Mengundang Murka-Nya Lewat Nama

Mengundang Murka-Nya Lewat Nama

Yang menggunakan nama ini akan mendapatkan kemurkaan-Nya.

Yang menggunakan gelar ini akan menjadi hina di hadapan-Nya.

Nabi ﷺ bersabda:

أَغْيَظُ رَجُلٍ عَلَى اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَخْبَثُهُ وَأَغْيَظُهُ عَلَيْهِ، رَجُلٍ كَانَ يُسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ، لَا مَلِكَ إِلَّا اللهُ

“Orang yang paling dimurkai oleh Allah di hari kiamat dan yang paling buruk serta dimurkai oleh-Nya, yaitu orang yang diberi gelar ‘raja diraja’. Tidak ada raja yang sesungguhnya kecuali Allah.” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain:

إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ لَا مَالِكَ إِلَّا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

“Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang menamai dirinya sendiri dengan ‘rajanya para raja’, tidak ada penguasa yang sesungguhnya kecuali Allah.”

Sufyan bin ‘Uyainah berkata:

مِثْلُ شَاهَانْ شَاهْ

“Seperti gelar syahan syah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Syahan syah artinya:

ملك الأملاك، لكنهم في اللغة الفارسية

“Rajanya para raja akan tetapi ini dalam bahasa Persia.” (Al-Qaul Al-Mufiid ‘Alaa Kitab At-Tauhid)

Hadis tadi menunjukkan terlarangnya menggunakan nama atau gelar “rajanya para raja” dan yang serupa dengannya, seperti: “syahan syah”, “hakimnya para hakim”, “penguasanya para penguasa”, “penghulunya para penghulu”, dan nama atau gelar lain yang semacam itu.

Mengapa nama atau gelar seperti itu dilarang?

Syekh Saleh Al-Fauzan berkata:

لأن هذا فيه مضاهاة لله، وصاحبه يدعي لنفسه أو يدعى له أنه ند لله؛ فلذلك صار المتسمي بهذا الاسم من أبغض الناس إلى الله وأخبثهم عنده.

“Karena, pada nama itu ada unsur menandingi Allah. Dan orang yang memiliki nama itu mengklaim untuk dirinya sendiri atau diklaim bahwa ia adalah tandingan bagi Allah. Karena itu, yang menamai dirinya dengan nama itu termasuk orang yang sangat dibenci dan sangat buruk di sisi-Nya.” (Al-Mulakhash fi Syarh Kitab At-Tauhid)

Artinya, nama atau gelar tadi mengandung makna keagungan dan kebesaran yang tidak pantas disandang kecuali oleh Allah.

Karena itu, apakah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan pantas menyandangnya?!

Bukankah itu merupakan dosa yang amat besar kepada Tuhannya?!

Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

وإذا كان سببا لغضب الله وخبيثا; فإن التسمي به من الكبائر

“Jika menggunakan nama itu merupakan sebab kemurkaan Allah dan perbuatan yang buruk, berarti menamai diri dengan nama itu termasuk dosa besar.” (Al-Qaul Al-Mufiid ‘Alaa Kitab At-Tauhid)

 

Agungkan Tuhanmu dan Rendahkanlah Dirimu

Bukankah kita diperintahkan untuk mengagungkan Tuhan kita?

Bukankah kita dilarang membusungkan dada di hadapan siapa pun, apalagi di hadapan Tuhan kita?

Kalau memang mengagungkan-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya diperintahkan dalam segala tindak tanduk kita, maka begitu pula dalam hal penamaan.

Kita harus mengagungkan-Nya dengan tidak menamai diri kita dengan nama yang hanya pantas disandang oleh-Nya.

Kita harus merendahkan diri di hadapan-Nya dengan tidak menamai diri kita dengan gelar yang hanya pantas disandang oleh-Nya.

Gunakanlah nama yang menunjukkan kerendahanmu di hadapan-Nya, bukan nama yang seolah-olah engkau akan menyaingi-Nya!

Syekh Muhammad bin Saleh Al-‘Utsaimin berkata:

ولهذا كان أحب اسم عند الله ما دل على التذلل والخضوع، مثل: عبد الله، وعبد الرحمن، وأبغض اسم عند الله ما دل على الجبروت، والسلطة، والتعظيم.

“Karena itu, nama yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang menunjukkan penghinaan diri dan ketundukan, seperti ‘Abdullah (hamba Allah), ‘Abdurrahman (hamba Yang Maha Pengasih). Sedangkan nama yang paling dibenci di sisi Allah adalah yang menunjukkan kebesaran, kekuasaan dan pengagungan diri.” (Al-Qaul Al-Mufiid ‘Alaa Kitab At-Tauhid)

 

Siberut, 19 Rabi’ul Awwal 1442

Abu Yahya Adiya