Pelajaran dari Pemboikotan terhadap Ibn Abi ‘Ashruun

Pelajaran dari Pemboikotan terhadap Ibn Abi ‘Ashruun

Siapa itu Ibn Abi ‘Ashruun?

Beliau adalah ulama yang wafat di tahun 585 H.

Imam Adz-Dzahabi menjelaskan tentang beliau:

الشَّيْخُ، الإِمَامُ، العَلاَّمَةُ، الفَقِيْهُ البَارِعُ، المُقْرِئُ الأَوْحَدُ، شَيْخُ الشَّافِعِيَّة، قَاضِي القُضَاةِ، شَرَفُ الدِّيْنِ، عَالِمُ أَهْلِ الشَّامِ، أَبُو سَعْدٍ عَبْدُ اللهِ بنُ مُحَمَّدِ بنِ هِبَة اللهِ بنِ المُطَهِّرِ بنِ عَلِيِّ بنِ أَبِي عَصْرُوْنَ

“Syekh, imam, ‘allamah, fakih yang mahir, pembaca yang unggul, syekhnya ulama Syafi’iyyah, hakimnya para hakim, kemuliaan bagi agama, alim penduduk Syam, yaitu Abu Sa’d ‘Abdullah ibn Muhammad ibn Hibatullah ibn Al-Muthahhir ibn ‘Ali ibn Abi ‘Ashruun.” (Siyar A’lam An-Nubala)

Dengan keadaannya seperti demikian, beliau sempat mengalami pemboikotan.

Bagaimana bisa beliau sampai mengalami pemboikotan? Dan karena apa beliau mengalami pemboikotan?

Imam Adz-Dzahabi berkata:

وَقَرَأْت بِخَطِّ الشَّيْخ المُوَفَّق، قَالَ:

“Aku membaca tulisan Syekh Al-Muwaffaq yang isinya:

سَمِعْنَا درْسَه مَعَ أَخِي أَبِي عُمَرَ، وَانقطعنَا، فَسَمِعْتُ أَخِي يَقُوْلُ:

“Kami pernah mendengar pelajaran Ibn Abi ‘Ashruun bersama saudaraku, yaitu Abu ‘Umar. Lalu terputuslah hubungan kami dengannya. Kudengar saudaraku berkata:

دَخَلت عَلَيْهِ بَعْد، فَقَالَ:

“Aku menemui Ibn Abi ‘Ashruun setelah itu. Maka ia pun bertanya:

لِمَ انْقَطَعتم عَنِّي؟

“Kenapa kalian memutus hubungan denganku?”

قُلْتُ:

Kujawab:

إِنَّ نَاساً يَقُوْلُوْنَ: إِنَّك أَشعرِيّ

“Sesungguhnya orang-orang berkata bahwa engkau ini penganut Asy’ariyyah!”

فَقَالَ:

Ibn Abi ‘Ashruun pun berkata:

وَاللهِ مَا أَنَا أَشعرِيّ

“Demi Allah, aku bukan penganut Asy’ariyyah!” (Siyar A’lam An-Nubala)

Ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah singkat ini:

 

1. Siapa yang mendapatkan tuduhan yang negatif, maka hendaknya ia membantah tuduhan tersebut, kalau memang itu salah.

Seperti yang dilakukan oleh Ibn Abi ‘Ashruun. Tatkala beliau dituduh menganut akidah Asy’ariyyah, beliau pun membantah tuduhan negatif tersebut dengan berkata: “Demi Allah, aku bukan penganut Asy’ariyyah!”

 

2. Para ulama terdahulu menganggap aib orang yang menganut akidah Asy’ariyyah. Karena itu, wajarlah jika Ibn Abi ‘Ashruun sampai berkata: “Demi Allah, aku bukan penganut Asy’ariyyah!”

 

3. Para ulama terdahulu sangat memerhatikan penjagaan terhadap akidah umat.

Setelah menyebutkan kisah tadi, Syekh Muhammad Al-Maghrawi berkata:

انظر إلى اهتمام هؤلاء العلماء بالعقيدة السلفية، فعندهم من لم يكن سلفيا لا ينبغي أن يحضر في درسه، ولا يتلقى عنه العلم، مهما كان شأنه

“Lihatlah perhatian para ulama itu terhadap akidah salaf. Menurut mereka, siapa yang tidak mengikuti salaf, maka tidak pantas menghadiri pelajarannya dan mengambil ilmu darinya, bagaimana pun kedudukannya.” (Mausu’ah Mawaqif As-Salaf Fii Al-‘Aqiidah wa Al-Manhaj wa At-Tarbiyah)

 

Siberut, 30 Jumada Ats-Tsaniyah 1446
Abu Yahya Adiya