Ejekan yang Memurtadkan

Ejekan yang Memurtadkan

Untuk melepaskan penat mereka berbicang-bincang. Tiba-tiba salah seorang dari mereka berkata:

مَا رَأَيْتُ مِثْلَ قُرائنا هَؤُلَاءِ، أرغبَ بُطُونًا، وَلَا أكذبَ أَلْسُنًا، وَلَا أَجْبَنَ عِنْدَ اللِّقَاءِ

“Belum pernah kulihat orang seperti para qari kita ini, amat rakus makan mereka, sangat dusta pembicaraan mereka, dan benar-benar pengecut dalam peperangan.”

Tiba-tiba ada yang menimpalinya dengan penuh kemarahan:

كذبتَ، وَلَكِنَّكَ مُنَافِقٌ. لَأُخْبِرَنَّ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ

“Dusta! Engkau ini seorang munafik! Akan kuberitahukan ini kepada Rasulullah.”

Siapa mereka berdua? Apa yang mereka ributkan?

Keduanya merupakan bagian dari rombongan yang berjihad bersama Rasulullah ﷺ dalam perang Tabuk. Lantas siapa yang diejek oleh pria yang pertama?

Ia mengejek para sahabat Nabi yang ahli baca Al-Quran.

Karena itulah pria yang kedua menjadi berang, lalu mengancam akan melaporkan ucapannya itu kepada Rasulullah ﷺ. Lantas, apakah ia melaporkannya?

Akhirnya ia melaporkannya. Namun, belum sampai ia di hadapan Rasulullah ﷺ, ternyata wahyu telah turun mendahuluinya.

Allah menurunkan firman-Nya:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan), niscaya mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman. Jika Kami memaafkan sebagian dari kamu, niscaya Kami akan menyiksa golongan (lain), karena mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)

Akhirnya datanglah pria pertama tadi kepada Rasulullah ﷺ sedangkan beliau ﷺ sudah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya.

Ia berkata sambil memegang sabuk pelana unta Rasulullah ﷺ, sementara kedua kakinya tersandung-sandung batu:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ

“Ya Rasulullah, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.”

Rasulullah ﷺ membacakan ayat:

أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ

“Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”

Beliau tidak menengoknya, dan hanya membacakan ayat tadi kepadanya. (Tafsir Al-Quran Al-‘Azhim)

 

Akibat Mengejek Ajaran Islam

Ayat dan hadis tadi menunjukkan bahwa mengolok-olok apa pun ajaran Islam adalah kekafiran dan kemurtadan, mengeluarkan pelakunya dari Islam.

Jika orang yang pernah berjihad bersama Nabi ﷺ saja bisa keluar Islam karena ucapan yang keluar dari lisannya, lantas bagaimana pula orang yang tidak pernah berjuang sama sekali bersama Nabi?!

Kalau orang yang pernah melaksanakan salat di belakang Nabi ﷺ saja bisa murtad karena ucapannya, lalu bagaimana pula dengan orang yang salatnya sering bolong-bolong dan sering melakukan maksiat?!

Jika melecehkan agama dalam keadaan bergurau saja menyebabkan kemurtadan, lantas bagaimana pula jika melecehkannya dalam keadaan serius dan tidak bergurau?!

Kalau begitu….

Siapa yang berolok-olok, “Al-Quran itu kitab porno!”, maka bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?

Siapa yang berseloroh, “Lihatlah orang-orang yang pergi ke masjid itu! Aku mencium bau surga dari mereka!”, maka bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”

Siapa yang bercanda, “Jangan pakai jilbab, nanti kamu tidak laku!”, maka bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”

Siapa yang bersenda gurau, “Saya tidak takut neraka! Saya juga tidak membutuhkan surga!”, maka bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok?”

Siapa pun, dan dengan alasan apa pun, jika berani mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, rasul-Nya atau apa saja perkara dalam agama-Nya, baik dengan lisan maupun perbuatannya, maka bacakanlah kepadanya, “Apakah Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu perolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.” (QS. At-Taubah: 66)

Alangkah buruknya perkataan orang-orang yang melecehkan Allah,  ayat-ayat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan ajaran agama-Nya.

Alangkah buruknya perkataan mereka. Alangkah bejatnya ucapan mereka.

Dan buruknya ucapan mereka menunjukkan buruknya hati dan batin mereka.

Sebab, seandainya dalam hati mereka ada pengagungan terhadap-Nya, tentu tak mungkin mereka berani mengolok-olok dan melecehkan agama serta syiar-syiar-Nya.

Allah berfirman:

ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Dan siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS. Al-Hajj: 32)

 

Hukuman Terhadap Orang Yang Murtad

Siapa yang berani mengolok-olok dan melecehkan agama-Nya serta syiar-syiar-Nya, maka tidak diragukan lagi, ia bukan seorang muslim.

Hanya orang kafirlah yang berani melakukan itu. Dan kalau seseorang sudah kafir, apa konsekuensinya?

  1. Seorang murtad-baik pria maupun wanita-diharamkan nikah dengan seorang muslim maupun muslimah.

“Jika kalian telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kalian kembalikan mereka kepada orang-orang kafir. Mereka tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka.” (QS. Al-Mumtahanah: 10)

Imam Ibnu Qudamah:

وَالْمُرْتَدَّةُ يَحْرُمُ نِكَاحُهَا

“Wanita murtad haram dinikahi.” (Al-Mughni)

  1. Ia tidak bisa mendapatkan warisan dari kerabatnya yang muslim.

Nabi ﷺ bersabda:

لاَ يَرِثُ المُسْلِمُ الكَافِرَ وَلاَ الكَافِرُ المُسْلِمَ

“Seorang Muslim tidak berhak mewarisi harta orang kafir dan seorang kafir tidak berhak pula mewarisi harta seorang muslim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

  1. Kalau ia meninggal, tidak boleh disalati, tidak boleh didoakan dan dikuburkan di pekuburan muslimin.

“Dan janganlah engkau menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.” (QS. At Taubah: 84)

  1. Seorang murtad akan disiksa di neraka kekal selama-lamanya.

“Siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amal mereka di dunia dan akhirat. Dan mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah : 217)

Wahai pencela Allah, bertakwalah engkau kepada Allah.

Wahai pencela nabi-Nya, bertakwalah engkau kepada-Nya.

Wahai pencela syariat-Nya, bertakwalah engkau kepada-Nya.

Bertakwalah. Bertobatlah. Hentikanlah kekafiranmu. Tangisilah kesalahanmu. Niscaya Dia akan mengampunimu dan merahmatimu.

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, ‘Jika mereka berhenti (dari kekafiran mereka), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sungguh, berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu.” (QS. Al-Anfal: 38)

 

Siberut, 24 Rabi’ul Awwal 1442

Abu Yahya Adiya