Allah tidak di atas, dan tidak di bawah. Dia tidak di luar alam, dan tidak pula di dalam alam.
Itulah keyakinan mayoritas tokoh sekte Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.
Imam Adz-Dzahabi menyebutkan pendapat mereka:
ومقال متأخري الْمُتَكَلِّمين أَن الله تَعَالَى لَيْسَ فِي السَّمَاء وَلَا على الْعَرْش وَلَا على السَّمَوَات وَلَا فِي الأَرْض وَلَا دَاخل الْعَالم وَلَا خَارج الْعَالم وَلَا هُوَ بَائِن عَن خلقه وَلَا مُتَّصِل بهم
“Dan pendapat para ahli kalam belakangan yaitu bahwa Allah tidak di langit, tidak di atas Arsy, tidak di atas langit dan bumi, dan tidak di dalam alam dan tidak pula di luar alam. Dia tidak berpisah dengan ciptaan-ciptaan-Nya dan tidak pula bersambung dengan mereka.
وَقَالُوا جَمِيع هَذِه الْأَشْيَاء صِفَات الْأَجْسَام وَالله تَعَالَى منزه عَن الْجِسْم
Dan mereka berkata bahwa semua tadi adalah sifat jisim dan Allah disucikan dari sifat jisim.” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)
Itulah pendapat Asy’ariyyah dan Maturidiyyah. Apakah Imam Adz-Dzahabi cuma menyebutkan pendapat itu saja?
Tidak!
Setelah menyebutkan itu Imam Adz-Dzahabi berkata:
قَالَ لَهُم أهل السّنة والأثر نَحن لَا نَخُوض فِي ذَلِك ونقول مَا ذَكرْنَاهُ إتباعا للنصوص وَإِن زعمتم وَلَا نقُول بقولكم فَإِن هَذِه السلوب نعوت الْمَعْدُوم تَعَالَى الله جلّ جَلَاله عَن الْعَدَم بل هُوَ مَوْجُود متميز عَن خلقه مَوْصُوف بِمَا وصف بِهِ نَفسه من أَنه فَوق الْعَرْش بِلَا كَيفَ
“Ahlussunnah pengikut hadis berkata kepada mereka, ‘Kami tidak masuk dalam pembahasan itu. Kami mengatakan apa yang telah kami sebutkan karena mengikuti nas-nas, bagaimana pun klaim kalian. Dan kami tidak berpendapat dengan pendapat kalian. Karena, ketiadaan dari semua tadi adalah sifat bagi yang tidak ada. Dan Allah Maha Suci dari sifat tidak ada. Bahkan, Dia ada dan berbeda dengan makhluk-Nya dan memiliki sifat sebagaimana yang Dia gambarkan sendiri bahwa Dia di atas Arsy tanpa ditentukan hakekatnya.” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)
Ada beberapa faidah yang bisa kita petik dari perkataan beliau:
- Yang berpendapat bahwa Allah tidak di atas, dan tidak di bawah, Dia tidak di luar alam, dan tidak pula di dalam alam adalah para ahli kalam belakangan.
Adapun para ahli kalam terdahulu, maka tidak seperti itu.
Sebagian mereka berpendapat bahwa Allah ada di mana-mana. Seperti yang diyakini oleh sekte Jahmiyyah dan Muktazilah.
Dan yang lainnya berpendapat bahwa Allah di atas Arsy. Seperti yang diyakini oleh sebagian tokoh Kullabiyyah dan Asy’ariyyah. Contohnya Al-Qadhi Al-Baqilani. Ia adalah ahli kalam terdahulu dan tokoh Asy’ariyyah.
Al-Qadhi Al-Baqilani berkata:
إن قال قائل:
“Jika ada yang berkata:
فهل تقولون: إن الله في كل مكان؟
“Apakah kalian berpendapat bahwa Allah ada di mana-mana?”
قيل:
Maka dijawab:
معاذ الله، بل هو مستوٍ على العرش، كما أخبر في كتابه
“Kita berlindung kepada Allah. Bahkan, Dia tinggi di atas Arsy. Sebagaimana yang Dia kabarkan dalam kitab-Nya.
فقال عزّ وجل:
Dia berfirman:
الرحمن على العرش استوى
“Yang Maha Pengasih, yang tinggi di atas Arsy.”
وقال تعالى:
Dan Dia berfirman:
إليه يصعد الكلم الطيب:
“Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik.”
وقال
Dan Dia berfirman:
أأمنتم من في السماء أن يخسف بكم الأرض
“Sudah merasa amankah kalian, bahwa Dia yang di atas langit tidak akan membuat kalian ditelan bumi?” (At-Tamhid)
- Akidah Ahlussunnah berbeda dengan akidah Asy’ariyyah dan Maturidiyyah dalam hal tadi.
Imam Adz-Dzahabi menyebutkan dalam kitab yang sama:
مقَالَة السّلف وأئمة السّنة بل وَالصَّحَابَة وَالله وَرَسُوله والمؤمنون أَن الله عزوجل فِي السَّمَاء وَأَن الله على الْعَرْش وَأَن الله فَوق سماواته وَأَنه ينزل إِلَى السَّمَاء الدُّنْيَا وحجتهم على ذَلِك النُّصُوص والْآثَار
“Pendapat salaf, para imam sunnah, bahkan para sahabat Nabi, Allah, rasul-Nya, dan kaum mukminin bahwa Allah di atas, Dia di atas Arsy dan di atas langit-Nya dan bahwa Dia turun ke langit dunia. Hujah mereka dalam hal demikian adalah nas-nas Al-Quran dan hadis-hadis.” (Al-‘Uluw Li Al-‘Aliyy Al-Ghaffar)
- Menyatakan bahwa Allah tidak di atas, dan tidak di bawah, Dia tidak di luar alam, dan tidak pula di dalam alam sama saja dengan menyatakan bahwa Allah tidak ada. Maha Suci Allah dari sifat demikian.
Siberut, 11 Rajab 1444
Abu Yahya Adiya






