Melupakan Jasa Orang Lain

Melupakan Jasa Orang Lain

Nabi ﷺ terusir dari Thaif dalam keadaan terluka cukup parah. Penduduk Thaif melempari beliau dengan batu sehingga terlukalah badan beliau dan berdarahlah kaki beliau.

Beliau ﷺ hendak kembali ke kota Mekah. Namun, kondisi di sana belum aman. Maka, beliau ﷺ pun mencari orang yang bisa memberikan jaminan keamanan.

Satu persatu orang Mekah angkat tangan. Mereka tidak bisa memberikan kepada beliau perlindungan dan juga jaminan keamanan.

Hingga akhirnya sampailah permintaan beliau ﷺ itu kepada seorang musyrik Mekah yang bernama Al-Muth’im bin ‘Adiy. Ternyata, ia siap memberikan perlindungan dan jaminan keselamatan kepada Nabi ﷺ.

Ia menenteng senjata lalu mendatangi kumpulan orang-orang Quraisy kemudian berkata:

يا معشر قريش، إني قد أجرت محمدا فلا يهجه أحد منكم

“Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya aku telah memberikan perlindungan kepada Muhammad, karena itu janganlah seorang pun diantara kalian mengganggunya!”

Kemudian ia utus anak-anaknya untuk mengawal Nabi ﷺ. Maka Nabi ﷺ pun masuk ke Masjidil Haram dalam keadaan dikawal oleh anak-anak Al-Muth’im bin ‘Adiy.

Nabi ﷺ melaksanakan tawaf lalu salat dua rakaat. Kemudian beliau ﷺ kembali ke rumah masih dalam kawalan anak-anak Al-Muth’im bin ‘Adiy. Setelah beliau masuk ke rumah beliau, barulah mereka bubar.

Nabi ﷺ tidak melupakan kebaikan Al-Muth’im bin ‘Adiy itu….

Ketika perang Badar, pasukan musyrikin Quraisy mengalami kekalahan telak. Banyak anggota pasukan mereka yang menjadi tawanan pasukan muslimin. Ketika itulah Nabi ﷺ berkata di hadapan para tawanan perang Badar:

لَوْ كَانَ المُطْعِمُ بْنُ عَدِيٍّ حَيًّا، ثُمَّ كَلَّمَنِي فِي هَؤُلاَءِ النَّتْنَى لَتَرَكْتُهُمْ لَهُ

“Seandainya Al-Muth’im bin ‘Adiy masih hidup lalu ia meminta kepadaku untuk membebaskan orang-orang ini, niscaya kulepaskan mereka untuknya.” (HR. Bukhari)

Al-Muth’im bin ‘Adiy adalah seorang musyrik, bukan seorang muslim. Namun, apa sikap Nabi ﷺ terhadap jasa dan kebaikannya? Apakah beliau melupakannya?

Tidak. Beliau ﷺ terus mengingatnya, bahkan berusaha membalas jasa dan kebaikannya!

Nah, kalau jasa seorang musyrik saja tidak boleh dilupakan, maka apalagi jasa seorang muslim!

Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ، لَمْ يَشْكُرِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ

“Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak berterima kasih kepada Allah.” (HR. Ahmad)

Seorang muslim sejati bukanlah orang yang tidak tahu diri dan mudah melupakan kebaikan orang lain.

Seorang muslim sejati adalah orang yang selalu ingat jasa dan kebaikan orang lain terhadap dirinya dan tidak melupakannya apalagi mengingkarinya. Bahkan, ia selalu berusaha untuk membalasnya semampunya.

Nabi ﷺ bersabda:

وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ، فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

“Siapa yang berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Kalau kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas kebaikannya, maka doakanlah ia, sampai kalian merasa bahwa kalian telah membalas kebaikannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Nasai)

 

Siberut, 6 Syawwal 1445
Abu Yahya Adiya