Ia menginginkan kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia sendiri menginginkan kebaikan untuk dirinya.
Ia berharap saudaranya bahagia, sebagaimana ia sendiri berharap kalau dirinya bahagia.
Ia tidak ingin saudaranya sengsara, sebagaimana ia sendiri tidak ingin kalau dirinya sengsara.
Itulah sikap mukmin sejati.
Nabi ﷺ bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia menginginkan kebaikan untuk saudaranya sebagaimana ia menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan perkara yang bisa mengantarkan pada kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah tauhid. Sedangkan perkara yang bisa mengantarkan pada kesengsaraan di dunia dan akhirat adalah syirik.
Karena itu, jika seorang mukmin sudah tahu tentang keutamaan tauhid, maka tidak pantas pengetahuannya itu hanya untuk dirinya sendiri. Hendaknya ia memberitahukan itu kepada yang lain.
Dan kalau ia sudah tahu tentang bahaya syirik, maka tidak pantas pengetahuannya itu hanya untuk dirinya sendiri. Hendaknya ia memberitahukan itu kepada yang lain.
Mengapa demikian?
Sebab, itulah bukti keimananmu, dan itulah bukti bahwa engkau telah mengikuti nabi dan rasulmu!
Pesan Nabi ﷺ
Nabi ﷺ mengutus Mu’adz bin Jabal ke Yaman untuk berdakwah dan beliau berpesan kepadanya:
إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi orang-orang Ahli Kitab, maka hendaknya yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah.
فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ
Jika mereka mau mengakui itu, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka salat lima waktu dalam sehari semalam.
فَإِذَا صَلَّوْا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِي أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ
Jika mereka mau melaksanakan shalat, maka kabarkanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan pada orang-orang yang fakir di antara mereka.
فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ، وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ
Dan jika mereka mau mengakui itu, maka ambillah zakat dari mereka jauhilah harta-harta pilihan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah, hendaknya yang pertama kali engkau serukan kepada mereka adalah agar mereka mengesakan Allah!
Artinya, mulailah berdakwah dengan perkara yang paling penting dan sangat penting, yaitu memperbaiki akidah dan keyakinan!
Jalan Nabimu
Allah berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah, ‘Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Allah dengan bukti yang nyata. Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)
mengajak kepada Allah yaitu mengajak untuk mengesakan Allah. Bukan mengajak untuk mencari dunia. Bukan mengajak untuk merebut kepemimpinan, atau membesarkan golongan.
Ayat tadi menunjukkan bahwa jalannya para rasul dan pengikut mereka adalah dakwah kepada tauhid, mengajak orang lain agar mengesakan Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
Nah, kalau itu adalah jalannya para rasul dan pengikut mereka, maka kita pun patut meniru dan meneladani mereka.
Kita seharusnya memerhatikan tauhid, mempraktekkannya dan mendakwahkannya. Bukan justru meremehkannya!
Syekh Saleh Al-Fauzan berkata:
وأن المسلم الذي منّ الله عليه بمعرفة التّوحيد، ومعرفة الشرك لا يسعه أن يسكت وهو يرى الناس يجهلون التّوحيد ويقعون في الشرك الأكبر والأصغر
“Seorang muslim yang telah Allah anugerahi pengetahuan tentang tauhid dan mengenal syirik tidak boleh diam, sementara ia melihat orang-orang tidak mengetahui tauhid dan terjatuh dalam syirik besar dan kecil!” (I’anah Al-Mustafiid Bi Syarh Kitab At-Tauhid)
Siberut, 30 Dzulqa’dah 1441
Abu Yahya Adiya






