“Setiap orang bisa diambil ucapannya dan bisa ditolak, kecuali penghuni kubur ini.” (Mukhtashar Al-Muammal Fii Ar-Radd Ilaa Al-Amr Al-Awwal)
Itulah yang dikatakan oleh Imam Malik sambil menunjuk ke arah kubur Nabi ﷺ.
Hanya Nabi ﷺ yang terjaga dari kesalahan. Ya, hanya beliaulah yang terjaga dari kesalahan. Adapun selainnya?
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
أما غيره من البشر مهما عَلتْ رتبته ، فقد يخطئ لقوله ﷺ:
“Adapun manusia selain beliau, bagaimana pun tinggi kedudukannya, maka mungkin saja ia berbuat salah. Berdasarkan sabda beliau ﷺ:
كلّ بني آدم خطاء و خير الخطائين التوابون
“Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertobat.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Sesaleh apa pun seseorang pasti pernah berbuat salah. Dan setinggi apa pun ilmu seseorang, pasti pernah terjatuh dalam kesalahan. Tidak ada seorang pun yang selamat dari kekeliruan.
Imam Ahmad berkata:
لَا تُقَلِّدْ دِينَك الرِّجَالَ، فَإِنَّهُمْ لَنْ يَسْلَمُوا مِنْ أَنْ يَغْلَطُوا
”Jangan jadikan agamamu mengikuti individu-individu, karena mereka tidak akan selamat dari kekeliruan.” (Al-Fatawa Al-Kubra)
Kalau memang selain Nabi ﷺ tidak ada yang bebas dari kesalahan, maka….
Pantaskah seorang muslim berkata, “Kalau yang bicara adalah Syekh Fulan pasti benar dan tidak mungkin salah”?!
Pantaskah seorang muslim berkata, “Saya akan membela ustaz anu, baik pendapatnya sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah atau tidak”?!
Untuk apa mengultuskan orang tertentu? Untuk apa membela perkataan seseorang kalau itu jelas-jelas bertentangan dengan wahyu?
Syekhul Islam berkata:
أَمَّا وُجُوبُ اتِّبَاعِ الْقَائِلِ فِي كُلِّ مَا يَقُولُهُ مِنْ غَيْرِ ذِكْرِ دَلِيلٍ يَدُلُّ عَلَى صِحَّةِ مَا يَقُولُ فَلَيْسَ بِصَحِيحِ؛ بَلْ هَذِهِ الْمَرْتَبَةُ هِيَ ” مَرْتَبَةُ الرَّسُولِ الَّتِي لَا تَصْلُحُ إلَّا لَهُ كَمَا قَالَ تَعَالَى:
“Adapun menyatakan bahwa wajib mengikuti seseorang dalam setiap perkataannya tanpa menyebutkan dalil yang menunjukkan benarnya apa yang ia ucapkan, maka itu pernyataan yang tidak benar. Bahkan, kedudukan seperti itu adalah kedudukan rasul saja yang mana hanya beliaulah yang boleh diperlakukan seperti itu.” (Majmu’ Al-Fatawa)
Ya, hanya Nabi ﷺ yang boleh diikuti dalam segala ucapannya. Hanya ucapan beliaulah yang harus diterima secara bulat, tanpa perhitungan dan pertimbangan!
Itulah keyakinan golongan yang berpegang pada kebenaran, Ahlussunnah wal Jama’ah.
Syekh Muhammad bin Jamil Zainu berkata:
الفرقة الناجية : لا تتعصب إلا لكلام الله و كلام رسوله المعصوم الذي لا ينطق عن الهوى
“Golongan yang selamat tidak fanatik kecuali kepada perkataan Allah dan perkataan rasul-Nya yang maksum dan tidak berucap berdasarkan hawa nafsu.” (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah wa Ath-Thaifah Al-Manshurah)
Syekhul Islam berkata:
وَبِهَذَا يَتَبَيَّنُ أَنَّ أَحَقَّ النَّاسِ بِأَنْ تَكُونَ هِيَ الْفِرْقَةُ النَّاجِيَةُ أَهْلُ الْحَدِيثِ وَالسُّنَّةِ؛ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ مَتْبُوعٌ يَتَعَصَّبُونَ لَهُ إلَّا رَسُولَ اللَّهِ ﷺ
“Dengan ini jelaslah bahwa orang-orang yang paling pantas menjadi golongan yang selamat adalah ahli hadis dan sunnah yang panutan kuat mereka hanyalah Rasulullah ﷺ.” (Majmu’ Al-Fatawa)
Siberut, 16 Rabi’ul Tsani 1443
Abu Yahya Adiya






