Meramal dan Meminta Diramal

Meramal dan Meminta Diramal

Nabi ﷺ bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ ﷺ

“Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan tathoyyur atau meminta tathoyyur, meramal atau minta diramal, menyihir atau minta disihirkan. Dan siapa yang mendatangi kahin lalu mempercayai apa yang ia ucapkan, maka sungguh, ia telah kafir terhadap wahyu yang telah diturunkan kepada Muhammad ﷺ.” (HR. Al-Bazzar)

Tathoyyur yaitu merasa sial karena sesuatu yang dilihat, didengar atau diketahui. Seperti keyakinan sebagian orang tentang “nomor sial”, “hari sial”, “bulan sial”, “hewan sial” dan semacamnya.

 

Faidah yang bisa kita petik dari hadis ini:

 

  1. Haramnya mengaku tahu perkara gaib. Sebab, itu dosa besar dan bertentangan dengan tauhid.

Syekh ‘Abdurrahman bin Hasan:

قوله: “ليس منا” فيه وعيد شديد يدل على أن هذه الأمور من الكبائر، وتقدم أن الكهانة والسحر كفر.

“Dalam sabda beliau: ‘Bukan termasuk golongan kami’ terdapat ancaman berat yang menunjukkan bahwa beberapa perkara tadi termasuk dosa besar. Dan telah berlalu bahwa ramalan dan sihir adalah kekafiran.” (Fath Al-Majid Syarh Kitab At-Tauhid)

Syekh Saleh Al-Fauzan berkata:

وهذا الحديث كالذي سبقه، يدل على تحريم الكِهانة، والذهاب إلى الكهان، لأنهم يفسدون عقيدة من يذهب إليهم،

“Hadis ini seperti hadis sebelumnya, menunjukkan pengharaman terhadap ramalan dan pergi kepada para tukang ramal. Sebab, mereka merusak akidah orang yang pergi kepada mereka.

وبعضهم ربما تظاهر بذكر اسم الله أو يصلي، أو غير ذلك، حتى يقول من رآه: رأيته يصلي رأيته يذهب للمسجد. وما كل مَنْ يصلي يصير مسلماً، قد يصلي الإنسان ويزكِّي ويصوم ويحج وهو كافر، إذا فعل ذلك نفاقاً أو ارتكب ناقضاً من نواقض الإسلام.

Dan sebagian mereka bisa jadi menampakkan zikir dengan nama Allah atau melaksanakan salat atau selain itu, sehingga orang yang melihatnya akan berkata, “Aku melihatnya melaksanakan salat. Kulihat ia pergi ke masjid.” Padahal, tidak semua yang melaksanakan salat adalah muslim. Seseorang mungkin saja melaksanakan salat, menunaikan zakat, berpuasa, dan melaksanakan ibadah haji, padahal ia kafir, jika melakukan semua itu karena kemunafikan (pura-pura Islam) atau ia telah melakukan pembatal Islam.

فالكاهن لو صلى ولو صام ولو حج، ولو تصدّق ولو زكّى لا تُقبل أعماله لأنه مشرك كافر، وكذلك الساحر

Tukang ramal, kalaupun ia melaksanakan salat, puasa, haji, bersedekah dan menunaikan zakat, tetap saja amalannya tidak diterima. Sebab, ia seorang musyrik dan kafir. Demikian pula tukang sihir.” (I’aanah Al-Mustafiid Bisyarh Kitab At-Tauhid)

 

  1. Haramnya mempercayai orang yang mengaku tahu perkara gaib. Sebab, itu adalah kekafiran.

Syekh Saleh Al-Fauzan berkata:

وبعضهم يقول: أنا انتفعت من ذهابي إلى هؤلاء، أنا كنت مريضاً وانتفعت، وحصول الحاجة أو حصول الغرض ليس دليلاً على الجواز، فقد يُعطى الإنسان حاجته من باب الفتنة ومن باب الاستدراج والاختبار

“Sebagian orang yang mendatangi para dukun berkata, “Aku mendapat manfaat dengan kepergianku kepada mereka. Sebelumnya aku sakit lalu hilang penyakitku.” Padahal, tercapainya maksud atau keinginan bukanlah dalil yang menunjukkan bahwa itu boleh. Kadang seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan sebagai bentuk cobaan dan sebagai bentuk istidraj dan ujian.

والعبرة في كونه دلّ الدليل الشرعي على جواز هذا الشيء أو على تحريمه هذا هو الشأن.

Yang menjadi patokan yaitu adanya dalil dalam syariat yang menunjukkan boleh atau haramnya itu. Itulah yang jadi patokan.” (I’aanah Al-Mustafiid Bisyarh Kitab At-Tauhid)

Karena itu, jangan tertipu oleh para dukun, paranormal, yang kadang memberitakan kabar yang benar.

Dan jangan tertipu oleh banyaknya orang yang mengaku tahu agama tapi datang kepada mereka dan meminta bantuan mereka.

Imam Al-Qurthubi berkata:

يجب على من قدر على ذلك من محتسب وغيره أن يقيم من يتعاطى شيئا من ذلك من الأسواق وينكر عليهم أشد النكير، وعلى من يجيء إليهم، ولا يغتر بصدقهم في بعض الأمور، ولا بكثرة من يجيء إليهم ممن ينتسب إلى العلم؛ فإنهم غير راسخين في العلم، بل من الجهال بما في إتيانهم من المحذور

“Wajib atas orang yang mampu, baik ia muhtasib (polisi syariat) atau pihak berwenang lainnya, untuk menghukum orang yang melakukan itu di pasar-pasar dan mengingkari mereka dengan keras dan juga orang yang mendatangi mereka. Jangan sampai ia tertipu oleh benarnya mereka dalam beberapa perkara, dan tertipu oleh banyaknya orang yang mengaku berilmu tapi datang kepada mereka. Sebab, mereka itu bukan orang yang memiliki ilmu yang kokoh. Bahkan mereka termasuk orang bodoh, karena sudah mendatangi perkara yang terlarang.” (Fath Al-Majiid Syarh Kitab At-Tauhid)

 

  1. Wajibnya mendustakan kahin, dukun, tukang tenung, paranormal dan siapapun yang mengaku tahu perkara gaib.

 

  1. Wajibnya berpegang teguh pada apa yang diturunkan kepada Rasul ﷺ dan menolak segala yang menyelisihinya.

Allah berfirman:

فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ وَإِنَّهُ لَذِكْرٌ لَكَ وَلِقَوْمِكَ وَسَوْفَ تُسْأَلُونَ

“Maka berpegang teguhlah engkau kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya engkau berada di atas jalan yang lurus. Dan sesungguhnya Al Qur’an itu benar-benar kemuliaan bagimu dan bagi kaummu dan kelak kalian akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. Az-Zukhruf: 43-44)

Siberut, 23 Dzulqa’dah 1441

Abu Yahya Adiya

 

Sumber:

  1. Al-Mulakhkhash Fii Syarh Kitab At-Tauhid karya Syekh Saleh Al-Fauzan.
  2. Fath Al-Majiid Syarh Kitab At-Tauhid karya Syekh ‘Abdurrahman bin Hasan.
  3. Iaanah Al-Mustafiid Bisyarh Kitab At-Tauhid karya Syekh Saleh Al-Fauzan.