Hijrah antara Dunia dan Akhirat

Hijrah antara Dunia dan Akhirat

Badannya sudah begitu rapuh dan lemah. Sebenarnya, Allah sudah memaafkannya kalau ia tidak berhijrah. Namun, panasnya kekafiran di Mekah membuatnya tidak nyaman untuk tinggal di sana.

Mekah harus segera ditinggalkan secepat mungkin. Itulah tekad kuat Dhamrah bin Jundub. Padahal, ketika itu ia sudah tua dan sakit-sakitan.

Ia pun bergerak bersama beberapa orang menuju Madinah.

Ia meninggalkan keluarganya dan semua hartanya di Mekah, demi memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Namun sayangnya, fisiknya tidak mendukungnya.

Ketika sampai At-Tan’im, sakitnya makin parah. Di situlah ia merasakan ajalnya kian dekat. Ia pun menepukkan tangan kanannya ke tangan kirinya lalu berkata:

اللَّهُمَّ هَذِهِ لَكَ وَهَذِهِ لِرَسُولِكَ أُبَايِعُكَ عَلَى مَا بَايَعَكَ عَلَيْهِ رَسُولُكَ

“Ya Allah, ini untuk-Mu, lalu yang ini untuk Rasul-Mu. Aku bersumpah setia kepada-Mu sebagaimana sumpah setia Rasul-Mu kepada-Mu.”

Setelah itu ia menghembuskan nafasnya yang terakhir….

Apa reaksi kaum muslimin mendengar kematiannya? Dan apa reaksi kaum musyrikin mendengar kematiannya?

 

Apa Itu Hijrah?

Hijrah secara bahasa artinya meninggalkan. Sedangkan secara syariat, hijrahnya artinya meninggalkan apa yang dibenci Allah. Berarti…

Meninggalkan perbuatan dosa adalah hijrah.

Meninggalkan pelaku dosa adalah hijrah.

Dan meninggalkan tempat bergelimang dosa adalah hijrah.

Nabi ﷺ bersabda:

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

“Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Siapa yang meninggalkan dosa, pelaku dosa, dan tempat dosa, karena mengharap ganjaran dari Allah atau untuk menghindar dari siksa-Nya, maka ia telah berhijrah di jalan-Nya. Pahala akhirat telah menantinya. Keridaan-Nya akan tercurah kepadanya.

Sebaliknya, siapa yang meninggalkan dosa, pelaku dosa, dan tempat dosa, karena dunia yang ia cari atau wanita yang ingin ia nikahi, maka ia bukanlah orang yang berhijrah di jalan Allah.

Karena itu, tidak ada pahala akhirat yang akan ia dapatkan. Dan tidak ada keridaan Allah yang akan ia raih.

 

Hijrah Membutuhkan Kesungguhan

Siapa yang sudah terbiasa melakukan perbuatan buruk, lalu hendak meninggalkannya, tentu akan ada gangguan yang menghadangnya.

Siapa yang sudah terbiasa dengan penghasilan buruk, lalu hendak meninggalkannya, tentu akan ada halangan yang merintanginya.

Dan siapa yang sudah terbiasa dengan teman dan lingkungan yang buruk, lalu hendak meninggalkannya, tentu akan ada rintangan yang menghalanginya.

Semua itu mesti terjadi. Namun, kalau ia sadar bahwa dirinya sedang berhijrah di jalan Allah, tentu semua itu akan terasa ringan baginya. Sebab, Allah tidak akan meninggalkannya dan menelantarkannya.

Nabi ﷺ bersabda:

إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ إِلَّا بَدَّلَكَ اللهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ

“Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, melainkan Allah akan menggantikan itu dengan yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad)

Semua yang engkau tinggalkan karena Allah, pasti engkau dapatkan gantinya yang lebih baik dari Tuhanmu.

Bahkan, kalaupun kematian mendatangimu, sebelum engkau sampai ke tujuanmu, telah tetaplah pahalamu di sisi Tuhanmu.

Seperti yang terjadi pada Dhamrah bin Jundub. Setelah ia bertekad kuat untuk berhijrah ke Madinah dan menggerakkan segenap kemampuannya, ternyata kematian menjemputnya sebelum ia sampai ke tujuannya.

Berita kematiannya sampai ke telinga kaum muslimin. Mereka pun berkata:

لَوْ وَافَى الْمَدِينَةَ لَكَانَ أَتَمَّ وَأَوْفَى أَجْرًا

“Seandainya saja ia sampai ke Madinah, tentu lebih sempurna dan lebih baik pahalanya.”

Adapun kaum musyrikin mereka menertawakan kematiannya, seraya berkata:

مَا أَدْرَكَ هَذَا مَا طَلَبَ

“Ia belum sampai pada tempat yang ia inginkan!”

Maka Allah menurunkan firman-Nya:

وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً

“Siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya ia mendapatkan di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.

وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)

Ternyata usaha Dhamrah tidak percuma. Allah mencatat usahanya dan tidak menyia-nyiakannya. Dia akan membalasnya di akhirat nanti, yaitu tatkala ia berjumpa dengan Tuhannya di surga nanti.

 

Siberut, 24 Dzulqa’dah 1441

Abu Yahya Adiya

 

Sumber: Maalim At-Tanziil Fii Tafsir Al-Quran