhnya tidak halal bagi kita sedekah.” (HR. Abu Daud)
Imam Ibnu Qudamah berkata:
لَا نَعْلَمُ خِلَافًا فِي أَنَّ بَنِي هَاشِمٍ لَا تَحِلُّ لَهُمْ الصَّدَقَةُ الْمَفْرُوضَةُ
“Kami tidak mengetahui perbedaan pendapat bahwa Bani Hasyim tidak halal menerima sedekah yang wajib (zakat).” (Al-Mughni)
6. Bolehkah orang yang kaya dan kuat bekerja menerima zakat?
Nabi ﷺ bersabda:
وَلَا حَظَّ فِيهَا لِغَنِيٍّ، وَلَا لِقَوِيٍّ مُكْتَسِبٍ
“Dan tidak ada bagian dalam zakat bagi orang yang kaya, dan juga bagi orang yang kuat dan dapat mencari rezeki.” (HR. Abu Daud dan An-Nasai)
Siberut, 29 Rabi’ul Tsani 1443
Abu Yahya Adiya
Sumber:
1. Ad-Darari Al-Mudhiyyah Syarh Ad-Durar Al-Bahiyyah karya Imam Asy-Syaukani.
2. Asy-Syarh Al-Mumti’ ‘Alaa Zaad Al-Mustaqni’ karya Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin.
3. dan lain-lain.






