Macam-Macam Tauhid dan Sanggahannya

Macam-Macam Tauhid dan Sanggahannya

Apa itu tauhid?

Tauhid yakni:

إفراد الله- تعالى- بما يختص به

“Mengesakan Allah dalam perkara yang khusus bagi-Nya.” (Syarh Kasyf Asy-Syubhat)

Apa sajakah perkara yang khusus bagi-Nya?

Apa sajakah macam-macam pengesaan terhadap-Nya?

Tauhid terbagi menjadi 3, yakni:

 

  1. Tauhid rububiyah, yaitu:

إفراد الله تعالى بالخلق والملك والتدبير

“Mengesakan Allah dalam hal penciptaan, penguasaan, dan pengaturan.” (Syarh Kasyf Asy-Syubhat)

Bagaimana cara mewujudkan tauhid ini?

Yaitu dengan meyakini bahwa tidak ada pencipta, penguasa, dan pengatur alam semesta kecuali Allah.

 

  1. Tauhid uluhiyyah, yaitu:

إفراد الله تعالى بالعبادة

“Mengesakan Allah dalam hal ibadah.” (Syarh Kasyf Asy-Syubhat)

Bagaimana cara mewujudkan tauhid ini?

Yaitu dengan tidak beribadah kecuali kepada Allah.

 

  1. Tauhid asma wa shifat, yaitu:

إفراد الله- عز وجل- بما له من الأسماء والصفات

“Mengesakan Allah dalam hal nama-nama dan sifat-sifat-Nya.” (Syarh Kasyf Asy-Syubhat)

Bagaimana cara mewujudkan tauhid ini?

Yaitu dengan meyakini nama dan sifat yang Allah berikan kepada diri-Nya dan nama serta sifat yang diberikan rasul-Nya kepada diri-Nya, tanpa tahrif (menyelewengkan maknanya), dan ta’thil (menolaknya), dan tanpa takyif (menentukan hakekatnya) dan tamtsil (menyerupakannya dengan makhluk-Nya).

Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

وقد اجتمعت في قوله تعالى:

“Tiga tauhid ini terkumpul dalam firman-Nya (QS. Maryam: 65):

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً

“Pencipta dan penguasa langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka beribadahlah kepada-Nya dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya?” (Al-Qaul Al-Mufid ‘Alaa Kitab At-Tauhid)

Pencipta dan penguasa langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya ini adalah tauhid rububiyah.

Maka beribadahlah kepada-Nya ini adalah tauhid uluhiyah.

Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya ini adalah tauhid asma wa shifat.

Mungkin ada yang protes: “Pembagian tauhid menjadi 3 ini tidak ada dalilnya dalam Al-Quran dan As-Sunnah dan tidak pula dikenal oleh para ulama sebelum Ibnu Taimiyah!”

Itu bisa dijawab:

 

  1. Ayat di atas (QS. Maryam: 65) dan masih banyak lagi ayat lain (puluhan ayat, di antaranya dalam surat Al-Fatihah) telah menyebutkan tentang 3 tauhid.

Begitu juga, banyak hadis yang menyebutkan tentang 3 tauhid. Di antaranya doa Nabi ﷺ ketika sujud:

اللهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Ya Allah, kepada-Mu aku bersujud, kepada-Mu aku beriman, dan kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku bersujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya,  dan membuka pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah, sebaik-baik pencipta.” (HR. Muslim)

Zat yang telah menciptakannya, membentuknya….inilah tauhid rububiyah.

Kepada-Mu aku bersujudberimanberserah diri inilah tauhid uluhiyah.

Maha Suci Allah, sebaik-baik pencipta inilah tauhid asma wa shifat.

 

  1. Kalau maksudnya bahwa tidak ada ayat Al-Quran dan hadis yang menyebutkan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga, maka itu betul. Namun, apakah itu jadi masalah?

Para ulama menyebutkan bahwa rukun salat ada 15.

Pertanyaannya: apakah ada ayat Al-Quran yang menyebutkan bahwa rukun salat ada 15? Apakah ada hadis yang menyebutkan bahwa rukun salat ada 15?

Tentu saja tidak ada. Lantas bagaimana bisa para ulama menyebutkan jumlahnya sekian?

Istiqra yaitu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan terhadap nas-nas yang ada.

Artinya, mereka membaca dan mengamati ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi ﷺ. Lalu dari hasil pengamatan tersebut, mereka menyimpulkan bahwa rukun salat ada 15.

Maka begitu pula pembagian tauhid menjadi 3. Para ulama membaca dan mengamati ayat-ayat Al-Quran dan hadis-hadis Nabi ﷺ. Lalu dari hasil pengamatan tersebut, mereka menyimpulkan bahwa tauhid terbagi menjadi 3.

 

  1. Pembagian tauhid menjadi 3 sudah dikenal oleh para ulama sebelum Ibnu Taimiyah.

Imam Ibnu Baththah berkata:

وَذَلِكَ أَنَّ أَصْلَ الْإِيمَانِ بِاللَّهِ الَّذِي يَجِبُ عَلَى الْخَلْقِ اعْتِقَادُهُ فِي إِثْبَاتِ الْإِيمَانِ بِهِ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ:

“Sesungguhnya dasar keimanan kepada Allah yang harus diyakini oleh seluruh manusia dalam menetapkan iman kepada-Nya ada tiga hal:

أَحَدُهَا: أَنْ يَعْتَقِدَ الْعَبْدُ ربانيته لِيَكُونَ بِذَلِكَ مُبَايِنًا لِمَذْهَبِ أَهْلِ التَّعْطِيلِ الَّذِينَ لَا يُثْبِتُونَ صَانِعًا.

Pertama: hendaknya hamba meyakini rububiyah-Nya, agar dengan itu ia menjauhi pendapat orang-orang ateis yang tidak menetapkan adanya Sang Pencipta.

الثَّانِي: أَنْ يَعْتَقِدَ وَحْدَانِيَّتَهُ، لِيَكُونَ مُبَايِنًا بِذَلِكَ مَذَاهِبَ أَهْلِ الشِّرْكِ الَّذِينَ أَقَرُّوا بِالصَّانِعِ وَأَشْرَكُوا مَعَهُ فِي الْعِبَادَةِ غَيْرَهُ.

Kedua: hendaknya ia meyakini keesaan-Nya, agar dengan itu ia menjauhi pendapat orang-orang musyrik yang mengakui Sang Pencipta, tetapi menyekutukan-Nya dengan selain-Nya dalam hal ibadah.

وَالثَّالِثُ: أَنْ يَعْتَقِدَهُ مَوْصُوفًا بِالصِّفَاتِ الَّتِي لَا يَجُوزُ إِلَّا أَنْ يَكُونَ مَوْصُوفًا بِهَا مِنَ الْعِلْمِ وَالْقُدْرَةِ وَالْحِكْمَةِ وَسَائِرِ مَا وَصَفَ بِهِ نَفْسَهُ فِي كِتَابِه

Ketiga: hendaknya ia meyakini bahwa Dia memiliki sifat-sifat yang mesti Dia miliki yaitu mengetahui, mampu, bijaksana, dan sifat lain yang Dia berikan kepada diri-Nya dalam kitab-Nya.” (Al-Ibanah Al-Kubra)

Lihatlah 3 perkara yang disebutkan oleh Imam Ibnu Baththah ini. Bukankah itu 3 tauhid yang kita bahas sekarang ini?

Imam Ibnu Baththah hidup 4 abad sebelum Ibnu Taimiyah. Itu menunjukkan bahwa pembagian tauhid menjadi 3 bukanlah karangan Ibnu Taimiyah. Itu sudah disebutkan oleh para ulama ratusan tahun sebelum Ibnu Taimiyah lahir!

Untuk mengetahui siapa saja para ulama sebelum Ibnu Taimiyah yang menyebutkan pembagian tauhid menjadi 3, silahkan lihat buku Al-Qaul As-Sadid Fii Ar-Radd ‘Alaa Man Ankara Taqsiim At-Tauhid  karya Syekh Dr ‘Abdur Razzaq Al-Badr. Di situ disebutkan beberapa ulama yang menyebutkan tentang pembagian tauhid menjadi 3 dan mereka hidup jauh sebelum Ibnu Taimiyah muncul.

 

Siberut, 26 Dzulhijjah 1443

Abu Yahya Adiya