Menyesali Perkataan yang Terlanjur Terucap

Menyesali Perkataan yang Terlanjur Terucap

Karena tergesa-gesa, bisa jadi terlontar dari mulut kita perkataan yang menyalahkan orang lain. Namun, di kemudian hari, menyesallah kita. Ternyata orang itu tidak salah apa-apa.

Karena terlanjur emosi, mungkin meluncur dari lisan kita hujatan dan celaan. Namun, di kemudian hari, menyesallah kita. Ternyata apa yang kita ucapkan itu salah dan berlebihan.

Nabi ﷺ bersabda:

وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا

“Dan janganlah engkau mengucapkan suatu perkataan yang akan engkau ralat esok harinya.” (HR. Ibnu Majah)

Kenapa akan engkau ralat?

Imam Ash-Shan’ani berkata:

لقبحه وعدم مطابقته أو لما فيه من الإثم والعقاب

“Karena buruknya perkataan itu atau tidak pas atau karena mengandung dosa dan mengundang hukuman.” (At-Tanwir Syarh Al-Jami’ Ash-Shaghir)

Apa maksud esok harinya?

Mullah ‘Ali Al-Qari berkata:

غَدًا أَيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Esok hari di sini yaitu hari kiamat.” (Mirqaat Al-Mafaatiih Syarh Misykaat Al-Mashaabiih)

Setelah menyebutkan hadis tadi, Mullah ‘Ali Al-Qari berkata:

وَهُوَ الْمَعْنَى لِقَوْلِهِ:

“Hadis ini semakna dengan sabda Nabi ﷺ:

مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Termasuk baiknya keislaman seseorang yaitu meninggalkan apa yang tidak berguna baginya.” (Mirqaat Al-Mafaatiih Syarh Misykaat Al-Mashaabiih)

Artinya, hadis tadi merupakan peringatan bagi kita agar selalu menjaga lisan kita. Jangan sampai kita mengucapkan suatu perkataan yang akan kita sesali di kemudian hari, sehingga kita harus meminta maaf kepada-Nya atau kepada hamba-hamba-Nya.

Syekh ‘Abdurrahman As-Sa’di berkata:

فلا يتكلم بكلام، إلا قد عرف نفعه في دينه أو دنياه. وكل كلام يحتمل أن يكون فيه انتقاد أو اعتذار فليدعه

“Maka, janganlah seseorang mengucapkan suatu perkataan kecuali setelah mengetahui manfaatnya bagi agamanya atau dunianya. Setiap perkataan yang mengandung kemungkinan akan dikritik atau akan diralat, hendaknya ia menjauhinya.” (Bahjah Qulub Al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun Al-Akhbar Fii Syarh Jawami’ Al-Akhbar)

 

Siberut, 22 Sya’ban 1444

Abu Yahya Adiya